Terbentuknya Band Enam Hari

2.3K 455 9
                                    

Maya menutup semua bukunya dan merapikan alat tulisnya.

"Kak Jino, lain kali kalau ngajar jangan bawa pasukan." Protes Maya.

Yang merasa disebut sebagai 'pasukan' berhenti sejenak dari aktivitasnya.

"Kita tuh ngehibur biar kamu ga stress, ya kan Jae?"

"Iya Bri. Dek, rugi kalau ga dengerin suara emas kita." Balas Jae.

Maya mendengus setelah mendengar jawaban Brian dan Jae. Jino yang ada di sana hanya bisa tertawa kecil sambil membereskan barangnya.

"Emang suara emasnya Mas Brian sama Kak Jae keluar disoal SBMPTN? Engga kan. Kak Jino makasih ya." Maya bangun sambil membawa barangnya.

"Iya dek. Materinya dipelajari lagi ya."

"Siap kapten!" Maya mengeluarkan tangannya dan melakukan hormat. Maya pun pergi meninggalkan ruang santai tempat kost.

Brian dan Jae masih saja memainkan gitarnya sambil bernyanyi. Tapi terputus putus, karena Jae harus ngescroll layar ponselnya untuk melihat kunci selanjutnya.

"Kalau ga salah Woni yang anak kost baru bisa main keyboard." Celetuk Jino yang sudah duduk disantai di depan Jae dan Brian.

"Iya Ji. Kemarin gua liat pas jemput Brenda abis latihan padus."

"Weh Bri. Masih aja lu sama Brenda?" Tanya Jae tanpa mengalihkan pandangannya dari layar ponselnya.

"Masihlah. Dapetin dia susah. Jadi mau direkrut Ji? Lumayan nambah nambah orang."

"Pengennya gitu Bri. Ya kalau orangnya mau boleh aja."

"Eh nyanyi lagi Bri buru."

Saat Jae dan Brian mulai konser kecil - kecilannya, Dewa yang baru pulang, ikut duduk di sebelah Jino.

"Baru pulang?" Tanya Jino.

Dewa hanya membalasnya dengan anggukan, lalu bersandar di sofa. Sesekali Dewa mengetuk jarinya ke kakinya sambil mengikuti irama yang dimainkan Jae. Jino yang duduk disebelahnya diam diam mengamati.

"Dewa."

"Iya Kak?"

"Kamu bisa main alat musik ga?"

"Bisa Kak. Dewa bisa main cajon."

"Wiih, drum drum?" Tanya Jino sambil memperagakan memainkan drum.

"Bisa bisa." Dewa mengangguk mengiyakan.

"Jae, Brian. Nih kenalin anggota baru. Dewa sebagai drummer."

Jae dan Brian berhenti sejenak dari aktivitasnya. Lalu bertepuk tangan dengan keras. "Yes! Akhirnya beban nyewa studio berkurang! Yes!" Teriak Brian.

Dewa menatap bingung Jae dan Brian yang sedang girang tak karuan. "Anggota apa, Kak?"

"Anggota band kita. Mau kan join?" Jino menggenggam tangan Dewa erat dan mengeluarkan tatapan memohonnya yang justru terlihat seperti tatapan memaksa.

"I..iiya Kak, Dewa join deh."

"Nah gitu dong." Jino reflek memeluk Dewa erat.

Tak berselang lama, Woni yang baru saja pulang berjalan melewati mereka yang masih saja merayakan masuknya Dewa ke band mereka.

"Permisi." Ucap Woni, tersenyum saat melewati mereka.

"Ettt ett Woni sini dulu." Jae melambaikan tangannya mengisyaratkan agar Woni mendekat pada mereka.

Woni mendekat dengan bingung dan senyum canggung. "Ada apa Kak?"

"Kamu bisa main keyboard kan?" Woni menggangguk pelan.

"Duduk dulu. Santai santai jangan tegang." Jino menepuk sofa sebelahnya yang kosong agar Woni segera duduk.

Akhirnya Woni menurut dan duduk di sebelah Jino.

"Jadi kita mau rekrut kamu jadi anggota band kita. Mau ga?"

"Wah yang serius Kak?" Mata Woni tiba-tiba berbinar-binar mendengar ajakan dari Jae.

Jae menggangguk membenarkan. "Iya, mau ga?"

"Mau ka!" Woni menggangguk mantap sambil menjabat tangan Jae erat.

"Oke. Mohon kerjasamanya."

"Nama bandnya gimana?" Celetuk Brian.

Semua terdiam dan memikirkan nama apa yang cocok buat mereka.

"Oh iya!" Tiba-tiba Jae teringat sesuatu.

"Kata temen gue, ada tuh band korea namanya Day6, anggotanya mirip gue. Mirup lu juga Bri. Mirip lu juga Jin. Tapi masih gantengan gue. Gatau tuh ada yang mirip Woni sama Dewa engga."

"Terus apa hubungannya?"

"Jadi nama band kita, Enam Hari Band!"

Semuanya hanya bisa mengangguk mengiyakan.

"Leh uga tuh Kak." Kata Dewa.

"Bagus Kak. Hehe." Woni tertawa canggung.

"Okay! Karena ga ada yang protes jadi nama band kita adalah Enam Hari Band!"

Seperti itulah filosofinya😅😅
Yuu yang baca jangan lupa vote+commentnya! Vote+comment kalian merupakan semangat bagikuu💕

Makasiiih.

Kost-an Pintu HijauTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang