Tidak ada satu senyuman pun yang ingin ku perlihatkan.
Rasanya hancur.
Ketika apa yang kamu anggap penting, namun...
pesan-pesan itu hanya dijadikan bahan taruhan olehnya.
Bodoh!
Rasanya aku ingin menangis saat itu juga.
Dan aku berpikir hanya sampai disana perasaanku untuknya. Kurasa semuanya telah selesai.Tapi tidak.
Takdir hebat itu terjadi lagi. Satu tahun kemudian kita berada pada satu sekolah yang sama lagi.
Dan kali ini untuk masuk sekolah itu murni keinginanku. Bukan karena mengikutinya.Satu sekolah, lagi.
"Apa yang akan terjadi lagi?" Pikirku.
Dau tau kah kamu, siapa orang pertama yang ternyata ingin aku cari di sekolah itu? Dia. Arezta Awan.Pertemuan pertama, setelah selesai masa orientasi siswa baru.
Dan seperti biasa, bukan dia yang melihatku terlebih dahulu. Tapi aku.Aku yang melihatnya.
Dia berjalan bersama temannya melewati kelas baruku. Dan aku hanya bisa tersenyum tipis melihatnya, karena walaupun ingin, aku tidak akan menyangka pertemuan itu akan terjadi secepat itu.
Dan ketika pulang sekolah, tepat hari itu juga, kita bertemu lagi.
Dan kali ini ia menyadari keberadaanku.
Dia terlihat sangat sangat sangat kaget.Namun... hal itu membuatku tersenyum lagi.
Keesokan harinya saudaranya yang sama dengan dulu, menghampiriku lagi. Kebetulan memang pada saat itu aku telah mengganti nomer handphone ku. Dia berkata bahwa Arez meminta nomer handphone ku kembali..
Rasanya seperti mimpi. Untuk apa dia meminta nomer handphone ku? Bukankah urusan kita seharusnya telah selesai?
Tetap saja, meski harusnya tidak usah diberikan, tetap aku berikan. Hanya saja aku tidak bisa mendeskripsikan perasaanku pada saat itu.Dengan perasan dan anggapan yang baik, aku mulai menanti. Menanti kapan dia akan menghubungiku. Kapan dan kapan.
Walaupun tidak terlalu cepat, tapi dia tetap menghubungiku duluan.
Lagi-lagi hanya conversation singkat, rasanya menyedihkan. Saat kau berharap lebih tapi hasilnya sama saja seperti dulu. Nihil.Kemudian setelah bulan berlalu, aku ditawarkan untuk ikut club belajar. Awalnya aku bingung mana club belajar yang akan aku ikuti dan sesuai dengan minatku.
"Nadir, ikut Club Matematika yuk. Eh dia juga ikut matematika loh."
"Apaan sih, ngapain juga aku ngikutin dia."
"Matematika itu seru, belajar logika dan ketelitian. Apalagi ada dia kaaan.. Hehe."
"Enggak!"Aku bukan pengikutnya.
Sampai pada saat pertemuan semua club, kami yang ingin mengikuti club belajar tersebut harus menyampaikan akan ikut ke club mana, dan tentu saja termasuk aku.
Tapi pada saat itupun aku masih bingung mana club yang seru diantara club yang lain yang harus aku ikuti, dan tentu saja sesuai minatku. Science.Ruangan itu gaduh, ramai sekali pembicaraan kecil. Dan ketika pertemuan itu pula, aku tau ia pun ada disana, entah ia menyadari kehadiranku atau tidak, yang jelas aku tau dia berada disana.
Diapun menyebutkan club mana yang ingin dia ikuti di depan kami semua.
Dan demi apapun, aku mendengarkanya menyebutkan "FISIKA" dan bukan "MATEMATIKA"Dan saat itu juga akhirnya aku memilih untuk ikut matematika. Karena lagi pula aku pikir dia juga tidak ikut club matematika, jadi rasanya tidak mengapa jika aku mengikuti club tersebut.
Hari berlalu, saat hari pertemuan pertama dengan club matematika tersebut, akupun sebenarnya agak ragu untuk datang. Ragu apakah aku memilih club yang benar atau tidak, sampai melarikan diri tapi sayang malah ketahuan oleh temanku.
Dan terpaksa harus ikut hadir.
Tapi aman sebenarnya, memang tidak ada dia di pertemuan itu.
Namun.....Ketika orang itu menyebutkan nama-nama anggota club matematika....
Entah kenapa ada namanya disebutkan.
Arezta Awan.
Dan itu cukup membuat mataku membulat.
Seriussss?
Jadi............
Sebenarnya aku yang salah dengar sejak awal, dia menyebutkan matematika bukan fisika. Karena ruangan yang cukup gaduh jadi salah dengar ternyata.
Hanya saja memang pada hari itu ia sedang berhalangan hadir di pertemuan pertama club matematika.Dan itu semua cukup membuatku terdiam seketika.
Bodoh!