Bagian 9

956 30 0
                                    

"Dari mana aja lo?" tanya Stev saat melihat Luna pulang mendekati waktu makan malam.

"Gue habis nganterin Devin ke rumah sakit." jawab Luna yang kemudian mengenyakkan diri di tempat tidur Stev.

"Emangnya Devin kenapa? Perasaan tadi dia gak pa-pa. Emang sih... Tadi dia kelihatan lebih pucat dari biasanya..."

"Gue juga gak tau dia kenapa. Tapi sumpah, tadi gue takut banget waktu ngelihat dia kaya' orang sekarat gitu. Lo tau dia sakit apa?"

"Udah jelas, kan? Dia tuh menderita penyakit thalasemia, dan kaya'nya udah parah banget."

"Tala—apa?" tanya Luna tidak jelas.

"Thalasemia!"

"Penyakit apaan tuh? Kaya'nya gue pernah denger."

"Itu penyakit kelainan darah, dimana penderitanya harus rutin melakukan transfusi darah."

"Kalau gak transfusi....?"

"Dia mati."

"Sampai segitunya?"

"Lha emnagnya lo bisa hidup tanpa ada sel darah merah di tubuh lo? Enggak, kan?"

Luna menggeleng.

"Di dalam tubuh Devin itu udah gak bisa memproduksi sel darah merah lagi, jadi butuh asumsi dari luar. Ya mirip vampire gitu deh. Dia harus minum darah untuk bisa bertahan..."

"Iiich....!"

"Lo gak kasihan sama dia? Biasanya orang yang menderita penyakit itu akan mudah terserang penyakit karena daya tubuhnya yang melemah."

"Gue kasihan sih. Tapi gue jujuk aja ngebayangin Devin minum darah, hiii..." Luna merinding.

"Bukan diminum, Lun! Lo pikir dia vampire beneran?"

"Tadi lo jelas-jelas bilang diminum–"

"Itu kan cuma kiasan!"

"Ya... Siapa tau dia beneran vampire, kita kan belum lama kenal sama dia. Asal-usulnya gimana...tinggalnya dimana..."

"Jangan ngelantur deh!"

"Lo sendiri gimana? Lo kasihan sama dia?"

"Gue juga kasihan. Tapi kalau disuruh jadi pacarnya juga gue ogah."

"Maksud lo apa ngomong kaya' gitu?" tanya Luna penasaran. Dia beranjak keposisi duduk agar bisa melihat Stev yang duduk memunggungi meja rias dengan jelas.

"Tadi Devin nembak gue."

"Apa?!Devin nembak lo?"

"Alah... Gak usah pura-pura kaget! Gue tau lo sekongkolan sama dia. Pantas aja kalian kelihatan deket, padahal biasanya kalian selalu berantem."

"Emang iya sih. Tapi gue beneran gak tau kalau dia bakalan nembak lo, suer!" kata Luna jujur. "Terus reaksi lo gimana?"

"Ya langsung gue tolak."

"Kok di tolak sih? Dia kurang apa coba? Cakep, iya. Kaya, iya. Plus dia bule lagi! Kan lo sukanya yang impor-impor. Cuma sayang aja dia penyakitan."

"Kalau lo jadi gue, apa lo mau jadi pacar dia?"

"Ya enggaklah! Cuma Dan aja–"

"Ini 'kalau', Lun! Kalau lo jadi gue..."

Luna tertawa. "Itu gak mungkinlah, Stev! Lo tetep lo, dan gue tetep gue. Gak mungkin banget gue jadi lo, gue juga ogah."

BAD LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang