| Rasaku ini semak belukar,
yang tumbuh membesar dengan tabah di bawah deras guyuran hujan |Mata elang pemuda itu lekat menatap gadis disebelahnya, mencerna tiap gerakan dan ekspresi yang dibuat gadis itu. membuatnya tanpa sadar menyunggingkan ujung bibirnya tulus.
"Anjrit! si sableng ini kemana lagi di telpon dari tadi juga kagak diangkat. awas lo ya." Daisha dengan semangat 45 memaki layar handphonenya saat nomor yang dituju tak segera tersambung.
"Gue temenin nyari Edsel." Roan mendorong pelan ransel Daisha agar empunya berjalan maju.
"Nyari? kemana?."
"Keliling kampus." Roan menjawab santai sambil memasang sebelah earphone yang tersambung pada hp nya.
Daisha seketika menjatuhkan dagunya kaget seperti dalam film kartun. tak percaya akan keputusan Roan sepihak namun ia tetap turut serta dalam hal tersebut.
***
Setelah 2 jam berkeliling kampus yang luasnya minta ampun dua orang tersebut sama sekali tak melihat batang hidung Edsel yang mereka dapat hanya lelah ditambah seluruh keluhan yang keluar dari mulut Daisha.
"Lapeeeer..." gerutu Daisha
memang sudah masuk jam 6, jam untuk makan malam. Roan terkekeh pelan melihat tingkah sahabatnya itu.
"Pangsit pak Man?." tawar Roan singkat
Daisha menahan liur saat membayangkan lembutnya mie pangsit dan gurih kuah hangat dalam mangkuk putih gambar ayam jago itu.
"Ayodeh." Langkah Daisha cepat menarik lengan kokoh Roan menuju warung pak Man tepat di depan Kampus mereka.
Untung saja kali ini warung pangsit itu tak seramai biasanya, hingga mereka berdua masih bisa duduk dengan tenang. Baru saja mangkok berisi pangsit itu tiba di meja mereka, handphone Daisha bergetar pertanda panggilan masuk.
'EDSEL CALLING'
Daisha memutar bola matanya jengah lalu menggeser tombol hijau pada layar handphonenya.
"Sorry Dai gue tadi langsung balik. pala gue pusing jadi gue lupa ngabarin lo. sekarang lo dimana? biar gue jemput ya..."
"Dasar kambing lo. udah gue bilang WA aja dasar blo'on" nada suara Daisha meninggi
"Dai kan gue udah minta maaf, maafin ya kan lo sahabat yang paling gue sayaaaaaang muuach muaach. sekarang dimana? biar gue jemput yak."
"Gausah. hm gue maafin dasar kambing lo." Daisha menutup panggilannya sepihak.
"Untung gue sayang! huh." Daisha langsung melahap mie dihadapannya dengan kesal hingga kedua pipinya menggembung.
"Segitunya lo sayang ama Edsel?." Roan meneguk jeruk hangat dari gelas miliknya untuk menetralkan nada suaranya yang seketika memberat.
"He'em." Daisha mengangguk yakin tetap dengan mulut penuh mie
Roan mengusap kasar wajahnya menatap Daisha "Makannya pelan pelan."
Seusai menghabiskan makan malam. mereka berdua kembali ke daerah parkiran kampus untuk mengambil mobil mereka masing masing.
Tak ada percakapan yang berarti diatara mereka, Daisha terus saja menatap latar handphonenya dan mengetik balasan balasan chat pada Edsel hingga membuatnya sesekali terkikik sendiri.Beda dengan Roan yang berjalan sambil menatap punggung Daisha. wajah sendu terekam jelas disana sesekali pemuda itu mengacak kasar rambutnya sendiri meluruskan otak kusutnya.
"Gue balik dulu ya Roan bye..." Daisha masuk kedalam mobilnya bergegas pulang sama halnya pada Roan yang dengan jenuh menginjak gas HR-V nya.
entah sudah berapa kali Roan mengusap kasar wajah lelahnya. namun tetap berusaha fokus pada jalan raya yang cukup padat di depannya.
"Fucking feelling! shit!." umpatnya dibalik kemudi, disusul dengan benturan keras yang sengaja dibuat oleh kepalanya dengan kaca mobil disampingnya.
Jelas sudah, malam ini dia tak akan pulang ke apartemennya. saat mobilnya sudah mengambil jalur lain dari biasanya.
PUMPKIN PUB, Roan berhenti menginjak gas nya di tempat itu dengan santainya ia berjalan masuk.
pendengaran Roan pun disambut musik yang hingar bingar memekakkan. tubuh tubuh gadis yang dibalut pakaian kurang bahan sudah memenuhi seluruh penjuru pandangannya. memilih duduk tepat dimeja minuman adalah pilihan yang tepat kali ini pikirnya.
"Oiiii...Rekta? lama tak jumpa yo. dari mana saja kau lama ini?" sapa bartender dibalik meja tersebut sambil terus membuat pesanannya.
"Hm, berikan pesanan ku seperti biasa." Roan menatap malas suasana ruang itu.
Ruang yang sudah ia jauhi selama ini sejak seseorang melarangnya pergi kesini. namun sekarang apa? orang itu membuat Roan terpaksa menghabiskan lagi malamnya disini. memaksa otaknya melepas semua kecewanya sesaat.
"Chivas Regal is ready..." minuman beralkohol lumayan tinggi itu hadir tepat di depan Roan.
Roan menghabiskan segelas minumanya dalam sekali teguk, ia pun menyulut rokok menyesapnya dalam lalu menghembuskan kasar asap tebalnya.
merasakan perlahan kesadarannya terbawa oleh minuman yang terus mengalir melewati tenggorokannya, membiarkan sementara rasa perih nya hilang.
Namun otaknya bak sebuah film yang kembali diputar akan memori terdalamnya dengan sang pujaan.
Roan sudah berkali kali sadar akan kenyataan--Daisha yang hanya cinta pada Edsel--dan bodohnya, Roan juga berkali kali jatuh cinta pada Daisha. Pada sosok gadis berwajah manis yang hanya akan setia dengan status seorang sahabat untuk dirinya.
to be contunued....

KAMU SEDANG MEMBACA
Pendamba
ChickLitSalahkan jatuh hati pada sahabatmu sendiri? Merasa nyaman dengan sahabatmu sendiri? Berdebar tak karuan kepada sahabat mu sendiri?