Bagian 5

486 63 5
                                    

Jiyong menginjak pedal gas dengan kuat, membiarkan mobil Limborgini itu membelah jalanan kota Seoul yang padat. Kening yang terasa sakit di pijitnya perlahan. Pandangan terus terfokus untuk beberapa saat. Ketika sejurus kemudian tanpa sengaja dia melihat ponsel hitam yang terogok di kursi samping kemudi. Diambilnya ponsel tersebut, lalu menghubungi seseorang.

Jiyong membiarkan beberapa kali nada sambung berbunyi, seseorang diseberang sana belum mengangkatnya. Dia sempat memutuskan sambungan itu sebelum menyambungkannya kembali, seperti yang lalu, dia membiarkan nada sambung berbunyi, namun kini hanya 3 detik karena di detik berikutnya suara seorang wanita mulai mengalun indah memasuki indra pendengar laki-laki itu.

"Taeng?"

"Ji? Ada apa?"

Jiyong tersenyum. Ah rasanya beban yang tadi menumpuk di pundak perlahan menghilang seiring dengan suara khawatir Taeyeon mengecup telinganya.

"Aku merindukan mu."

Di tempat Taeyeon, tepatnya di depan sebuah meja rias dengan cermin besar yang memantulkan bayangan dirinya tersenyum.

"Apakah sesuatu sedang terjadi?" Jiyong mencelos ketika mengdengar pertanyaan Taeyeon. Wanita ini, selalu saja bisa menebak tentang dirinya.

Sebuah gumaman Jiyong berikan sebagai jawaban atas pertanyaan Taeyeon. Kembali di tempatnya wanita itu tersenyum. Waktu mereka tak pernah jauh dari sebuah masalah.

"Sejujurnya, aku juga. Sesuatu terjadi pada ku." Ujar Taeyeon dengan lirih.

"Mereka sudah mengetahuinya." Entah itu kebetulan atau memang menandakan sebuah pertanda baik bahwa takdir mulai memihak pada mereka, secara bersamaan mereka berucap.

Setelah menyadari hal tersebut, keduanya tertawa. Kemudian, pembicaraan mereka mulai teralihkan sampai secara tiba-tiba ponsel Jiyong terjatuh akibat polisi tidur yang di lewati secara kasar. Jiyong mengatakan 'tunggu' pada Taeyeon dengan seiring tubuhnya bergerak semakin kebawah untuk menggapai ponsel tersebut.

Kejadiaannya sangat cepat, suara keras yang memekakan telinga membuat Taeyeon membatu. Jantungnya sempat terhenti ketika suara decitan mobil dengan bunyi debuman keras saling sahut menyahut.

"Ji?" Panggil Taeyeon lirih. Bibirnya bergetar dengan nafas yang terasa berat.

"..."

"Jiyong-ah?" Kembali Taeyeon memanggil. Panggilan yang lagi-lagi menjadi angin sejuk lewat begitu saja tanpa ada balasan. Perlahan tangan mungil itu terjatuh, dia terdiam untuk beberapa saat dengan pandangan kosong.

"Tidak Ji, kau tidak boleh meninggalkan ku." Gumamannya terucap berkali-kali dengan suara lirih.

Mimpi buruk yang paling buruk dari semua mimpi-mimpinya, Taeyeon merasa kini dunianya mulai menggelap, hatinya terasa kebas karena terlalu sakit dia terima. Sesuatu dalam dirinya terus mendesak. Taeyeon mengutuk takdir yang tak pernah lelah mempermainkan kehidupan mereka.


****


Dia terus berlari, tak memperdulikan beberapa orang yang menatapnya heran, dia juga tak memperdulikan deringan telepon yang terus menerus berbunyi. Fikirannya terus terfokus pada sosok yang masih tidak jelas bagaimana kondisinya.

"Kwon Jiyong." Ucapnya pada salah seorang petugas administrasi. Petugas tersebut sempat melihat sekilas wajah pias Taeyeon sebelum dia memutuskan untuk mencari data Jiyong.

"ICU, anda walinya?"

"Bukan, mereka akan datang sebentar lagi." Taeyeon berbicara sambil lalu, membuat petugs tersebut agak kebingungan menanggapi perkataan wanita itu.

SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang