VI | S w e e t - t a l k

57.7K 7.4K 994
                                    

Ghibah itu haram, kalau nyinyirin orang itu baru semiharam.

Self defence ala Bhoomi Gangika dan Sarah Milea atas hujatan orang-orang sejak masa kuliah karena hobi kami yang ngomongin orang (Aku sih mentok-mentok Ariel, Sarah ini sampai ke tetangga malam pertama aja dinyinyirin). Iya, aku sama Si Jablay itu emang udah temenan selama itu. Bayangin deh, Bok, gimana eneknya aku saban hari harus barengan sama Jablay yang sialannya itu paling ngerti aku bangeeeet. Kalau aku lagi sakit, padahal nggak bilang dia, tiba-tiba datang ke indekos dan bawain makanan---dia paling tahu betapa aku membenci bubur sampai langit ke tujuh!---layak makan.

Kalau aku lagi patah hati juga, tanpa bilang, dia dengan songongnya putar lagu-lagu dari Iis Dahlia. Satu album ada kali. Dan, bikin malunya adalah, bukannya aku nolak, tapi malah ikut meresapi lirik dan suara Teh Iis yang sambil terisak gitu. Ya ampuuuun, cocok banget gitu lho.

Buat kamu-kamu, yang ngakunya anak millineal, nggak doyan dangdut jaman dulu, tahunya cuman ajeb-ajeb diiringi Despacito yang liriknya serem abis, ngaca gih! Jiwa kita itu mau gimana pun tetap Nusantara. Wawasan boleh luas, pikiran boleh open se-open-open-nya, tapi prinsip hidup jangan mau ke-Barat-an. Beda budaya, beda ideologi, beda jenis demokrasi pula.

Yuk, sama-sama belajar pinter.

Ini semua juga hasil doktrinannya si Jablay, Sist. Aku dirukiyah selama patah hati dulu dan berakhir jadi hafal beberapa lagu Teh Iis. Ngomong-ngomong, lirik lagu dangdut lebih susah dari lagunya Noah, ya.

Balik lagi ke self defence tadi, setiap orang kupikir punya itu untuk mempertangguh hidup. Presiden Jokowi yang entah untuk apa membuat Perppu tentang Ormas (katanya memberantas radikalisme), Pak Setya Novanto yang ngotot nggak nerima uang dalam nominal yar-yaran itu, atau Lucky Hakim yang masih keukeuh kalau perkawinan dia dan Tante Tiara bukan sebuah kontrakan. Ehsalah, Boook, bukan kawin kontrak.

Dan, sesuai yang Jablay barusan bilang, "Menurut informasi dari Lambe Turah, Bhoo, Bang Lucky demenannya cokelat batangan. Ugh, cucok ya. Sesekseh apa pun Tante Tiara, ya kagak bakalan ngaruh." Aku jadi makin serem sama dunia ini. Ribut masalah Pancasila dan anti-Pancasila lah, ribut masalah hina ulama, ribut masalah radikalisme presiden, ribut masalah artis ibu kota yang doyanannya batangan-batangan gitu sampai ... ribut masalah anak piyik yang udah jago bully!

Ya ampuuuun, aku lupa! Kan niatku ketemu Jablay hari ini mau bahas soal nyinyiran dia ke Bos Dimas sampai si Hawt itu bisa tahu tentang pernikahan Niko dan kegundahanku yang nggak punya pasangan. "Heh! Jangan melipir! Gue tadi mau denger kronologis obrolan lo sama Dimas. Buru!"

Si Jablay nyengir. Dia udah emak-emak kok tetap seksi ya, Bok. Bikin aku down aja. Bener-bener layak disebut Mom I'd Like to fuck banget kalau kata cowok-cowok Amerika. "Abis gue kasian kan sama lo. Jadi ya gitu, gue telepon deh si Dimas, soalnya gue yakin, otak tolol lo itu nggak mungkin nurutin saran gue."

"Perintah! Bukan saran."

Aku jadi nyesel waktu itu ngenalin mereka berdua. Dulu, si Jablay ini yang suka nganterin aku kalau ada rapat mendadak sama klien gitu dan suatu ketika ketemu deh mereka berdua. Aku kenalinnya sih biasa aja. Dimas sebagai Bos, dan Sarah sebagai sahabat. Eh, malah ternyata bercandanya mereka itu cocok dan besoknya Dimas minta aku ajak Sarah makan bertiga di luar!

Dwar! Sampai sekarang, mereka sering diam-diam ngopi berempat di belakangku; Jablay, Aji, Dimas dan krucil Alya.

"Ya gitu." Tawanya menggema. "Udahlah, Bhooo. Nggak penting juga kan kronologis gue sama Dimas bahas lo gimana. Yang terpenting adalah, lo bisa one step closer sama Ongka. Gimana-gimana? Dia bau-bau air mani gitu nggak sih orangnya?"

SWEET - TALK ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang