Suasana siang hari di rumah makan khas Sunda. Rumah makan dengan artistik model saung beratap rumbia yang menghadap ke sebuah kolam ikan yang cukup luas. Di atas ranjang yang terbuat dari bilik bambu terduduk Christian dan Muslim sedang melahap sajian makan siang. Keduanya begitu menikmati romansa siang ini. Keduanya menghadap ke kolam, menyaksikan panorama alam yang cukup indah. Pepohonan yang tumbuh rindang di tepi kolam daunnya meliuk-liuk tertebak angin. Tidak ada orang yang memancing siang ini. Ada juga sepasang remaja yang sedang asik bercanda di bangku kayu dibawah pohon jambu air.
Sambil mengunyah Christian mengajak Muslim berbicara,
“Apa rencanamu untuk masa depan kita?”
“Mencari solusi yang terbaik,” jawab Muslim.
“Kamu menginginkan aku menjadi seorang muslim?”
“Buat apa?”
“Menyamakan keyakinan kita, kalo kamu merasa keberatan untuk masuk agama Kristen.”
“Aku tidak akan mengajakmu untuk menganut agama Islam. Begitu juga aku sangat tidak mungkin untuk menyembah patung Jesus.”
“Lalu? Kita jalani saja agama kita masing-masing? Apakah kamu tidak akan merasa terbebani dengan perbedaan ini?”
“Aku ingin kejelasan tentang agamamu. Begitu juga kau harus paham tentang ajaran agamaku.”
“Kita memegang dua agama? Aku merasa kurang setuju. Soalnya jangankan untuk memegang dua keyakinan Kristen dan Islam. Kristen saja satu aku sudah semrawut sekali. Apalagi dua!”
“Bukan itu maksudku. Kita menyatukan keyakinan kita. Memadukan hukum Kristen dengan Islam.”
“Sampai sedemikian jauhnya pandanganmu. Apa tidak akan memicu perselisihan sengit antar agama kita? Menurutku lebih baik aku yang pindah saja menganut agama Islam. Kita bersatu memperjuangkan hak kita dalam Islam.”
“Justru itu yang tidak aku inginkan.”
“Kenapa? Bukankah orang Islam akan merasa bangga ada orang Kristen menjadi mau balap...”
“Mau balap?” Muslim heran.
“Ya, orang yang baru masuk Islam.”
“Mualaf!?”
“Heeh. Maksudku juga itu. Setidaknya itu akan lebih baik. Apalagi buatku, mungkin aku akan belajar menjadi orang yang baik. Karena sebenarnya aku sangat memuji ajaran Islam yang memiliki penataan aturan hidup yang sangat terperinci sekali dari hal-hal yang paling kecil sampai yang sangat besarnya yaitu alam semesta raya ini,” Christian memberikan pertimbangan.
“Kamu boleh memuji dan menilai apapun tentang Islam. Tapi satu hal yang harus kamu ketahui, agama mana yang dalam kitabnya mengakui dan melindungi hak kaum homoseksual?”
“Ya agama liberal. Baik Kristen ataupun Islam,” Christian sangat mantap.
“Apakah Budha liberal dan Hindu liberal juga sama pemahamannya?”
“Aku kurang tahu. Baru kali ini aku dengar Hindu dan Budha liberalnya juga. Aku tidak pernah bersinggungan dengan agama dari bumi itu. Tapi mungkin juga iya. Soalnya itu kan kitabnya sudah pasti buatan manusia bukan berasal dari mukzizat yang diwahyukan Tuhan melalui malaikat. Jadi ada kemungkinan mereka dengan mudahnya mengubah-ubah isinya.”
“Apakah kamu tidak kepikiran menganut ajaran Budha dan Hindu sebagai agama nenek moyang suku bangsa Indonesia ini?”
“Aku kira tidak mungkin. Terlalu tua dan terlalu alamiah prosedur periketuhanannya.”
“Aku kira justru itu lebih baik. Apalagi buatmu yang menyetujui paham liberal. Menurutku Budha dan Hindu itu adalah basic sebuah misi liberalism. Agama yang terlahir dari puncak kesuciannya seorang manusia dalam mengkaji diri. Kitab penuh teladan yang terpuji yang tercipta lewat tangan manusia. Pemahaman jati dirinya dengan sang pencipta melahirkan kesempurnaan hidupnya yang sangat arif dan bijaksana. Kesucian lahir dan batinnya tidak semata tergerak karena rencana Tuhan. Tidak seperti Isa dan Muhammad yang semenjak di alam ruhnya sudah berada dalam penjagaan Tuhannya. Sudah ada isyarah-isyarah kenabiannya semenjak kelahirannya. Tuhan sudah memberikan pertanda-pertanda khusus titel keagungannya. Juga diberi petunjuk dan dituruni wahyu dari langit tidak seperti para pemuka agama bumi yang melahirkan agamanya atas dasar pendalaman pemahaman terhadap pengalaman-pengalaman alam ruhiahnya. Atas kemurnian suci sukmanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHRYSIS 'Ketika Aku Ditanya Apa Agamaku' (TAMAT, LENGKAP)
RomanceTuhan siapa yang melegalkan kelamin kita bersatu? Klimaks dari kegalauan jiwa seorang gay yang merasa terkekang dengan dosa atas Tuhannya. Hingga ia merencanakan mencari Tuhan baru dengan mengusung agama baru sebagai agama yang khusus dijadikan wada...