1. TABIAT ORANG PEMUJA CINTA

751 19 0
                                    

"...asyik banget nih!" pria keren berambut pirang sebahu menepuk pundak seorang pemuda yang sedang duduk asyik membuka situs internet.

Pemuda itu menolehnya sambil tersenyum. Wajahnya yang asli melayu itu tak kalah tampan dari pria yang menepuk pundaknya.

"Lagi ada sesuatu yang dicari?" tanya pria blasteran itu.

"Iseng aja," pemuda itu tertawa kecil.

"Gue lihat lu sering ngerental internet kemari."

"Sekedar nonton video porno," sahutnya santai.

"O, ya. Emangnya lu tinggal dekat sini?"

"Naik angkot ngeluarin duit PP 4.000 rupiah."

"Nama gue Christian," pria Indo yang keren itu mengulurkan tangannya ngajak kenalan.

"Muslim," pemuda itu menjabatnya.

"Semoga kita bisa lebih akrab lagi."

"Sesuatu yang baik. Tapi apakah lu gak punya niat hasud ke gue sebagai orang Islam?" tanya Muslim segera melepaskan tangannya dari genggaman Christian yang sepertinya sengaja tidak segera melepasnya.

"Gue malah seneng kok dengan banyaknya orang muslim sekitar sini yang senang ngerental kemari. Remaja belia yang keseringan ngunjungi situs porno."

"Kenapa mesti seneng? Mestinya lu kasih larangan. Gue juga pertama kali kesini merasa heran. Gue takut kalau sampai harus membuka-buka alamat web tentang sex. Eh tak tahunya hampir semua pengunjung sini bebas ngeakses situs porno," celoteh Muslim.

"Bagaimana kalau malam ini nginep saja di sini?"

"Emangnya kenapa?" Muslim melirik Christian.

"Ada aja!" Christian mengedipkan sebelah matanya sambil tersenyum genit.

"Ngapain nginep di tempat orang sembarangan?" Muslim mengetik lagi alamat web.

"Lu gak mikir apa? Ini malem udah jam berapa? Sekarang sudah waktunya tutup. Sudah lebih satu jam setengah. Orang lain sudah pada gak ada. Kalo lu tidak berniat nginep, gue kan ngantuk nungguinnya."

"Tapi tanggung nih belum puas. Biar deh gue bayar dua kali lipat perjamnya. Soal pintu tutup saja. Lu sudah tidur dulu sana. Entar gue bangunin kalo gue mau pulang," Muslim berusaha nego.

"Semua yang lu omongin itu bukanlah persoalan penting bagi gue. Tapi jadi orang gue ingin disiplin menghargai waktu. Sebagai tamu disini lu semestinya nyadar perjanjian jam yang sudah diterapkan untuk ngerental disini," Christian begitu halus mengemukakan sebuah prinsip kebijakan.

"Iya maaf. Kasih gue waktu lima menit lagi, OK!"

"Sampai pagi atau sampai malem lagi juga gak apa-apa kalo lu memang mau nginep. Mungkin gue pulang sekarang. Gue gak usah nungguin lu."

"Nyampe segitu percayanya lu ke gue buat nginep disini?"

"Kalo ada apa-apa juga kan gampang tinggal nuduh lu saja. Gue ngarepin banget ada orang muslim bikin ulah. Gue tak segan-segan ngangkat masalahnya hingga ke surat kabar internasional buat nambah fakta bahwa orang Islam itu emang biang kerok permusuhan."

"Busyet, bisa-bisanya kepikiran jauh nyampe disitu. Emang orang-orang Kristen mungkin pikirannya busuk terus ya nganggap umat Islam. Kayaknya dicari-cari terus sumber buat ngejerumusin orang Islam pada tindak kesalahan," Muslim berkelakar.

"Makanya jadi seorang muslim apalagi nama lu Muslim, elu mesti waspada kalau bertindak. Mungkin masalah elu ini juga bisa gue angkat buat ngejelekin agama lu. Gue kira orang muslim itu bersifat baik-baik. Eh tak tahunya mereka itu tak lebih dari para pendusta. Teorinya saja yang sok suci, eh perilakunya lebih buruk dari telur busuk sekalipun."

CHRYSIS 'Ketika Aku Ditanya Apa Agamaku' (TAMAT, LENGKAP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang