Seulgi menatapi jendela yang berembun serta tetesan air yang bergerak menurun diluar sana. Saat ini ia tengah berada dikelasnya, ditemani dengan dua sahabatnya. Wendy serta Yeri.
Satu minggu telah ia lewati dengan sisa-sisa badai dihatinya. Sungguh, Seulgi bahkan tidak dapat mensinkronkan kerja hati dan otaknya. Mereka begitu berlawanan, dan sekarang dirinya tidak tahu harus memilih kerasionalan atau malah sebuah perasaan yang akan menuntunnya pada sosok itu. Sangat sulit untuk menentukan sebuah pilihan yang tepat dikeadaan yang buruk seperti ini. Dua-duanya memilki pengaruh besar untuk dirinya.
Lelah dengan pergulatan rumit dalam dirinya, Seulgi lebih memilih menggulirkan atensinya pada dua sahabatnya itu. Mereka terlihat tengah melempar canda dan tertawa pada hal yang mereka anggap lucu. Menghela nafas sejenak ia lantas berjalan mendekat kearah mereka.
"Ya! Apa kalian tidak menganggapku ada sejak tadi?"
Keduanya menoleh dan menampilkan ekspresi panik diwajah masing-masing.
"Aigoo mianhaeyo Seulgi-ya.. Kami tidak bermaksud Seperti itu."
"Wendy benar Seulgi, kami pikir kau sedang butuh waktu sendirian. Dan jadilah kami hanya mengobrol berdua tanpa mu."
Seulgi masih tetap bergeming ditempatnya dan itu kian menambah kecemasan dua sahabatnya. Ketahuilah jika ia hanya berpura-pura melakukannya. Sekedar mencari hiburan yang dapat mengalihkan pikiran penatnya.
"Seulgi-ya.. Mianhaeyo.. Jebal, maafkan kami nde?"
"Kalian keterlaluan."
"Ayolah.. Maafkan kami, okey?"
"Seulgi.."
Seulgi menahan senyumannya dengan sekuat tenaga. Sungguh kelakuan keduanya persis Seperti anak kucing yang tidak diberi makan oleh induknya. Menggemaskan ditambah dengan mata puppy yang berkaca-kaca siap menumpahkan liquidnya.
"Wendy.. Seulgi benar-benar marah lihatlah.."
Dan Seulgi sudah tidak kuat lagi menahan tawanya ketika suara Yeri yang berbisik pada Wendy terdengar seperti akan menangis. Gadis itu memang mudah sekali menangis pada hal kecil seperti inipun.
"Aigoo.. Aigoo haha lihatlah uri maknae kita ini.. Ya ampun dia hampir menangis hahaha."
Wendy dan Yeri dengan kompak langsung melebarkan kedua bola matanya, terkejut oleh Seulgi yang ternyata telah menipu mereka. Bukankah akting Seulgi patut diacungi jempol?
"Ya! Kau membohongi kami hah?!"
"Berhenti tertawa! Kau pikir apa yang lucu hah?"
Wendy serta Yeri sama-sama bersungut penuh amarah dan justru hal itu sama sekali tidak digubris oleh yeoja bermata sipit itu. Seulgi justru mengencangkan suara tawanya begitu kedua sahabatnya tengah bersungut marah dengan wajah yang memerah.
"Kalian, bercerminlah dan lihat bagaimana merahnya wajah kalian, haha ya ampun.."
"Kang Seulgi! Enyah saja kau!" teriak Wendy bersiap melayangkan sebuah pukulan maut pada kepala Seulgi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memories In The Rain
Fiksi PenggemarIni ff pertama yang aku publish, dan Castnya Sehun-Seulgi. kenapa hrs Seulgi? karena ku suka dia.. kkk~~,😀😀 summary : Seulgi seorang siswi SHS tingkat akhir, dipertemukan oleh malaikat tampan yang telah menaruh hati pada gadis itu sejak ia melihat...