This Girl Is Mine (5-1)

386 57 9
                                    

Translated by: F N-Hani

BEBERAPA pria berdiri di sekitar meja bilyar. Justin sedang bermain melawan Alex saat aku memasuki ruangan yang berdampingan dengan aula utama. Justin mendongak dan wajahnya kusut lebih buruk dari kismis. "Ah, maaf, itu bukan niatku untuk merusak suasana," dia meminta maaf lagi, meluruskan dan bersandar pada tongkat bilyarnya.

"Lupakan saja." Aku menyeringai. "Semua ini ku siapkan untuk hari senin."

Hal itu membuatnya mengangkat alisnya dengan cara yang terkesan dan mengangguk.

"Apa yang kau siapkan untuk hari Senin?" Tanya Alex setelah dia menembak bola kuning itu ke dalam lubang. "Dan apa maksudmu, Juz?"

"Tidak ada," Justin dan aku membalasnya.

"Apakah ada uang di dalam pot?" Aku mencoba untuk mengubah topik saat aku duduk di sofa antara Frederickson dan seorang pria yang nama aslinya aku tidak tahu tapi kami semua memanggilnya Sylvester.

Alex mengetuk tumpukan uang dolar di atas meja dengan ujung tongkat bilyarnya. "Dua puluh lima dari masing-masing."

"Aku akan bermain sebagai pemenang." Aku tidak perlu bermain demi uang untuk mengumpulkan rekening bankku, tapi memang lebih menyenangkan bermain dengan orang-orang jika mereka memiliki tujuan yang tepat. Untuk satu, mereka tidak bermain bilyar seperti wanita tentunya.

Tidak mudah untuk mengatakan siapa pemain yang lebih baik, tapi kali ini Justin keluar sebagai pemenang, karena Alex menenggak delapan bola lebih awal.

"Lima puluh di pot," kata Justin padaku sambil mencibir.

"Aku ingin melihat uang mu jika kau ingin bermain."

Aku menarik dua lembar dua puluhan dan sepuluh dari dompetku dan menempatkannya pada uang hadiah Justin.

"Aku masuk."

Alex memberikan ku tongkat bilyarnya itu, dan aku mengapurinya saat ada orang lain yang memeras bola untuk kami. Karena aku baru saja masuk, aku harus menembak lebih dulu. Nomor dua belas berakhir di saku pojok kiri, yang meninggalkan Justin dengan padatan dan aku dengan garis-garis. Itu adalah permainan yang cepat. Hanya dalam empat putaran aku telah menyingkirkan sebagian besar bolaku. Hanya bola oranye dan putih -nomor tiga belas- yang tersisa, dan aku menyembunyikannya ke dalam saku sudut dengan tembakan spektakuler melewati tiga bola. Sekarang hanya delapan bola, dan kemenangan akan menjadi milikku.

Senyumku yang percaya diri pada Justin membuat pria itu sedikit gugup. "Ayolah, Ryan, beri teman kesempatan. Kau tidak bisa menghabiskan bolanya dulu," rengeknya.

Itu tidak menggangguku. "Apa masalahmu, Justin? Kau takut mamamu untuk mencari tahu bahwa dirimu bermain demi uang?" Aku mencondongkan tubuh ke depan, memusatkan perhatian pada bola hitam, mengukur tembakan terakhirku.

"Ibuku tidak peduli. Tapi aku benar-benar membutuhkan komik Spiderman ini. Ini asli."

Ah, benar Dengan Justin, jika bukan tentang BMX atau anak perempuan, itu selalu komik. Dia menumpuknya seperti tupai yang menimbun kacang, dan aku tidak dapat mempercayai berapa banyak uang yang bersedia dia keluarkan untuk buku-buku itu ketika uang sakunya selama setahun adalah yang aku dapatkan dalam sebulan.

Dia membuatku merasa tidak enak padanya ... hampir. Heck, ini hanya masalah pria, dan aku tidak bisa kalah hanya untuk membuat teman bahagia. Saat berusia delapan belas tahun, semua ini tentang reputasi.

Aku memposisikan tongkat bilyar dengan garis yang sempurna pada bola putih, delapan, dan saku sudut kiri. Aku sangat dekat dalam memenangkan game ini. Hanya saja, aku membuat kesalahan dengan melihat ke depan dan membeku.

Untuk sesaat yang tak terukur, aku lupa bernapas. Berani-beraninya dia datang kemari dan merusak game ini untukku? Ah Tuhan, beraninya dia terlihat sangat baik? Hanya butuh sedetik bagi yang lain untuk menyadari ada yang tidak beres, dan mereka semua berbalik untuk menemukan yang membuat pribadiku runtuh, di ambang pintu.

Lisa meringis dan bermain tidak nyaman dengan ujung topinya.

"Apakah ada yang salah?"

Semuanya salah. Selalu saja terjadi padaku saat gadis ini berada dimana saja terutama di dekatku. Pada hari pertama aku melihat Lisa Matthews, saat itu aku tersandung bola sepak dan langsung mendarat di tanah. Dia selalu membuatku melupakan hal lain di sekitar diriku. Dan sekarang, dia akan membayarku jumlah yang adil jika dia tidak berbalik dan berjalan keluar sehingga aku bisa mendapatkan kepalaku kembali dalam permainan.

Tidak beruntung. Justin memastikan hal itu. Dia bergegas ke sisinya, seringaian kemenangan terbentuk di wajahnya.

"Kau baru saja menyelamatkan hidupku, hun."

Lisa tampak sedikit terkejut saat Justin merangkul bahunya dan menariknya lebih jauh ke ruangan di mana cahaya hangat dari atas memainkan berbagai nuansa cokelat di rambutnya. Aku ingin menendang pantat sahabatku saat ini karena, untuk satu, dia tahu aku akan mengacaukan Lisa di ruangan itu dan dia menggunakannya untuk keuntungannya. Dan kedua, karena dia berani melingkarkan tangannya di sekitar gadisku. Dia akan membayar lebih mahal nanti.

"Ah ... iya," kata Lisa dan menatap Justin dari padaku. "Dan bagaimana bisa begitu?"

Dia tidak tahu. Itulah salah satu hal yang paling aku sukai-bahwa dia selalu sangat tidak sadar akan segala hal. Terutama omong kosong yang hampir jatuh di kepalaku.

"Dia tidak bisa bermain saat seseorang mengawasinya," kata Justin jelas. "Kemudian dia akan Benar-benar kacau."

Alisnya dirajut bersama. "Tapi kalian semua mengawasinya."

Cara dia berbicara dengan orang lain tapi hanya menatapku yang menyeringai.

"Yeah, tapi kami bukan anak perempuan." Alex dari belakang ruangan, dan dia pasti senang menjualku. Bajingan. Apakah mereka semua melawanku malam ini?

----------------------------------------

A/N: ga kuat abang dek nerjemahinnya :"D baper sendiri, senyum senyum sendiri kaya orang aneh jadinya.

A/N: ga kuat abang dek nerjemahinnya :"D baper sendiri, senyum senyum sendiri kaya orang aneh jadinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


17 july 2017

Ryan Hunter (Grover Beach Team #2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang