Bagian 1

1.6K 103 6
                                    

"Maafkan aku Taeng, aku benar-benar mencintai mu." Kalimat itu Jiyong katakan. Membawa sengat keterkejutan bagi Taeyeon. Merasa shock hingga membuat otaknya kosong seketika.

"Aku tau ini salah, tapi bisakan kita bersama? Selalu." Jiyong kembali berbicara. Menambahkan kalimat kejutan untuk Taeyeon.

Apakah Jiyong sedang mabuk? Adalah hal pertama yang muncul di benak Taeyeon. Dia menatap Jiyong dengan penuh tanda tanya besar. Wanita itu benar-benar tidak bisa mempercayai perkataan Jiyong saat ini.

Jiyong menggeleng saat melihat ekspresi Taeyeon yang begitu meragukan pengakuannya.

"Aku serius dan aku tidak mabuk."

Berbagai perasaan masuk, memenuhi diri Taeyeon. Sedih, kecewa dan senang. Dia merubah pandangannya, menatap Jiyong dengan nanar. Bukankah laki-laki itu sudah sangat terlambat sekarang?

Jiyong menggeleng "Tidak masih belum, aku.." ada jeda beberapa saat dalam pengucapannya.

"..Aku akan membuat kita bisa bersama-sama seperti dulu." Dengan keyakinan penuh dan tatapan yang tajam menandakan bahwa Jiyong tidaklah sedang melucu. Sekarang dia sedang serius.

Tak ada kata yang bisa Taeyeon katakan. Bahkan rasanya dia tidak bisa hanya mengatakan satu kata 'Ya.' untuk membalas perkataan Jiyong. Efek keterkejutan itu belum hilang. Pada akhirnya Taeyeon hanya menganggukan kepala dan mengulas senyum kecil.

Kebahagiaan saat ini hanya sebatas ilusi. Itulah yang dipikirkan oleh Jiyong dan Taeyeon beberapa bulan kemudian. Karena setelahnya, Jiyong akan semakin menyesal, Taeyeon akan semakin tersakiti, lalu keduanya akan sama-sama menderita dengan kebimbangan.


****


3 bulan kemudian, mereka bertemu, pertemuan dengan timing yang tidak pas. Selalu seperti ini memang. Seakan tuhan suka sekali pada mereka.

Jiyong sesekali mencuri pandang pada Taeyeon, pun sebaliknya. Seseorang yang mendampingi seharusnya bukan orang lain, tetapi mereka. Jiyonglah yang seharusnya mendampingi Taeyeon, dan Taeyeonlah yang seharusnya mendampingi Jiyong. Namun apa ini sekarang?

Mereka selalu terjebak pada suatu hal yang melelahkan.

"Anyeong Taeyeon-ah." Jiyong seperti biasanya, bertindak semau sendiri tanpa memikirkan resiko. Tiba-tiba dia sudah berada di samping Taeyeon, menyapa wanita cantik itu dengan senyumannya yang tampan.

"Ah nde Anyeonghaseyo Jiyong Oppa." Taeyeon membalas, memberikan seulas senyum cantiknya pada Jiyong. Pandangan mereka bertemu untuk beberapa detik, seakan pandangan tersebut bisa berbicara. Mereka kembali bertukar senyuman. Lalu interaksi yang terjadi segera berakhir.

Mereka saling bertukar sapa layaknya sahabat lama yang jarang bertemu. Berusaha untuk saling bersikap sewajarnya agar tidak menimbulkan kecurigaan. Sejauh ini yang mereka lakukan membuahkan hasil yang baik. Tidak ada seorang pun yang menempatkan kecurigaan mereka kepada Jiyong maupun Taeyeon.

Keduanya melakukan dengan sangat sempurna, mengabaikan fakta jika batin mereka tergores, hati tersakiti dengan jantung yang tak pernah berhenti merasakan sesak.


****


Saat beberapa laki-laki bersama dengan satu topik yang begitu menarik untuk di bicarakan, mereka akan sangat rumpi melebihi sekumpulan para wanita. Begitulah kesan yang Jiyong berikan kepada para sahabatnya saat ini.

"Hyorin sempat mengatakan Ji Hae pernah mengeluh akan sikap mu padanya." Ujar Taeyang.

Mendengar perkataan itu membuat Jiyong mau tak mau menoleh dan memandang Taeyang dengan datar.

"Ada apa?"

"Kau baik-baik saja?"

Pertanyaan dibalas dengan pertanyaan. Begitulah Taeyang. Dia tidak pernah berubah sekalipun. Jiyong menghembuskan nafas pelan, mengalihkan kembali pandangannya kearah lain.

"Aku tidak suka padanya."

Taeyang mengerutkan kening. Menatap tidak mengerti pada Jiyong.

"Kalian sudah menikah selama 1 tahun, kau masih juga tidak menyukainya?" Seunghyun mengambil star Taeyang untuk bertanya.

Seperti beberapa detik lalu, sebelum menjawab Jiyong memadang sekilas pada orang yang bertanya.

"Aku sudah menyukai orang lain."

"Woah." Koor Daesung dan Seungri bersamaan. Jiyong mengabaikan keterkejutan Daesung dan Seungri begitu saja. Serentak Seunghyun dan Taeyang menghembuskan nafas mereka perlahan.

"Siapa dia Hyung?" Seungri mulai berusaha membuka pintu rahasia dengan kunci sikap penasarannya yang menyebalkan.

Keheningan yang terjadi, menandakan jika Jiyong hanya membiarkan pertanyaan tersebut menggantung tanpa adanya jawaban.

Bagaikan angin yang berhembus, berlalu tanpa jejak. Jiyong membiarkan rahasianya tetap menjadi rahasia hingga batasan telah berakhir.


****


SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang