Nightmares (1)

23 2 0
                                    

Emily menutup kedai kopi tempat ia bekerja, teman - temannya sudah pulang terlebih dahulu.

"Permisi, apa kau sudah tutup?" Tanya seseorang dari depan pintu.

Emily tersenyum menyambut orang itu, "hmm, iya. Tapi ada yang bisa ku bantu?" Tanya Emily kepada perempuan yang tampak seumuran dengannya.

"Aku hanya sedang berjalan di malam hari dan kebetulan aku mencari kopi, tapi beberapa toko kopi yang ku lewati sudah tutup dan hanya toko ini saja yang sepertinya masih buka."

"Ahh, baik kalau begitu akan ku berikan kau satu gelas kopi." Ucap Emily sambil menaruh sapu dan bergegas membuatkan perempuan itu segelas kopi.

Perempuan itu duduk di kursi dekat jendela sambil melihat keluar jalan seolah - olah sedang mengamati sesuatu.

"Nona, ini kopinya." Ucap Emily sambil menaruh kopinya di meja.

Perempuan itu tersenyum sedikit setelah itu ia kembali mengamati keadaan jalanan.

"Nona? apakah kau sedang mencari sesuatu? atau ada yang sedang mengejarmu?" Tanya Emily.

Perempuan itu menggelengkan kepalanya, "Tidak, Aku tidak apa - apa. Aku hanya sedang berusaha mengingat jalan."

"Apa mau ku antar pulang?" Tanya Emily.

"Oh tidak perlu repot - repot. Aku bisa minta jemput pacar ku nanti."

Emily mengangguk, "Fine."

"Oh iya, Berapa yang harus ku bayar?" Tanya perempuan itu.

"Tidak usah, Aku memberinya gratis." Jawab Emily sambil tersenyum.

"Baiklah, Terimakasih Emily. Aku sangat menghargai jasa mu." Ucap perempuan itu sebelum akhirnya pergi meninggalkan kedai kopi.

Emily tersenyum lalu berfikir, jasa apa yang telah di lakukannya? Mungkin menolong orang yang kedinginan?

"Heyo, wassup!" Sapa seseorang dari pintu.

"Hey Dylan! Bisa kau tunggu sebentar aku harus membersihkan ini dulu."

"Ok princess!" Ucap Dylan.

Dylan duduk di kursi menatap Emily yang tengah sibuk membersihkan kedai kopi.

"Let me help you." Ucap Dylan sambil menjulurkan tangannya meminta sapu kepada Emily.

"No, kamu duduk manis aja disitu."

"Fine."

Sekitar sepuluh menit Emily sudah selesai membersihkan kedai kopi, Ia dan Dylan pun bersiap - siap untuk pulang.

Diperjalanan mobil yang di tumpangi mereka berdua berpapasan dengan mobil mewah yang melintas melawan arah.

"Apakah kamu mengingat nomor plat nya?" Tanya Emily kepada Dylan.

"Damn! no, kamu mengingatnya?"

Emily mengangguk senang, Mengingat nomor plat adalah game bagi mereka berdua. Dylan lah yang memulainya, katanya itu melatih kemampuan mata dan otak dalam hal ingatan.

"Jalanan macet, tumben." Ucap Dylan.

Emily mengalihkan pandangannya kedepan melihat barisan mobil yang tersusun rapi, bunyi klakson pun ramai terdengar.

"Hey? Ada apa di depan?" Tanya Dylan kepada pengendara mobil di depannya.

"Saya tidak tahu." Jawab orang itu.

"Pak, Apa yang terjadi di depan?" Tanya Dylan kepada polisi yang kebetulan berjalan di dekat mobil mereka.

"Ada seorang wanita tewas tertembak. Kami sedang melakukan penelusuran lebih lanjut, jadi jalanan ini kami tutup sementara."

"Baiklah, terimakasih infonya."

Dylan menutup lagi kaca mobilnya dan menatap Emily yang sedang penasaran.

"Ada apa?" Tanya Emily.

"Ada wanita yang tewas tertembak."

"oh my god." Ucap Emily.

"Hey, Emily don't cry." Dylan berusaha menenangkan pacarnya itu. Emily memang terbiasa seperti ini dia akan sangat terpukul jika tahu tentang seseorang yang meninggal. Trauma masa kecilnya lah yang membuatnya seperti ini.

NightmaresTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang