X

233 13 8
                                    

Warmth.

Jian

Joe belum juga menjenguk, Ia tidak mungkin marah lagi kan?

Sibuk pun tidak, bahkan saat aku menelfon cafe,
Ia tidak datang.

Hanya Joe yang menemaniku di sini,
berada jauh dari orang tua dan jatuh sakit bukanlah yang ku ingin kan.

Orang tua ku sibuk dengan bisnis mereka, ke sana kemari hanya untuk pekerjaan.

Bukannya merengek,
mereka mengunjungi ku,
mereka peduli pada ku,

hanya saja mereka tidak sadar bahwa mereka bekerja terlalu keras hanya karena biaya pengobatan ku, tak hiraukan rasa lelah mereka.

Tetapi Mama selalu berkata dengan senyum tulus yang terlukis di wajahnya,

"Selama membuat mu bertahan, kita rela melakukan segalanya. Jangan khawatir, inilah yang seharusnya dilakukan oleh orang tua."

Tak bisa lagi meminta orang tua yang lebih baik.

Walaupun menyakitkan, tapi penyakit ini juga telah membawa kebahagiaan.

Aku mengenal Joe.

Aku mengenal Oma.

Oma juga penderita kanker sama seperti ku.
Dua tahun yang lalu Oma pindah ke rumah sakit ini.

"Joe! Kemarilah! Bantu wanita muda itu." seorang wanita yang sedang duduk di kursi roda dan hampir seluruh rambutnya berwarna putih menunjuk ke arah ku dengan muka khawatir. 

Kerja bagus Jian, hari pertama memakai kursi roda dan kau mempermalukan diri mu sendiri.

Tidak lama kemudian, seorang lelaki tampan dengan segelas coklat panas berdiri di samping wanita itu dan menatap ku heran yang bercampur dengan rasa khawatir.

"Joe!" wanita itu menepuk lengannya untuk membawa dia kembali ke alam sadar. 

"Ah. Ya" lalu ia memberikan coklat panas itu kepada wanita tersebut dan menghampiriku. Ia membetulkan posisi kursi roda ku lalu membantuku kembali duduk di kursi roda.

"Terima kasih." kata ku yang terdengar lebih seperti berbisik dan memberinya senyum ramah.

"Tidak masalah. Butuh bantuan lain?" tanyanya dengan lembut dan membalas senyum ku. 

Ya Tuhan, senyum itu.

"Um.. bisa tolong panggilkan suster? Aku belum lancar memakai kursi roda ini."
"Oh ya, tentu."  Ia mendorong ku ke samping wanita itu lalu memanggilkan suster untuk ku.

"Terima kasih sudah menyuruh lelaki itu menolong ku." 
"Tak masalah," Ia tersenyum. "Namanya Joe. Ia cucu ku satu-satunya yang berada di kota ini, dia anak yang sangat penyayang." senyumnya semakin melebar.

Aku pun tersenyum, "Nama ku Jian. Aku sudah 1 tahun keluar masuk rumah sakit ini."
"Panggil saja aku Oma." Ia memberiku senyum hangatnya.

Tidak lama, Joe datang dengan seorang suster.

"Suster, bisa tolong bawa saya kembali ke kamar? Cucu ku ingin berjalan-jalan sebentar dengan wanita cantik ini." Oma tiba-tiba berkata. "Tentu Nyonya Wallace." Suster itupun mengarahkan kursi roda Oma dan mengantarnya.

Aku dan Joe menatap satu sama lain lalu ke arah Oma dengan bingung.

"Um.."

Canggung. Sangat canggung.

"Um.." Joe pasti merasakan hal yang sama karena ia mengusap bagian belakang lehernya dengan canggung. "Mau ke taman?"

———
(A/N) Maaf yaaa baru bisa updatee >< soalnya biar bareng sama yang english versionnyaa hehe dan kemarin mau di publish tapi gabisa gitu.. error :|

Jangan lupa comment yaa gimana menurut kalian pertemuan pertamanya Jian-Joe-Oma hehe :3

Vote dan share juga!!

Lovess,

Bella

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 11, 2014 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Warmth. - Indonesian version [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang