Suasana tengah malam di belahan kota Jakarta yang tak jua lengang dari gaduhnya hiruk-pikuk manusia. Meskipun tidak sepadat siang hari, jalan raya yang menjadi cermin kepribadian sebuah kota besar padat penduduk berkendaraan ini masih saja menampakan kesombongannya. Perlukah ditanggapi sikap ketakaburannya yang menyuarakan kepongahannya dengan lantang, 'waktu adalah uang!'? Seakan uang adalah Tuhan. Tiada satupun gerak selain demi uang. Waktu tak pernah memberi celah luang untuk sejenak diam. Seluruh waktunya adalah kesempatan. Lengah sedetik adalah kerugian.Dan, adakah faktor ketidaksengajaan Tuhan menciptakan matahari dan bulan agar berputar? Hingga alam mentasbihkan hukum kesempurnaan dengan bergulirnya pergantian siang dan malam. Masih kurangkah 12 jam perhari untuk memeras otak dan keringat? Bukankah; '...diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah tidurmu di waktu malam dan siang hari guna usahamu mencari sebagian dari karunia-Nya? ...' (Ar-Rum 23).
Ataukah memang kita ini selayaknya adalah Tuhan yang tak pernah kenal lelah menggerakkan serta mengawasi ciptaan-Nya?
Sedan abu-abu yang dikendarai Muslim itu terus meluncur menembus misteri dunia malam kota Jakarta. Thunder Elqo tak jauh membuntutinya dalam kecepatan tinggi mengekor kecepatan Muslim. Christian kian terpanas-panasi dengan isyarat-isyarat ejekan Elqo yang ditujukan padanya. Elqo sengaja sekali terus menghalang-halangi mobil Christian yang hendak menyiapnya. Bahkan Elqo sengaja memperlambat laju motornya sambil terus merintangi Christian yang kian membludak saja nafsunya saking terlalu keseringannya ia harus mendadak ngerem.
Elqo sungguh menjadi sosok makhluk paling menggeramkan bagi Christian yang tak henti-hentinya terus mempermainkannya. Saking kesal dan pusingnya Christian pun menekan tombol klakson mobilnya membuyarkan suasana malam yang kian memanas membakar jiwanya. Lihat, Elqo mendadak memutar kendali arah motornya mendengar klakson yang dibunyikan Christian begitu lama menghingar-bingar.
Ckittt! Elqo mengerem motornya pas di moncong mobil Christian yang juga dengan kaget spontan mengeremnya.
"Wei, syaitan lu ya! Mau mampus apa!?" hardik Christian nongol di pintu mobil.
"Elu yang syaitan! Jaga hak orang lain untuk istirahat dengan tenang, dong. Dasar keparat lu!" timpal Elqo tak kalah sengit.
"Elu yang mesti ngaca bego. Elu sudah terlalu keterlaluan jadi manusia biadab di negeri ini," balas Christian penuh emosi.
"Jika elu seorang gantelman. Hadapi gue dengan sifat kejantanan lu!" tantang Elqo berlaga seorang hero.
"Elu pikir gue takut apa?" Christian segera turun dari mobilnya segera menghadap panggilan perang.
"Ayo turun lu syaitan. Lawan gue yang lu anggap bermental tempe. Lu kira seorang gay tidak punya kekuatan! Buktikan kalo elu emang seorang pejantan!" sesumbar Christian begitu lantang sambil menerjang thunder yang masih ditunggangi Elqo hingga oleng hampir-hampir tumbang kalau Elqo tidak segera menahannya.
"Elu bener-bener serius ngajak adu kekuatan ya," Elqo dengan geram langsung menyerang Christian yang sudah siap siaga.
Akhirnya keduanyapun bergelut di pinggiran jalan di ujung malam itu. Di bawah remang-remang sinar lampu jalan, Elqo dan Christian saling serang dan mengerang. Hiuk, jbettt! Hgk!
Sesekali terdengar mereka teriak saling mengumpat. Tak jarang terdengar rintihan sakit disertai engahan nafasnya yang ngos-ngosan dalam gelora nafsunya yang pada membara.
Hingga pada akhirnya Christian tampak kewalahan menghadapi keliarannya serangan Elqo yang sangat ganas dan sadis. Christian pun terhuyung dan ambruk ke aspal. Christian sudah tidak berdaya. Dalam pandangannya yang samar Elqo menghampirinya kian dekat.
Dibatas kekuatannya itu ia menggulirkan tubuhnya ke arah mobilnya. Sudah tidak ia rasa betapa sakit dan perih meranjami organ tubuhnya atas baku hantamnya Elqo. Ketakutan memberikan kekuatan baru buatnya segera kembali naik ke mobil.
Antara sadar dan tidak Christian seraya melambungkan mobilnya seiring bergemanya sirine mobil polisi yang lagi patroli menyusuri jalan itu.
