Bab 12d, Ranu

472 87 20
                                    

Still two years ago,
two days after the kiss.

"GUE sebenernya pengin ngomong langsung sama lo, tapi gue takut gue kepancing emosi lagi. Gue pengin ngomong baik-baik, Nu. Gue nggak pengin teriak-teriak karena liat ekspresi lo yang menurut gue, kurang mewakili perasaan lo," ucap Kanika dari seberang.

Ranu melirik jarum jam yang berdetak konstan di dinding kamarnya. "Kamu udah makan, Ka? Ini udah sore loh."

"Udah, Nu."

"Bagus, deh."

"Nu, gue denger dari Arka katanya lo mau mutusin gue ya?" tanya Kanika tanpa basa-basi dan langsung pada poin pembicaraan. Ranu sedikit terkejut, tapi ia tak langsung menyahuti karena ia tahu Kanika akan melanjutkan ucapannya.

"Gue nggak mau lo putusin. Jadi sebelum lo mutusin gue, gue yang mutusin lo. Kita udahan aja deh, Nu. Gue capek. Gue tekanan batin mulu jalan sama lo. Gue kayak terpaksa harus ngertiin posisi lo, gue harus paham dan gue harus memaklumi lo setiap waktu. Pacaran sama lo tuh kayak pacaran sama batu, tau nggak? Gue doang yang usaha, lo diem aja," cerocos Kanika panjang lebar.

Ranu menghela napas.

"Kenapa lo diem aja? Gue lagi ngomong sama manusia apa sama pohon sih?" sergah Kanika karena tak mendapat respons dari Ranu. Laki-laki itu menghela napas lagi. "Ya, aku harus ngomong apa, Ka? Kamu kan maunya begitu. Aku nggak mungkin dong bilang nggak. Itu berarti aku ngehalangin jalanmu."

"Hah? Lo ngomong apa sih, jangan belibet!"

"Tapi aku nggak anggep kita putus, Ka. Aku anggep ini cuma break, kamu cuma butuh waktu tanpa aku. Nanti kalau kamu udah tenang dan masih butuh aku, kamu tinggal balik dan aku bakal selalu nerima kamu," lanjut Ranu. 

Hening.

"Lo tuh bener-bener nggak sayang sama gue ya, Nu?" tanya Kanika lirih, suaranya bergetar. "Kok lo tega sih, sama gue?" dan menit berikutnya, sambungan telepon terputus.

Ranu menatap layar ponselnya. Wallpaper-nya masih sama. Masih wajah Kanika yang tersenyum lebar di sampingnya, mengangkat tinggi piagam kemenangan Ranu di festival olah raga tahun lalu. "Bukannya itu seharusnya kalimat gue ke lo, ya, Ka?" bisiknya pelan hampir tak terdengar.


.

.

.

.











BIANGLALA UNTUKMU [fin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang