Chapter 30

105 17 4
                                    

Aina menatap Ariel yang sedang fokus pada layar handphone-nya dengan tenang, cewek itu masih saja terlihat santai seolah apa yang dikatakannya kemarin tidak terlalu penting.

Memang jika dilihat dari sudut pandang seorang Ariel hal kemarin memang tidak penting, tapi bagi Aina, sungguh itu sangat berbahaya. Dia sendiri juga tidak terlalu yakin dengan pemikiran yang muncul di otaknya, entah kenapa hal itu seperti menyebutkan firasat tidak baik.

      "Kenapa lo bohong sama kita sih, Na?" Fany sejak kemarin tidak henti-hentinya bertanya hal yang sama pada Aina. "Berarti firasat gue waktu di club dulu itu bener kan? Tapi kenapa lo nggak cerita yang sebenarnya sama kita?"

Lihat, setelah kemarin dirinya di pepet oleh Kezia dengan hujan pertanyaannya, sekarang malah harus kembali di siram dengan hal yang sama tapi oleh orang yang berbeda.

      "Mereka ngancem lo buat nggak cerita?" Tebak Bella dengan asal, tapi siapa yang menyangka reaksi Aina jelas saja membuktikan semuanya.

Biar dengan cara apapun Aina menyangkal dan menutupi semuanya, jelas itu semua terlihat tidak berguna, mereka--Ariel, Bella, Fany dan Kezia--bisa dipastikan lebih mengetahui gelagat anehnya bagaimanapun caranya.

      "Aku cuma takut kalian kenapa-kenapa." Jawab Aina pelan.

      "Kalo gue sama yang lainnya kenapa-kenapa, kita bisa bela diri kita sendiri kok." Fany kembali berbicara dengan nada tingginya. "Sedangkan lo? Lo bisa ngelawan mereka?"

Aina cukup kaget dengan ucapan Fany. Tidak biasanya Fany mengeluarkan suara ketusnya seperti ini.

Bahkan saking tingginya suara Fany tadi, mampu membuat suasana kantin yang tadinya ramai berubah menjadi mencekam.

Pandangan siswa-siswi yang tadinya tengah tertuju pada makananan mereka masing-masing, sekarang malah beralih ke arah meja yang saat ini Aina dan yang lainnya tempati.

Aina melirik Bella dan Kezia melalui ekor matanya. Cuma mereka berdua yang bisa dia harapkan saat ini, mengingat sikap mereka yang tidak terlalu ambil pusing seperti apa yang dilakukan oleh Ariel dan Fany.

Kezia menatap Aina dengan datar, dia harap-harap cemas juga menanti bala bantuan dari Kezia. Walau Aina tahu dari mata cewek itu menunjukan sebuah kekecewaan yang begitu besar.

Pandangan mereka diputus oleh Kezia pertama kali, cewek itu beralih menatap Fany yang ada di depannya.

      "Fan, mending jangan diomongin di sini. Tempat biasa aja." Ucapnya santai.

      "Kita jadi pusat perhatian sekarang. Lo juga nggak mau kan kalo salah satu dari TST denger pembicaraan kita?" Bella menambahkan sebagai penjelas dari maksud kalimat Kezia.

Fany mengambil napasnya sejenak, berusaha menetralkan rasa emosinya yang mulai memuncak saat ini. Dia kemudian berbalik, menatap siswa-siswi lain yang tengah memperhatikannya saat ini.

      "Lo bener." Fany menoleh kerana Bella dan Kezia. "Cindy lagi rekam kita sekarang pake handphone-nya."

Bella melebarkan kedua matanya, dia kaget mendengar ucapan Fany tadi yang menyebutkan nama salah satu dari anggota TST itu.

      "Meja pojok sebelah kanan!!" Fany bersuara tanpa diperintah, ketika melihat ekspresi yang ditunjukkan oleh Bella tadi seperti bertanya 'dimana?'

Bella secara terang-terangan menoleh ke arah lokasi yang disebutkan oleh Fany tadi. Sesuai dugaan, Cindy sedang memegang ponselnya dengan posisi yang mencurigakan. Entah dia sadar apa tidak bahwa lampu flash pada bagian belakang handphone-nya itu menyala, sehingga setiap orang yang melihat pun tahu kalau dia sedang merekam.

Red Series [1] : 5 Red Sweet [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang