34. another pain

1.5K 172 8
                                    

Khusus chapter ini (kaya nya) aku pake sudut pandang orang ketiga ya. Dimana 'Rena' sebagai author .

Masih ditempat dan waktu yang sama, kedua manusia itu masih berpelukan. Bedanya, yang satu memeluk dengan erat seakan tak ingin membiarkan lelaki itu pergi.

Berbeda dengan Jeno yang malah ingin menyudahi semua ini. Beberapa kali Jeno mencoba melepas pelukan namun Rena tak mengindahkan.

Terpaksa, Jeno akhirnya mendorong kedua lengan Rena sehingga ia bisa lepas.

Gadis itu menatap sendu kearah Jeno yang malah membuang muka.

"kenapa Jen?" Tanyanya lirih sambil menggigit bibirnya.

Jeno masih diem ditempat. Cowo itu sebenernya juga ngga mau liat Rena sedih gini.

"Karna gua udah nemuin kebahagiaan gua dan pada akhirnya lo pun juga harus nemuin kebahagian lo sendiri." Ucap Jeno kepada Rena.

Ntah kenapa tapi yang pasti kata-kata Jeno begitu menohok. Gadis itu tau apa yang di maksud Jeno, tentang siapa kebahagiaan Jeno. Dan tentang siapa kebahagiaan Rena.

"Coba tolong jelasin, ke gue, seenggaknya apa lebihnya dia"

Dia siapa lagi kalo bukan kak Sohye yang bahkan sampe kini belum jelas hubungannya sama Jeno. Seenggaknya itu yang ada dipikiran Rena saat ini.

"Yang pasti dia lebih baik daripada elo, dan dia bisa ngertiin gue ketimbang elo."

Kata-kata itu begitu menohok perasaan Rena dan entah kenapa hatinya begitu sakit mendengar pernyataan Jeno.

Sedangkan Jeno, ia ssndiri sebenernya juga ngga bermaksud bikin cewek dihadapannya itu nangis. Seenggaknya jangan nangis dihadapan Jeno.

Rena masih terdiam. Gadis itu terpaku. Matanya masih menatap lurus tajam kearah manik mata Jeno.

Sementara Rena dan Jeno diem, Mark sedang mengawasi mereka dibalik dinding.

Mark sebenernya udah emosi terlihat dari kepalan tangannya yang kuat dan ekspresi wajahnya merah padam. Menahan emosi.

Sudah sejak tadi dia disana. Berdiam diri dan menguping pembicaraan dua orang kini sedang dengan pikiran masing-masing.

"Oke kalo emang itu pendapat lo tentang kak Sohye. Gue, gue .. Bakal terima."

Jeno mencekal lengan Rena sambil berkata,

"Tunggu, gua belom selese."

"Apa lagi?"

Jeno diem sebentar tapi matanya, matanya masih menatap lurus ke mata Rena.

Niatnya nyaris di urungkan tatkala melihat gadis di depannya menangis lagi. Tapi cepat-cepat Rena hapus.

Seenggaknya dia ngga boleh terlihat lemah didepan Jeno. Ngga Rena ngga mau terlihat lemah.

Jeno menghembuskan nafas, "maaf sebelumnya kalo omongan gua makin bikin lo sedih."

Hati Rena campur aduk. Gadis itu harap-harap cemas. Takut kalo apa yang akan di dengarnya itu malah membuat luka baru.

Takut kalo Jeno bakal ninggalin dia.

Takut kalo Jeno minta Rena --

"Tolong, jauhin gua, karna sekarang gua udah sama kak Sohye. Gua ngga mau nyakitin perasaan dia. Gua pengen ngehargain perasaan dia."

-- untuk ngejauh.

Dan sesuai dugaannya, Jeno meminta itu.

Apa tadi Jeno bilang? Dia pengen ngehargain perasaan Sohye?? Dia ngga mau nyakitin perasaan Sohye??

Lalu apa Jeno ngga mikirin perasaan Rena? Apa Jeno ngga mikir kalo dia udah nyaitin Rena?

Persetan dengan omongan Jeno, Rena memilih pergi meninggalkan Jeno.


















Rena sekarang lagi duduk ditaman sebelah cafe. Sendirian. Pandangannya kosong.

Sampe Mark dateng dan duduk disamping Rena. Karna orang yang sedih butuh dihibur bukan?

"Nangis aja, pundak gua ngga berdebu."

Tapi Rena cukup sadar diri, ia tau status Mark dan Yeri masih berpacaran.

Jadi

"Ngga perlu."

Mark mendesah, "lo jangan gini. Dibelakang gua lo nangis kejer, tapi didepan lo malah sok. Jangan sok kuat, gua tau lo capek kan? Tenang, gua disini."

"Cuma ngga habis pikir aja sama Jeno. Padahal dia dulu udah pernah bilang sesuatu ke gue. Tapi nyatanya malah gini. Gue mungkin --"

Omongan Rena terhenti saat bibir Mark mendarat di bibir mungil Rena.

Mark menutup matanya, sementara Rena, gadis itu masih shock.

Mark semakin memperdalam ciumannya. Rena mencoba untuk lepas tapi Mark sedang on fire.

Gadis itu mendorong tubuh Mark tapi malah sia-sia.

Ngga lama, Mark melepas ciuman mereka. Dan langsung membuang muka.

Begitupun dengan Rena, ia masih mencoba menetralkan perasaannya yang campur aduk.

Sampai akhirnya gadis itu memberanikan diri untuk bertanya, "kenapa?"

Mark menoleh, "lo sedih, orang sedih butuh di hibur."

"Maaf sebelumnya gua lancang."

Suasana canggung kembali, Mark yang ngga tahan pun mencium bibir Rena kembali.

Kali ini Rena tidak menolak dan malah membiarkan bibir Mark menempel pada bibirnya. Sambil menutup mata.

Tangan Mark merengkuh tengkuk Rena, seraya tak ingin menyudahi ciuman mereka.

Tapi --














Jinah mata nju 😭😭😭 maaf yak huhuhuhuhuhu aku tak tega tapi senang wkwkwk

Vomment juga ya tq

Seklian baca 'dilemma-jeno' dong hehe

Mark ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang