Cowok ganteng itu kalau nggak berengsek ya nggak doyan sama aku. Definisi berengsek juga pasti berbeda setiap orang. Aku sendiri memiliki banyak pengertian dari label itu. Nah, khusus Bos Dimas ini, berengseknya masuk ke kategori B, yakni, menyebabkan hipertensi, gangguan ke-hati-an, ke-kepala-an dan lama-lama dia ini keranjingan.
Aku barusan aja tanya, kenapa dia semalam bisa tahu kalau Ongka lagi ngapelin aku. Bukannya jawab malah senyum lebar bangeeeeet. Senyum yang kayak sok mau jadi si Mesum di film itu lho, cuma gagal. Ya gimana, mukanya terlalu hawt buat jadi orang kayak begitu.
Tapi ada yang aneh sama muka hawt-nya Dimas hari ini. Kelihatan sayu gitu nggak seceria biasanya. Matanya aja kayak berat banget mau buka. Pasti lembur terus karena kalau Audy sakit itu beneran ngelebihi bayi, manjanya nggak keruan. Mau ke kamar mandi aja minta anterin. Syukur-syukur, nggak minta mandiin. Nggak tahu juga sih kalau itu.
"Ongka tuh bilang sama saya semalam, Ga." Akhirnyaaaa, dia buka mulut juga! Aku masih diam, pura-pura nggak acuh sambil nyiapin beberapa bahan buat dia rapat redaksi pagi ini. "Dia bahkan ngajak double date kalau Audy udah sembuh. Bilang kamu nggak?"
Nah, ini! Mendengar informasi yang ini, tanganku berhenti bergerak. Kulihat, dia lagi benerin dasi---kasihan, nasib bujangan nggak ada yang masangin dasi di rumah---dan tiba-tiba juga natap aku.
"Kenapa lihatin kayak gitu? Nggak percaya?"
"Percaya, Pak!"
"Percaya apa?"
"Sama omongan Bapak."
"Yang mana?"
Aku masang wajah kesal, bikin justru dia ketawa.
Dia berjalan mendekat, tangannya bergerak lagi ngancingin kancing di pergelangan. "Udah siap materinya?"
Aku mengangguk yakin. Dari dekat sini, kok mukanya makin pucat gitu. Dia juga dikit-dikit gerakin alis dan ngerutin dahi.
"Ini mau bahas yang restauran Jepang kemarin?"
"Iya. Punya Ko Jeremy. Resep Shabu, Sushi, Tempura dan Sukiyaki, Pak."
Kepalanya mengangguk. "Modelnya udah dapet?"
"Sudah, Pak!"
Ya ampuuuuuun, mukanya kok makin memerah gitu. Matanya juga kelihatan dipaksa dibuka. "Siapa, Ga?"
"Aji."
"Siapa?"
"Aji, Pak. Suaminya Sarah."
"Dia itu Jawa! Di mana nyambungnya ke makanan Jepang?"
"Justru itu, Pak. Jadi maksudnya semacam makanan Jepang tuh nggak cuma disukai sama bangsanya aja, bahkan bisa diterima sama semua kalangan. Gitu, Pak. Keren kan?"
"Kepala saya tambah pusing, tapi sialnya kamu betul. Sekarang tuh media makin aneh malah makin bagus ya, Ga?"
"Betul!"
"Oke, kita ke ruang rapat. Pastiin aja Aji nggak kabur waktu pemotretan nanti."
Kaaaan, kubilang apa! Dia ini mau punya ide sesusah apa pun, ujung-ujungnya kalah sama aku. Makanya, jangan pernah remehin almameter kuning ya, Boooook.
Rapat dimulai sama Dimas---tentu saja---, disusul dengan pendapat dari beberapa reporter dan bahasan beberapa shot yang akan diambil oleh fotografer nantinya. Aku sesekali ikut ngejelasin suasana restoran dan angle dari artikel yang bakalan dibuat selain menyajikan resep sederhana.
Kemudian, meminta dua orang khusus untuk meliput Ko Jeremy sebagai pemilik restoran yang akan mengisi salah satu rubrik seperti biasa.
Kulihat, Bos Dimas terus mijat kening dan sering nunduk. Yakin, dia pasti nggak enak badan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SWEET - TALK ✔️
ChickLit[[CERITA DIPRIVASI]] "Kamu tahu nggak, Bhoo, selain sebagai buah, pisang berfungsi sebagai apa?" Aku cuma diam kayak orang bego. Tautan jariku semakin kencang. "Dipakai beberapa orang buat bantu nelen pil. Bahkan, beberapa di antara mereka itu sebe...