Secepat kilat Elqo pun menghambur thundernya serta melesat laksana keedanan menyusul lajunya mobil Christian.Gerungan motor Elqo yang menggaur-gaur kencang sungguh sangat mengacau-balaukan konsentrasi Christian. Ketegangan dan kepanikan membuat jiwanya kadang melayang dari kesadarannya. Hingga terkadang laju mobilnya terseok-seok dan meluncur keluar jalur menjadikan para pengguna jalan dan pengemudi kendaraan yang searah dengannya banyak yang menghardiknya dengan caci-maki yang sangat kotor.
Elqo berhasil kembali memimpin didepan. Christian berusaha menyerempetnya namun tak dapat. Elqo sekarang seakan menghindari jarak dekat dengannya. Ia terus menjauh meluncur didepan. Christian berusaha mengejar beriring rasa tegangnya yang kian memuncak atas suara sirine polisi yang kian mendekat. Hingga tidak pikir panjang lagi ia langsung belok kiri ketika lampu merah menghadangnya di muka.
Kini jalanan menyusuri kawasan yang agak sepi. Satu dua kedai malam di sepanjang pinggiran jalan masih ada yang buka. Pandangan mata Christian terasa redup terang. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya beberapa kali mengusir rasa nyeri dan peningnya yang menyerang demikian hebat merasuki kepalanya.
Dan, lihat! Dalam pandangan jarak jauh. Elqo yang melihat sedannya Muslim terparkir didepan sebuah kedai, segera membalikan lagi motornya yang kebablasan jauh ke sana dalam kecepatan tinggi.
Christian yang sedang dipuncak ketidaksadarannya tidak lagi menyadari aturan kemudinya yang kian lepas landas menghadang laju cepat thunder Elqo yang melawan arah. Elqo yang tidak pernah mengira mobil yang dikendarai Christian itu akan terus melaju dan kian menyisi sangat terperangah ketika untuknya sudah tidak ada lagi waktu dan kesempatan buat menghindar.
Hingga ... Jger! Elqo yang berusaha membelokkan motornya sudah terlambat untuk menghindar. Elqo dengan motornya terpisah terpelanting jauh tertubruk mobil Christian yang baru berhenti ketika membentur tiang listrik.
Suasana hening sejenak. Sebuah penghujung malam yang mengerikan. Christian yang sudah tidak sadar sedari tadi tampak terkulai memeluk setir dengan darah segar yang kental meleleh disela bibirnya. Sementara Elqo setelah terguling begitu jauh ia pun terlentang dalam pingsan dengan wajah belepotan darah yang mengalir dari kepalanya yang bocor...
Sedangkan di dalam kedai, Muslim tampak terduduk menghadapi sebotol wiski serta menikmati kepul demi kepulan asap rokok yang dihisapnya. Ia sama sekali tidak tersentuh alunan kesakitan yang melolong dari jiwa kedua orang yang teramat intim dengannya. Muslim acuh dalam keasyikannya. Ia seakan tidak perduli pada sang pemilik kedai dan dua orang pengunjung kedai lain yang berlari keluar setelah mendengar jeritan histeris bertabuh suara gaduh hentakan keras di luar sana.
Baru Muslim tersadar, ketika sang pemilik kedai merebut botol wiski dan lintingan rokok dari tangannya. Jiwanya yang mulai labil seketika menggerakan otot syarafnya. Tapi sebelum ia ngotot dan mohon diperlakukan secara adil, Muslim terdiam mendengar nyaringnya suara sirine menggema di tepi jalan.
"Maaf Mas ada kecelakaan didepan. Kebetulan polisi lagi patroli kemari," sang pemilik kedai mohon pengertian sambil kembali keluar meninggalkan Muslim yang tidak segera ambil tindakan.
Setelah sejenak berpikir, alangkah lebih baiknya jika ia segera pergi menghindari pertemuannya dengan polisi yang barangkali saja bisa-bisa menyeretnya ke tahanan atas minuman dan selinting ganja yang baru saja dinikmatinya. Baru saja Muslim berdiri hendak beranjak keluar, ponselnya berdering. Lalu ia pun melihat siapa yang memanggilnya. Elqo Alldear. Dengan males ia menerimanya.
"Ada apa? Kalian dimana sekarang?"
"Kami dari pihak kepolisian. Apa Anda keluarganya Elqo?"
"Saya saudaranya. Kenapa dengannya, Pak?"
"..."
Muslim serentak berlari keluar, "Iya, ya. Saya segera kesana."
"Apa Anda juga masih kerabatnya Christian?"
Muslim tidak menjawabnya. Sesampainya di luar matanya melotot melihat ke pinggir jalan tepat pinggir kedai itu. Benarkah apa yang telah terjadi?
KAMU SEDANG MEMBACA
CHRYSIS 'Ketika Aku Ditanya Apa Agamaku' (TAMAT, LENGKAP)
Lãng mạnTuhan siapa yang melegalkan kelamin kita bersatu? Klimaks dari kegalauan jiwa seorang gay yang merasa terkekang dengan dosa atas Tuhannya. Hingga ia merencanakan mencari Tuhan baru dengan mengusung agama baru sebagai agama yang khusus dijadikan wada...