III

203 10 0
                                    

Warmth.

 Joe

  

Semakin ku pandang, semakin ia menawan

Semakin ku pahami, semakin ia menarik

Semakin ku sayangi, semakin ia mengagumkan

Apapun yang ku lakukan untuknya seperti tiada batas

Selalu saja ku mencari ujungnya

Tetapi yang dapat kuraih hanyalah sementara

Selalu saja ada lebih darinya yang ingin aku telusuri

Bagai labirin di tengah kebun bunga,

Berbagai ujung memang terdapat bunga indah

Tetapi tak seindah bila sudah mencapai jalan keluarnya

"Kau sudah makan?"

"Sudah, tak perlu cemas"

"Bukannya kau di sini seharian?"

"Sudah kubilang jangan cemas"

"Bagaimana tidak cemas.."

  

Sangat menggemaskan saat ia melakukan itu

Layaknya anak kecil yang menginginkan permen

tetapi tidak dapat memilikinya

Layaknya nenek yang cemas akan cucu cucu kecilnya

Penuh perhatian, namun disertai dengan sedikit rasa
kesal

Tetapi tetap sabar

  

"Aku serius. Sudah makan?"

"Baiklah, belum"

Terkilas di wajahnya tatapan kesal

  

Bukan maksud ku membuatnya cemas

Tak tertahan senyum kecil terlukis di wajah

"Bohong ya?"

Kerut mulai terbentuk di keningnya

Diikuti oleh satu alisnya yang terangkat

Benar-benar tak bisa ku menahan senyum ku

Perlahan ia mulai tersenyum malu

"Kau menyebalkan."

"Kau tahu itu"

"Tapi tadi tidak lucu"

Tatapannya lurus di mata ku

Kerut di keningnya masih terdapat di sana

Tetapi mulutnya tak lagi tersenyum

Perubahan mimik mukanya yang begitu cepat

membuat dia unik

Dia selalu saja berbeda

Selalu saja menjadi perak

di antara lautan emas

Ia memiliki sinarnya sendiri

"Tapi kau tetap menyayangiku"

Dan ia menolehkan kembali pandangannya

Melihat dunia di luar sana

"Aku hanya tak suka kau terlalu mengibai ku"

Walaupun bukan begitu maksud ku

Warmth. - Indonesian version [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang