Bab 11

648 99 33
                                    

"JADI kenapa lo pake acara bohong segala?" tanya Arka memicingkan mata pada gadis yang bersungut-sungut setelah bercerita tentang kejadian hari ini. Adisty mendesis, mengambil botol minuman yang sebelumnya dipegang Arka.

"Ya, gue sebel."

Arka mengerutkan kening. "Sebel karena? Nada sama Ranu? Lagi?"

"Iya! Dia tuh kayak ngotot banget cari celah ke Nada!" meletup-letup, Adisty menjawab pertanyaan Arka. "Please, deh. Dia tuh... Ih, pokoknya gue sebel!! Kalo badan dia nggak segede itu, pasti udah gue tampol deh."

"Ya kali emang nyampe?"

Adisty melotot. "Lo kenapa jadi mihak Ranu? Mentang-mentang lo sama dia sahabatan gitu sejak SMA? Sahabat, my ass. Bukannya dia nuduh lo jahat."

Arka nyengir masam.

Sejujurnya, dia juga tidak menyangka kalau Ranu akan bicara seperti itu. Sebagai sosok yang mudah bergaul, ia menyadari bahwa ia mungkin saja bicara terlalu banyak atau tidak sengaja membahas hal yang tidak seharusnya ia bicarakan; mungkin menyakiti salah satu pihak tanpa ia sengaja.

"Jadi lo kenapa pake acara bohong segala?" tanya Arka lagi. "Lo tadi bilang ke Nada lo ditunggu nyokap lo, kan?"

Adisty mendesis. "Abisnya, kalau gue bilang ada janji sama lo, pasti ntar dia ngecengin gue. Males aja."

Arka membulatkan bibir. "Emangnya kenapa kalo lo dicengin sama gue? Lo merasa tersinggung?"

"Bukan gitu. Ya gue males aja."

"Males kenapa?"

"Ar, kita harus banget ya bahas ini?"

Arka mengangkat bahu, "Ya, lo tuh aneh. Bohong sama Nada buat sesuaru yang menurut gue nggak penting. Lo sama Nada tuh beneran temenan apa cuma simbiosis mutualisme?"

"Lo kok jadi gitu sih ngomongnya?" emosi Adisty terpancing dengan ucapan Arka baru saja.

Arka membuang muka. "Lo jangan-jangan bukan cuma bohong sama Nada tapi juga ke gue?"

"Hah? Apaan sih?"

"Jangan-jangan lo di kampus punya pacar, makanya lo selalu nolak gue anter sampe depan rumah. Kalo gue jemput juga selalu di depan kompleks. Setiap gue mau ke kampus lo, juga ada jadwal harinya. Lo punya pacar?" kali ini Arka membiarkan dwimaniknya bersirobok dengan milik Adisty, yang menatapnya keheranan sekaligus kesal.

"Kebanyakan nonton reality show Uya Kuya lo ya?" dengus Adisty. "Nyokap tuh suka nginterogasi semua orang yang gue bawa ke rumah. Gue males aja nanggepi pertanyaan-pertanyaan yang ntar bakal muncul kalo lo nganter jemput gue sampe depan rumah. Di kampus juga sama. Gue kan kuliahnya juga nggak setiap hari, Ar."

"Trus?"

"Ya dari pada lo kecele nggak ketemu gue di kampus karena gue nggak ada kelas," seloroh Adisty. "Kecuali kalo lo emang mau tebar pesona sama junior gue sih, beda urusan. Itu sih hak lo."

Arka menggumam.

"Udah deh, jangan bikin gue makin sebel." Adisty memalingkan wajah. "Mana ada cowok yang ngedeketin gue di kampus. Gue kan seringnya langsung balik kalau udah nggak ada urusan. Males lama-lama di kampus. Emangnya Nada, hobi nongkrong di sekret himpunan.."

"Tapi kemaren Ranu bilang kalau banyak yang naksir lo di kampus," potong Arka merasa bahwa ia juga punya pendapat.

Adisty mengerutkan kening. "Lo lebih percaya sama laki macem dia? Yang nuduh lo jahat?"

Arka berdecak.

"Udahlah, Ar. Bahas yang lain kek, lo bawa-bawa Ranu makin bikin gue emosi." Adisty mengeluarkan ponselnya. Ada satu pesan belum terbaca.

BIANGLALA UNTUKMU [fin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang