Bagian 3

1.1K 36 1
                                    

You could be my unintended Choice to live my life extended

You could be the one I'll always love

You could be the one who listens to my deepest inquisitions

You could be the one I'll always love

I'll be there as soon as I can

But I'm busy mending broken pieces of the life I had before

Lagu lembut Muse yang mendayu-dayu itu mengganggu tidur nyenyak Luna pagi ini. Dengan malas Luna meraih handphone-nya, dan menjawab panggilan yang masuk.

"Halo...?" sapa Luna yang masih terlalu malas untuk membuka matanya.

"Luna!" seruan Stev dari seberang itu membuat Luna kaget dan nyaris membuang handphone-nya ke lantai. "Lo baru aja bangun, ya?"

"Ngomongnya bisa pelan dikit enggak sih?"

"Gila!! Ini udah lebih dari jam 7, Lun!" Stev melanjutkan tanpa memperdulikan gerutuan Luna.

"Masa'? Kok jam weker gue belum bunyi?" Luna celingukan mencari jam weker yang tadinya dia taruh di atas meja di samping tempat tidurnya, tapi sekarang tidak ada. "Lho, jam weker gue kemana?" Luna melompat turun dari ranjang. Dia mengeluh saat melihat jam wekernya ternyata jatuh ke lantai dan rusak. Itu sudah sering terjadi karena sikap tidur Luna yang 'ekstrime'.

"Mendingan lo cepet mandi, sana!"

"I—iya, gue mandi." Luna menutup telfon dengan terburu-buru, kemudian dia berlari masuk ke kamar mandi.

Sesampainya di sekolah, ternyata pintu gerbang sudah ditutup rapat. Tidak ada pilihan lain untuk Luna kecuali memanjat dinding pagar. Luna sudah sering terlambat karena alasan yang sama, dan dia lebih memilih memanjat pagar daripada berdebat dengan satpam yang pada akhirnya selalu berujung di ruang BK.

"Heh, kamu!!"

Seruan marah itu terdengar begitu Luna melompat turun dari atas pagar disamping sekolah yang tingginya hanya satu setengah meter. Tanpa perlu melihat siapa yang memergokinya, Luna tahu bahwa itu adalah suara Pak Imam, satpam sekolah yang bertubuh tambun dan memiliki kumis tebal yang mirip kumis anjing laut. Tidak mau membuang waktu lebih lama lagi, Luna memilih untuk langsung kabur.

Luna berlari menyusuri koridor dan melewati tangga menuju lantai 3, tempat kelasnya berada.

Saat lewat di depan pintu ruang kepala sekolah, tanpa sengaja Luna menabrak serang cowok yang baru saja keluar dari ruang kepsek itu hingga keduanya terjatuh.

"Sorry, gue gak sengaja." Sesal Luna yang kemudian bengong melihat siapa yang baru saja dia tabrak.

Dan!

Cowok itu terlihat semakin keren dengan seragam putih abu-abu yang sama dengan Luna. Dan bangkit lebih dulu, lalu dia mengulurkan tangannya untuk membantu Luna berdiri.

"Thanks." ujar Luna seraya tersenyum, dan dibalas oleh Dan dengan senang hati. Luna merasa kecewa saat Dan melepas tangannya.

"Lo gak pa-pa?"

"E—gue gak pa-pa, Cuma..."

"Cuma apa?"

Pantat gue sakii...t! Luna menjawab dalam hati. "Eh—enggak pa-pa," katanya kemudian.

"Kenapa, Bos?" tanya Billy yang baru saja keluar dari ruang kepala sekolah. Sejenak dia terpaku melihat Luna yang juga menatapnya dengan masam. "Eh, cewek cebol—"

BAD LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang