Bagian 9

1K 76 7
                                    

Kedua bola mata kecil Taeyeon membulat, dadanya berdetak cepat dengan rasa terkejut yang teramat sangat. Tubuhnya mematung, hingga kepalanya kosong.

Tidak, apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa Jiyong menghilang? Kenapa dia tiba-tiba saja menghilang?

"Tidak! Jiyong-ah!!!"

Taeyeon terbangun, tubuhnya bergetar hebat dengan air mata yang sudah membasahi wajah cantik itu.

Dia bergerak tanpa memikirkan apapun. Dia bahkan tak sempat membasuh wajahnya yang masih terlihat berantakan. Dengan linglung Taeyeon mulai pergi ke rumah sakit.

Ketika tubuh mungil itu berhasil berdiri tegak di depan pintu masuk, tangan-tangan yang tak sabar langsung bergerak cepat membuka pintu tersebut, hingga terlihatlah ruangan kosong dengan ranjang yang sudah rapih kembali.

Matanya lagi-lagi membulat.

Tidak!

Tidak!

Tidak!

Dia bergumam dengan menggelengkan kepala berkali-kali. Isi kepalanya yang kosong tak membantu menenangkan keadaan Taeyeon yang telah kehilangan arah.

Sepasang kaki mungil mulai melangkah mundur.

Tubuhnya berbalik.

Perlahan namun pasti. Langkah kecilnya mulai bergerak cepat, wajah cantik itu terlihat panik dengan air mata yang mulai beranak sungai.

"Pe-permisi." Sapanya terhadap petugas administrasi.

Petugas itu tersenyum, dia balas menyapa Taeyeon. "Ada yang bisa di bantu?"

"4052, dimana? Dimana pasien di nomor kamar 4052?"

"Tunggu sebentar Nona, akan saya cek terlebih dahulu."

Tangan dengan jari-jari lentiknya mulai bersentuhan pada Keyboard, bunyi berisik khas ketikkan berdengung-dengung mengecup telingan Taeyeon.

'Tik!'

Petugas itu mendongak, memfokuskan kembali eksistensinya pada Taeyeon.

Dia tersenyum sebelum berbicara. "Pasien sedang keluar untuk menghirup udara. Dia sudah sadar."

Penjelasan sang petugas administrasi membuat Taeyeon dengan cepat kembali melangkahkan sepasang kaki-kaki mungilnya ke arah yang sudah di tunjukkan.


****


Wajahnya kurus tampak pias. Pucat, namun tetap memancarkan ketampanan yang tak dapat di hindarkan. Kepalanya mendongak, menatap penuh minat pada langit biru cerah yang terbentang. Angin sepoi berhembus hingga mampu menerbangkan helaian-helaian rambut kecoklatan miliknya.

Perlahan kelopak mata itu mulai tertutup. 3 detik sampai seulas senyuman mulai terpampang di wajah tampannya. Nafasnya berhembus, lembut menyatu dengan sejuknya angin yang melalang buana bersama ribuan udara alam.

'Tap.' Suara langkah kaki yang berhenti mengusik ketenangan, suara yang telah berhasil mengecup sepasang telinga-nya berhasil membuat kelopak mata itu terbuka.

"Jiyong-ah." Sapa suara lembut dari arah belakang. Senyum yang beberapa detik lalu sempat pudar kini kembali mengembang.

Gerakannya biasa yang tak masuk dalam kategori cepat maupun lamban. Jiyong berbalik, menyatukan tatapannya dengan wanita yang kini memandang haru dan tak percaya kearahnya.

SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang