Part 3

1K 103 14
                                    

Baekhyun's POV

Aku bangun terlambat keesokan paginya. Terlalu sibuk menghayal sampai aku tidak bisa memejamkan mata.

Aku datang tepat lima menit sebelum bel masuk berbunyi, bergabung dengan kerumunan murid-murid lain yang juga baru datang, saat tiba-tiba saja dia muncul di hadapanku entah dari mana.

Dia nyengir menatapku dan mulai mengacak-acak rambutnya seperti biasa.

Dia berjongkok di depanku dan tangannya dengan cekatan mengikatkan tali sepatu ketsku yang terlepas, diiringi tatapan murid-murid yang dengan senang hati menghentikan langkah mereka untuk memperhatikan kami berdua.

“Lain kali ikat yang kuat. Kalau kau jatuh bagaimana?” tanyanya lembut.

Aku hanya bisa terperangah menatapnya, menurut saja saat dia menggenggam tanganku dan menarikku ke dalam kelas, bertepatan dengan bel yang berbunyi nyaring.

Aku duduk di sebelahnya, tak peduli dengan wajah tololku yang menatapnya kagum.

“Kita pacaran, kan?” tanyaku memastikan.

Dia mengangguk.

“Sudah boleh melakukan apa saja, kan?”

“Mungkin,” ujarnya waspada.

“Tenang saja, tuntutanku yang pertama masih berlaku, sayang saja sekarang belum tanggal 15. Aku hanya ingin kau berjanji bahwa tidak ada wanita lain selain aku. Aku kan jelek, jadi semua gadis disini menungguku melakukan kesalahan yang cukup besar agar kau mencampakkanku. Aku tahu ini kedengarannya egois, tapi aku baru sekali ini jatuh cinta, terperosok dalam pula, jadi belum siap terluka,” ucapku malu.

“Siapa bilang kau jelek?” tanyanya, membuatku lagi-lagi tertunduk malu.

“Bagiku Baek, kau adalah karya Tuhan yang paling indah. Bukankah manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling sempurna? Lagipula, sebesar apapun kesalahan yang mungkin akan kau perbuat, tidak ada cukup cara untuk membuatku meninggalkanmu. Jadi tenang saja, tidak ada gadis yang cukup menarik di atas dunia ini untuk membuatku berpaling.”

Lagi-lagi dia tersenyum, menenangkan hatiku.

“Tarik nafas, Baekhyun-a,” bisiknya. Harum nafasnya membelai-belai wajahku.

Oh, sial! Lagi-lagi aku lupa bagaimana tepatnya paru-paruku harus bekerja memompa udara.

Pembicaraan kami terputus karena guru Kimia sudah masuk, membuatku mempunyai banyak waktu untuk memutar ulang percakapan kami tadi di dalam benakku.

Aku masih memikirkan kemungkinan bahwa pacarku ini buta. Aku cantik? Hah, yang benar saja!

***

Chanyeol's POV

Aku senang saat melihatnya terkagum-kagum menatap rumahku.

Aku memang tidak main-main untuk menentukan pilihan yang tepat menyangkut tempat dimana aku tinggal.

Rumahku hanya satu lantai, tapi mempunyai taman yang sangat luas.

Di halaman rumahku mengalir sebuah sungai kecil dan di atasnya ada jembatan yang terhubung dengan pintu masuk rumah.

Rumahku sengaja dibuat memiliki jendela-jendela besar sehingga sinar matahari bisa masuk dengan bebas.

Sekali lihat aku langsung tahu bahwa aku menyukai rumah ini dan langsung membelinya tanpa memikirkan harga.

“Kau suka?” bisikku di telinganya, seolah-olah bertanya bagaimana pendapatnya tentang rumah baru yang akan kami tempati berdua setelah menikah nanti.

Death Kiss (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang