Bagian 11

777 25 1
                                    

Luna berdiri di depan cermin besar yang ada di kamar Stev. Sudah setengah jam dia berdiri disana, hanya terpaku melihat bayangan dirinya yang terbalut gaun hitan pemberian Dan. Dia terus membayangkan Dan sekarang ada disampingnya, menatapnya dengan hangat dan senyum yang mempesona.

Malam ini dia akan menghadiri pesta di rumah Devin, dan Devin-lah yang memaksanya untuk memakai gaun. Sebenarnya Devin sudah membelikan gaun berwarna putih mawar untuknya, dan gaun berwarna biru untuk Stev, tapi Luna lebih memilih untuk memakai gaun yang pernah dibelikan Dan untuknya.

"Waw!" Setev yang baru saja masuk langsung memekik kagum saat melihat Luna yang masih mematung di depan cerminnya. "Lo cantik banget, Luna!"

"Masa' sih? Perasaan biasa aja... Lo pasti bohong, ya, kan?"

"Enggak, Luna! Gue serius! Lo tuh kelihatan cantik banget!" Stev memuji dengan sungguh-sungguh. "Lo pakai make up sendiri, ya?" tanyanya setelah mengamati wajah Luna dari dekat.

"Iya—e–gue cuma coba-coba aja.."jawab Luna yang jadi salah tingkah saat melihat Stev terus menatapnya. "Kenapa sih? Ada yang salah sama muka gue? Apa gue pake' make up-nya belepotan?"

"Enggak. Lo perfect!"

"Thanks, Stev. Tapi lo juga kelihatan perfect pake' gaun dari Devin itu."

"Oh—ya? Padahal Mama bilang gaun ini kurang cocok sama gue." ujar Stev. "Tapi thanks buat pujian lo itu."

"Biasa aja kalee...! Lagian siapa lagi yang bakal muji lo kalau bukan gue?" canda Luna.

"Ah, rese lo!"

"Biarin..."

"By the way, ini bukan gaun pemberian Devin, kan?"

"Bukan."

"Terus ini gaun siapa?"

"Ya punya gue-lah! Masa' punya Bik Inah gue pake'?

"Punya lo?"

"Iya."

"Tapi sejak kapan lo punya gaun?" tanya Stev yang sedikit curiga kalau itu gaun pemberian Dan.

"Sejak gue pengen punya gaun." Luna menjawab dengan asal. Melihat tampang Stev yang masih tidak percaya, Luna buru-buru mengalihkan pembicaraan. " Eh, jemputannya udah datang belum?"

"O—udah."

"Ya udah, ayo berangkat!"

"Ee... Tunggu dulu, Lun!" Stev menahan langkah Luna.

"Apaan lagi sih?" tanya Luna dengan tidak sabar.

"Lo belum pake' highhells,"

"High—apa?"

......

"Tuan Muda, mereka sudah datang." salah satu pelayan memberitahu Devin yang berjalan mondar-mandir di depan Ray yang tegah menikmati segelas anggur merah.

"Mana?" Devin langsung menoleh ke arah lift yang ada di rumahnya, begitu pula Ray yang hampir tersedak oleh minumannya saat dia melihat Luna keluar dari lift bersama Stev.

"Stev, gue gak bisa jalan nich..." Luna terus mengeluh saat dia berjalan dengan terseok-seok di samping Stev. Tapi Stev tidak menanggapi ocehannya, dan malah asik 'ber-wah,wah' sejak mereka tiba di depan pintu gerbang rumah Devin.

Luna bahkan tidak sempat untuk mengagumi betapa megahnya rumah Devin—yang lebih cocok disebut kastil—karena dia terlalu sibuk menjaga keseimbangan tubuhnya saat berjalan agar tidak jatuh.

BAD LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang