"Jadi kamu dengan Christian benar-benar akan menikah?”
Sesaat Muslim terdiam. Lalu jawabnya pelan, “Mungkin!”
“Daripada aku nanti lebih terluka parah melihatmu menikah dengan Christian. Aku harap Bogor menjadi kenangan terakhir kita dalam saling mengenal. Aku tidak ingin akhir hidupku semakin hancur dan menderita menyaksikan dirimu yang telah sempat membuatku bahagia.”
“Kamu membenciku karena CRYSIS?” tanya Muslim pelan.
“Bukan benci, tapi karena cinta aku lebih baik tidak mengenalimu lagi,” sahut Elqo berbisik getir.
“Aku tahu kamu tidak akan pernah bisa menerima kehadiran CRYSIS.”
“Percuma aku meyakini CRYSIS juga. Kelaminku sudah tidak akan lagi memberikan kepuasan sex bagimu.”
“Kita harus berusaha dan tetap yakin kalau kelaminmu bisa kembali normal.”
“Lebih baik jangan bermimpi aku bisa melayani permainan sexmu lagi. Bagiku ini sudah cukup menjadi sebuah peringatan yang sangat berarti. Aku yakin apa yang terjadi padaku saat ini adalah kehendak-Nya agar aku mendapat kesempatan untuk taubat dan menikmati indahnya hidup dalam kebenaran petunjuk-Nya.
Aku yakin kalau Tuhan yang telah menciptakan aku itu adalah Allah. Hingga aku diperkenankan oleh-Nya untuk kembali pada-Nya. Setelah aku banyak berzina dan sempat menyakiti perasaan wanita. Setelah aku ketakutan mempunyai keturunan serta sempat menggugurkan janin dalam kandungan mereka. Setelah aku jadi pengecut tidak memiliki tanggung jawab. Aku vaksetomi. Kelaminku dikebiri. Dan kini… kelaminku impotensi! Maka jangan berusaha menghalangi aku pergi. Karena sudah tak ada yang dapat diharapkan lagi,” ratap Elqo begitu dalam.
“Kamu yakin akan tetap pergi dariku?”
“Semoga saja kebahagiaan menyertaimu selepas aku pergi darimu.”
“Aku tidak pernah berharap kita akan berpisah. Bagaimana bisa aku menghancurkan bangunan cintaku padamu yang sangat demikian besar kekuatannya?”
“Robohkan sedikit demi sedikit sebagaimana dulu ketika kamu secara bertahap membangunnya.”
“Jika kamu mau berpegang teguh pada Islam, aku tidak akan memaksakan keyakinan CRYSIS padamu. Karena cintaku padamu tidak akan terhalangi perbedaan itu.”
“Islam tidak membenarkannya. Sekali lagi. Jangan paksa aku mengakhiri kebersamaan kita dengan kebencian.”
“Jadi benar-benar kau ingin meninggalkanku sejauh mungkin?”
“Sudah keputusanku,” tandas Elqo mantap tanpa sedikitpun keraguan yang tertangkap dalam sikapnya.
“Jadi ini akhir perjuanganmu setelah berhasil menjadikan aku sebagai seorang homo? Kau sengaja menjerumuskan aku pada indahnya percintaan dunia homo? Sengaja kan kau mau menghancurkan hidupku? Lalu setelah berantakan kau mau meninggalkannya begitu saja? Inikah arti cinta kasih yang kau ajarkan itu? Inikah akhirnya? Apakah pantas Islam menjadi naungan orang-orang berdosa seperti kita? Apakah tidak malu nanti dihadapan Muhammad kita diadili?
Orang berpendidikan rendah tentang agama seperti dirimu tidak akan banyak yang akan kamu pertanggungjawabkan. Sementara aku? Aku seorang sarjana agama yang terlahir dari keluarga agamis dan dididik secara benar dalam keagamaan. Apa tidak akan berat nanti menghadapi proses pertimbangan amal?
El. Aku sungguh kecewa padamu. Kamu egois. Kamu tidak mengerti perasaanku. Padahal semua apa yang aku perjuangkan selama ini juga adalah demi aku bisa hidup bersamamu secara syah dalam sebuah bahtera rumah tangga. Aku tidak perduli kamu impoten. Aku tidak membutuhkan tegangnya penismu saat bercinta. Jika kamu memang mau membahagiakan aku, bukankah mulut, tangan dan duburmu juga masih bisa membuat penisku ereksi?
KAMU SEDANG MEMBACA
CHRYSIS 'Ketika Aku Ditanya Apa Agamaku' (TAMAT, LENGKAP)
RomanceTuhan siapa yang melegalkan kelamin kita bersatu? Klimaks dari kegalauan jiwa seorang gay yang merasa terkekang dengan dosa atas Tuhannya. Hingga ia merencanakan mencari Tuhan baru dengan mengusung agama baru sebagai agama yang khusus dijadikan wada...