Bagian 8

516 58 1
                                    

Senyum yang tak pernah hilang dari wajah cantik itu mulai membuat beberapa orang terpaku akan kecantikannya. Langkah ringan membawa tubuh mungil tersebut ke sebuah ruangan kaca di ujung lorong.

Pintu terbuka, wanita yang kini memakai pakai hijau khusus kembali melangkah, kali ini dengan langkah pelan dengan penuh kehati-hatian.

Masker yang terpasang menyembunyikan wajah cantiknya tak membuat wanita itu sulit untuk di kenali.

"Jiyong-ah." Dia adalah Kim Taeyeon. Dia tersenyum, walau dia tau tak ada orang yang melihat senyumnya seperti tadi.

"Begitu banyak hal yang ingin ku bicarakan dengan mu. Tapi yang paling penting adalah aku ingin meminta maaf. Maafkan aku yang selama satu tahun ini tak mengunjungi mu. Aku begitu terpukul hingga tak tau apa yang harus ku lakukan.." Tangan mungilnya bergerak menggenggam salah satu tangan Jiyong.

"...Aku sangat takut hingga aku tak bisa melakukan apapun." Tetesan air mata keluar dari sepasang mata indahnya. Keheningan terusik dengan suara isakan Taeyeon yang terdengar.

Detik berlalu, begitu pula dengan menit hingga kembali terdengar suara lirih Taeyeon yang penuh kesedihan.

"Kau tau Jiyong-ah aku tadi bertemu dengan Shi Jin.. Dia memberikan ku sebuah amplop besar yang harus ku berikan pada mu. Apa kau penasaran? Sejujurnya aku tidak penasaran dengan hal ini. Aku sudah tau pasti apa yang ada di dalam amplop cokelat itu. Entahlah, bagaimana perasaan yang kurasakan kini, masih tampak tak terlalu jelas. Selama kau belum membuka mata mu, selama kau belum mengalami kemajuan, rasanya aku tak bisa merasakan apapun selain rasa khawatir yang begitu besar."

"Nona Kim? Maaf tapi waktu anda sudah habis."

Taeyeon menghembuskan nafas pelan, tangan mungil itu bergerak, menggenggam dengan erat telapak besar milik Jiyong. Dingin, seperti tak ada darah yang mengaliri telapak tangan tersebut. Semakin membuat kekhawatiran Taeyeon membesar.

"I Miss You Jiyong-ah. Aku merindukan mu."

Tak berarti jika ia sudah memenangkan Jiyong, akhirnya akan menjadi Indah dan menyenangkan. Taeyeon sadar akan hal itu, dan dia tak pernah berhenti untuk tidak mencemaskan keadaan Jiyong.


****


Taeyeon membulatkan kedua mata indahnya, memandang shock pada ruang ICU yang sudah kosong, tubuhnya mulai bergetar, fikiran perlahan amburadul, sepasang kaki mungilnya melemas. Jika saja tak ada 2 orang perawat yang melintas, tubuh mungil itu sudah jatuh menyentuh lantai.

"Anda tidak apa-apa Nona?"

"...."

Tak ada respon yang berarti, perawat lain mencoba untuk menegur Taeyeon agar dia dapat kembali tersadar, dan hal ini berhasil.

"Dimana pasien yang sedang berada di ruangan itu?" Dia bertanya, dengan panik dan kacau. Membuat dua perawat yang menolongnya kebingungan.

"Maksud an-"

"-Kwon Jiyong, dimana dia?" Tak sadar, dia memekik. Menimbulkan rasa sakit dan dengungan hebat di masing-masing telinga kedua perawat tersebut.

"Kwon Jiyong? Kau tau?" Mereka saling berbicara, perawat satunya terlihat berfikir setelah di tanya nama seorang pasien yang dirasanya tak asing.

"Aku ingat."

"Kalau begitu katakan dimana dia dan tunjukan pada Nona ini, sepertinya dia sedang mengalami guncangan yang hebat sehingga dia berperilaku seperti itu."

SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang