- PUS - (8) Epilog

37 2 0
                                    

Ada saatnya aku harus berhenti.
Memandang matahari yang selalu bersinar terang.

Ada saatnya aku harus tenggelam.

Biar.

Biar yang lain bersinar.

Biar saja matahari memilih.

Aku nadir, memilih untuk menjadi rembulan redup di sisi gelapnya. 

Dan pada akhirnya aku belajar tentang keikhlasan.

Tentang melepaskan.

Biarkan siang lebih panjang dari malamnya.

Biarkan matahari lebih bersinar leluasa tanpa bulan.

Menyukai Arezta,
di satu pihak mengajarkan ku banyak hal.
Ada banyak sekali yang ingin ku perlihatkan padanya.

Sajak-sajak matahari, lukisan untuk matahari, dongeng matahari,  dan aku membuat semuanya untuk matahari...

Karena aku takut kelak tidak akan bisa melihat matahari lagi, hingga ku abadikan segala tentangnya semampuku.

Suatu hari nanti bulan akan memiliki bintang lain.

Dan pada hari itu akan luruh segala sisi gelap kepedihan yang bulan rasakan.

Dia tidak akan hanya bersinar lagi di satu sisi, tapi di dua sisi.

Sejak awal, matahari tidak ditakdirkan untuk menerangi bulan secara utuh.

Karena itu, matahatari bukanlah takdir bulan.

Untuk arezta..

Setiap melihatmu hatiku membeku keras.
Kau adalah sihir yang mematikan.
Racun yang akan membuatku tertidur selamanya.

Tak pernah ada satupun percakapan diantara kita secara langsung.
Aku membisu, dan kau selalu berpura-pura tidak tau.
Dan itu terjadi selama kita saling mengenal.
Kau adalah setiap kalimat-kalimat ku yang hilang.
Dan segenap perasaan abadi yang terlahap kepedihan....

Ada air mata yang tidak bisa kau balas.
Ada banyak hal yang seharusnya kau tau.
Ada banyak pertanyaan yang harus kau tanyakan padaku
Tapi... Bahkan semua ini mungkin tidak penting bagimu.

Angin pagi ini akan membawa seluruh perasaanku pergi menjauh.

Jika angin tersebut menyapamu,
Tanyakanlah secepatnya,
pada bulan apa yang sebenarnya terjadi.
Meski kau tau semua telah terlambat.

Satu hal yang ingin ku katakan.

Alangkah indahnya taburan bintang di langit itu, dan aku...........

sangat menyukai salah satunya.

Bintang yang bernama MATAHARI.

                       -selesai-

Ini cerita satu sisi dari Nadir Kinan yang menyukai seseorang bernama Arezta Awan.
Cerita tersebut sengaja di buat satu sisi versi Nadir dan short story,  untuk menggambarkan sebuah perasaan kasih yang tak sampai dari sisi wanita.
Dan cerita ini pure dibuat oleh saya sendiri.

Untuk para pembaca yang telah membaca short story ini sampai akhir, saya ucapkan terima kasih banyak^^^

Next, saya berpikir untuk membuat sajak-sajak matahari. Nantikaan yaa!!!
Terima kasih..

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 17, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang