Bagian 2

1.3K 43 0
                                    

Luna mengemudikan mobilnya dengan kecepatan maksimal untuk megejar waktu. Sementara Stev yang sudah mendapatkan mobilnya lagi tertinggal jauh di belakangnya.

Luna memarkir mobilnya di depan gudang besar yang ada di belakang pabrik elektronik, dan letaknya cukup jauh dari keramaian kota. Ada banyak mobil balap yang terparkir di depan gudang itu, dan mobil Luna membaur diantara mobil para pembalap liar itu.

Dengan terburu-buru Luna masuk ke ruang bawah tanah tanah lewat pintu rahasia yang ada di balik lemari.

"Luna!" seruan itu terdengar begitu Luna tiba di ruang bawah tanah. Itu suara Anton, ketua gengnya yang selama ini dekat dengan Luna. Luna tersenyum, lega karena Anton terlihat tidak marah atas keterlambatannya. "Lo sendirian?" tanya Anton.

"Sekarang sih iya, tapi nanti Stev nyusul."

"Lo udah siap, kan?"

"Always, Bos."

"Bagus."

"Lawan gue mana sich, Bos?" tanya Luna sambil celingukan mencari wajah asing di antara teman-temannya yang hampir semuanya cowok dan hanya ada 3 cewek termasuk Luna sendiri.

"Mereka diluar. Ayo!" Anton merangkul bahu Luna dan mengajaknya keluar diikuti anak buahnya yang lain.

Mungkin karena tadi Luna begitu terburu-buru, Luna tidak melihat ada 2 cowok yang duduk diatas mobil yang berada tak jauh dari mobilnya.

"Hey!!" Anton berseru marah pada 2 cowok itu. "Jangan duduk di atas mobil gue!"

Salah satu cowok itu langsung melompat turun, sementara cowok yang satunya lagi masih bertahan duduk diatas mobil Anton dan terus menatap langit yang mendung. Terlalu sulit untuk bisa melihat wajah-wajah asing itu dengan jelas karena tidak ada cahaya yang cukup di tempat itu. Tapi Luna bisa melihat dengan jelas wajah cowok yang kini berdiri satu meter darinya.

Cowok itu jangkung, tapi kurus, dengan kulit sawo matang dan wajah kekanakan yang cukup tampan. Bukan wajah indo. Cowok itu melihat Luna dengan tatapan menilai yang tidak Luna sukai, lalu nyengir.

"Jadi," katanya. Suaranya yang seperti anak kecil itu terdengar agak geli. "Cewek cebol ini yang jadi lawan bos gue?" tanyanya pada Anton.

Wajah Luna memerah karena marah. "Lo ngatain gue apa?" desisnya marah.

Cowok itu sedikit membungkukkan tubuhnya agar wajahnya bisa sejajar dengan wajah Luna. "Cebol," cowok itu tersenyum geli. Tapi senyumnya langsung lenyap saat tinju Luna mengenai hidungnya. Sekarang giliran Luna yang tersenyum, dan Anton cs bersorak riuh.

"Benar-benar memalukan," ujar suara dingin yang membuat perhatian semua orang teralih.

Luna bisa merasakan dadanya mulai sesak saat dia melihat sosok gelap yang sejak tadi duduk di atas mobil Anton berjalan kearahnya, dan muncul perasaan tidak enak kalau ternyata cowok itu adalah buronan yang semalam dia tabrak. Tapi ketika akhirnya Luna bisa melihat wajah cowok itu, perasaan lega dengan cepat terlupakan saat dia merasa seluruh saraf tubuhnya mendadak lumpuh.

Cowok itu benar-benar tampan! Kulitnya putih bersih, dan rambutnya yang agak panjang tampak serasi dengan warna matanya yang hitam pucat. Luna sangat yakin kalau usia cowok itu tidak berbeda jauh dengannya. Mungkin dia lebih muda. Tidak hanya Luna, tiga cewek lain yang berada diantara gerombolan Anton cs juga terlihat terlihat terpana dan melupakan ekspresi 'coolest' yang seharusnya menjadi image mereka di geng itu.

"Bos..." Billy mendesah sambil terus menutup hidungnya yang mimisan karena pukulan Luna tadi.

"Lo nggak malu merengek sama gue didepan umum?" suara Dan masih sedingin tadi, tapi tatapannya sedikit melembut saat dia menatap Luna yang masih bengong menatapnya, dan perlahan-lahan senyumnya mengembang. "Gue minta maaf karena sikap anak buah gue yang udah bikin lo marah, mulut dia memang sulit di kontrol." kata Dan yang masih terus tersenyum.

BAD LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang