Warmth.
Joe
Semakin ku pandang, semakin ia menawan
Semakin ku pahami, semakin ia menarik
Semakin ku sayangi, semakin ia mengagumkan
Apapun yang ku lakukan untuknya seperti tiada batas
Selalu saja ku mencari ujungnya
Tetapi yang dapat kuraih hanyalah sementara
Selalu saja ada lebih darinya yang ingin aku telusuri
Bagai labirin di tengah kebun bunga,
Berbagai ujung memang terdapat bunga indah
Tetapi tak seindah bila sudah mencapai jalan keluarnya
"Kau sudah makan?"
"Sudah, tak perlu cemas"
"Bukannya kau di sini seharian?"
"Sudah kubilang jangan cemas"
"Bagaimana tidak cemas.."
Sangat menggemaskan saat ia melakukan itu
Layaknya anak kecil yang menginginkan permen
tetapi tidak dapat memilikinya
Layaknya nenek yang cemas akan cucu cucu kecilnya
Penuh perhatian, namun disertai dengan sedikit rasa
kesalTetapi tetap sabar
"Aku serius. Sudah makan?"
"Baiklah, belum"
Terkilas di wajahnya tatapan kesal
Bukan maksud ku membuatnya cemas
Tak tertahan senyum kecil terlukis di wajah
"Bohong ya?"
Kerut mulai terbentuk di keningnya
Diikuti oleh satu alisnya yang terangkat
Benar-benar tak bisa ku menahan senyum ku
Perlahan ia mulai tersenyum malu
"Kau menyebalkan."
"Kau tahu itu"
"Tapi tadi tidak lucu"
Tatapannya lurus di mata ku
Kerut di keningnya masih terdapat di sana
Tetapi mulutnya tak lagi tersenyum
Perubahan mimik mukanya yang begitu cepat
membuat dia unik
Dia selalu saja berbeda
Selalu saja menjadi perak
di antara lautan emas
Ia memiliki sinarnya sendiri
"Tapi kau tetap menyayangiku"
Dan ia menolehkan kembali pandangannya
Melihat dunia di luar sana
"Aku hanya tak suka kau terlalu mengibai ku"
Walaupun bukan begitu maksud ku
KAMU SEDANG MEMBACA
Warmth. - Indonesian version [ON HOLD]
Short Story"Bila ada satu hal yang dapat ku ubah di dunia ini, aku ingin-dan akan mengubah dingin."