- PUS - (7)

34 1 0
                                    

5 Tahun lamanya, hanya untuk memikirkannya. 

Tidak ku hiraukan mereka yang mencoba merebut hatiku.
Sungguh aku minta maaf.
Terutama untuk Rehan, maaf karena telah mengabaikanmu..
Telah mengabaikan setiap tulisan yang kau buat, telah marah padamu atas perasaan itu. Bahwa aku tega membunuhmu setiap harapanmu.
Sama sepertinya, yang begitu tidak peduli padaku.
Dan aku melakukannya padamu.

Aku tidak bisa menjadikanmu pelampiasan rasa sakit itu, karena ketulusanmu, maka kamu tidak berhak untuk menerima kebohongan.

Aku tau usahamu untuk melupakan ku. Dan ku hargai semua itu.
Hanya saja aku merasa bersalah, karena aku tidak pernah meminta maaf secara langsung padamu.

Kamu orang baik, hanya aku saja yang jahat.

Aku disakiti dan menyakiti.

Selama aku menyukai Arez, aku akan menyakiti siapapun. Karena selama masih ada ia di hatiku.
Hatiku terpaku, tak bisa bergerak.

Kamu, tidak seharusnya menyukai bulan yang bergantung pada matahari.
.
.
.
.
Bahkan disaat matahari itu telah menghilang dari penglihatanku, aku tetap mencarinya. 

Aku tetap memperhatikannya.
Dan aku tidak pernah mengerti apa yang sebenarnya terjadi.

Semenjak dia meninggalkan sekolah, dia sering menulis di sosmednya bahwa dia merindukan seseorang, dan berharap sekali dapat bertemu dengan orang itu.
Aku tidak tau tulisan itu untuk siapa, dan aku tidak punya petunjuk tentang hal itu.

Dan lebih dari itu,  bisakah dia berhenti menyakitiku?!

Banyak hal ganjil setelah kepergiannya. Seolah-olah ia mulai peduli padaku. Aku tidak mengerti.
Seandainya saja aku di perbolehkan untuk mengatakan kepadanya bahwa aku menyukainya, mungkin semuanya tidak akan serumit ini.

Dan seandainya saja ia berhenti untuk pura-pura tidak tahu tentang perasaanku.

Aku tau hari itu kau datang, hari dimana status kita telah berbeda.
Tapi kenapa kau kembali bertingkah seperti tidak peduli, kenapa kau tidak masuk ke kelasku?
Adakah aku yang ingin kau lihat?

Sungguh, aku menyukaimu.
Tapi aku tidak pernah mengemis cintamu.
Aku tidak berkata ingin memilikimu.
Aku tidak pernah meminta hatimu.
Jangan membenciku, jangan menjauh.
Aku memberikan segalanya untuk menyukaimu..

Sore itu aku menangis karena melihatnya. Aku menangis sejadinya-jadinya di depan temanku.
Semuanya sudah terlalu menyesakan. Bagai sebilah pisau tajam yang sengaja ku pegang ujungnya. Tanganku berdarah, dan membuat luka yang sekarang membekas hebat di tanganku.

Aku ingin berandai..

Seandainya saja kita tidak pernah bertemu.
Seandainya saja aku tidak pernah mengijinkan hatiku untuk menyukaimu. 

Mungkin tidak akan seperti ini.

Setelah aku lulus, kau menghubungiku. Bertanya tentang kabar dan keadaanku.
Tapi aku tidak suka. Kamu datang di saat yang tidak tepat, saat banyak hal lain yang lebih ku pikirkan daripada dirimu.
Aku tidak bisa melihatmu saat itu, melihat perhatianmu.

Tapi kenapa lagi....... Seakan kau berubah terus.

Kenapa setelah pertemuan yang meluruhkan rindu itu, kau kembali seperti dulu.
Kamu menyatakan perasaan mu kepada orang lain, lagi.

Dan aku hanya bisa tersenyum menerima segala kenyataan.

Bahwa selama ini bukan aku yang ada di hatimu.

Maka aku rasa telah usai semuanya. Kamu, Arez.
Bukankah,  sudah saatnya Nadir untuk menjauh.

Menjauh darimu. Dari segala perasaan yang selama ini membuat Nadir sesak.

PUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang