Hari kemerdekaan bagi Jennie datang lagi. It's Me Time! Hari Minggu yang selalu digunakan Jennie untuk makan makanan favoritnya. Greentea Crepes Cake dan Hot Greentea Latte. Inget nggak guys?
Selain menghabiskan waktu untuk menikmati makanan favoritnya, Jennie juga biasa mengajak squad kesayangannya pergi ke mall atau sekedar kumpul di kafe. Tentu saja untuk bergosip eh berbagi cerita bersama maksudnya. Pokoknya hari Minggu adalah waktu untuk senang-senang tanpa beban. Apalagi masalah pelajaran sekolah, libur dulu dah.
Jennie membuka handphonenya berniat untuk mengajak Jessie, Lisa, dan Rossa hang out bareng. Tapi belum sempat dia membuka grup chat Lambe Turah Girls, sebuah chat yang ada di bawahnya mengalihkan perhatian Jennie.
Alvin Geraldo.
"Keadaannya gimana ya?"
Jennie teringat kembali kejadian kemarin. Betapa parahnya keadaan Alvin setelah berkelahi untuk menolongnya dari cowok bernama Roy. Bahkan sampai berdarah-darah. Jennie masih merasa bersalah pada Alvin. Bagaimana pun juga cowok itu babak belur karena dirinya.
"Apa gue harus jengukin ke rumahnya?"
Jennie membuka ruang obrolan dengan Alvin. Jarinya sudah bersiap di atas keyboard untuk mengetikkan pesan. Tapi dia bingung harus mulai dari mana. Dia tidak mau Alvin kegeeran jika dia menunjukkan perhatian yang berlebihan.
"Perlu nggak sih gue kayak gini?"
Jennie kembali bertanya kepada hati nuraninya. Di satu sisi dia merasa bersalah pada Alvin, tapi masih ada sisi lain dalam dirinya yang begitu membenci lelaki itu.
Ayolah, perbuatan yang dilakukan Alvin pada Jennie termasuk keterlaluan. Mulai dari semua ancaman yang ditujukan padanya, sampai membuat Tristan, salah satu teman Jennie yang paling berharga babak belur. Bahkan hubungan Jennie dan Tristan semakin menjauh sekarang.
Jennie : Al..
"Si goblok ke kirim!"
Jennie memaki dirinya sendiri. Terkutuklah ibu jari tangan kanannya yang seenak jidat memencet tombol send di layar handphone itu. Padahal itu kan bagian dari tubuhnya sendiri. Apakah Jennie memang mengalami trauma atau semacamnya? Karena sejak kemarin dia memang merasa ada yang tidak beres dengan fungsi otaknya.
Meskipun hanya dua buah huruf, A dan L dengan dua buah titik di belakangnya, tetap ada rasa penyesalan di hati Jennie. Kenapa dia harus ngechat Alvin duluan? Tapi apa boleh buat chat itu sudah terkirim. Apa yang sudah terjadi, biarlah terjadi.
Bisa nggak sih penyesalan datengnya di depan aja? -batin Jennie.
Alvin : Kenapa sayang?
"Sayang?"
Balasan atas pesan yang dikirimnya tadi membuat Jennie emosi pagi-pagi. Meskipun ini bukan pertama kalinya Alvin memanggil Jennie dengan sebutan sayang, tapi tetap saja Jennie merasa risih setiap kali hal itu terjadi. Bahkan jika itu hanya dalam bentuk tulisan seperti sekarang ini.
"Sabar Jennie.. sabar.."
Kemudian Jennie mengambil kembali handphonenya. Dia mulai menekan kembali keyboard yang ada di layar kotak itu.
Jennie : Masih sakit?
Dari segala macam kalimat yang tadi Jennie persiapkan, akhirnya hanya dua kata itu yang dirasa pas untuk membalas pesan Alvin.
Alvin : Masih
"Straight banget jawabnya!"
Balasan dari Alvin yang tanpa basa-basi itu sukses membuat Jennie merasa tidak nyaman. Setidaknya dia kan bisa bilang udah mendingan, nggak apa-apa, atau apa lah. Pokoknya agar Jennie merasa lebih lega sekalipun itu kebohongan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Possessive Boyfriend
Подростковая литература"If I say that you're mine, then you're mine." . . . #993 [ 02-07-17 ] #875 [ 07-07-17 ] #751 [ 08-07-17 ] #665 [ 09-07-17 ] #503 [ 12-07-17 ] #340 [ 17-07-17 ] #252 [ 20-07-17 ] #150 [ 27-07-17 ] #99 [ 03-08-17 ] #80 [ 06-08-17 ] #73 [ 13-08-17 ] H...