4. RASA CINTA TAK SELAMANYA MENGALIR APA ADANYA

83 6 0
                                    

"Gimana kalo malam ini kamu nginep di rumahku?"

"Aku merasa gak enak sama keluargamu."

"Bukankah kamu yang sengaja meng-isme pemikiran ibuku?"

"Emangnya kamu setuju atas paham ibumu?"

"Jangan berlaga jadi orang bego kalo kamu ingin lama berhubungan denganku."

"Kamu galak juga."

"Christ. Sebelum kamu menyesal akhirnya, lebih baik kamu pertimbangkan dulu. Aku beri kesempatan padamu untuk lebih memahami karakterku. Aku jujur saja orangnya keras. Tidak sekalem yang kau lihat. Jangan sampai penglihatanmu terbodohi dengan penampilanku."

"Aku sudah yakin akan pilihanku. Aku akan bertahan menjadi pasanganmu. Kalo kamu benar mencintaiku, aku berani melawan tantangan keluargamu seandainya mereka tidak setuju dengan hubungan kita."

"Aku salut padamu. Seandainya perasaan cintamu itu lurus sejalan alur cinta yang Tuhan arahkan untuk sesosok perempuan. Mungkin akan lebih mulia hidupmu. Tidak seperti mencintaiku yang bagaimanapun tulus dan sucinya tetap saja mengarah pada jalur cinta yang salah."

"Aku gantungkan seluruh angan dan harapanku di tingginya nuranimu."

"Kita berjuang bersama memupus kekeliruan firman Tuhan di benak manusia demi menuju bahtera cinta yang sangat agung yang senyatanya adalah kehendak Tuhan semata."

"Most, aku sangat yakin sekali kalo kamu bisa menjadi figur penerang bagi manusia-manusia yang sesat pemikirannya. Diperkuat lagi dengan ilham-ilham cemerlang ibumu yang sangat ingin memanusiakan manusia. Yang ingin menyamakan kedudukan derajat manusia dari sisi gender serta dalam pandangan Tuhannya."

"Mungkin kamu tidak pernah tahu asal mula tercetusnya pengakuan ibuku terhadap pemberdayaan kaum homoseksual yang berdalih diatas nama besar agamanya itu. Sebenarnya bukan semata karena ide-ide konyolmu saja yang menjadi landasan ibuku memproklamirkan fatwa hebatnya yang langsung disambut meriah pesta syukuran kaum homosek Indonesia itu. Tetapi berawal dari dorongan batin atas latar belakang keluarganya termasuk aku.

Kamu benar. Dan aku tidak harus memungkirinya lagi kalo aku memang seorang gay. Kisah kesukaanku terhadap sesama jenis ku rasa tak jauh beda dengan latar belakangmu.

Waktu aku SD aku tinggal bersama nenek-kakekku di desa. Sebagai anak desa aku tidak memiliki kebebasan penuh dalam pergaulan. Nenek-kakekku memberikan batasan-batasan tertentu. Aku tidak boleh main berkeliaran dengan anak-anak desa lainnya yang tidak teratur dan nakal-nakal.

Nenekku menitipkan aku pada seorang kiyai agar aku mendapatkan didikan agama darinya. Aku senang sekali dapat mengaji dan bergaul dengan anak yang lain. Meskipun hanya sebatas sore menjelang maghrib hingga ba'da isya nenek-kakekku memberikan izinnya. Sepulang mengaji aku harus belajar mata pelajaran sekolah, agar prestasi baikku di sekolah tidak menurun. Hanya malam minggu aku punya waktu untuk menginap di pondoknya Bapak Ustad. Dan semalam dalam satu minggu itulah yang menjadi ukiran sejarahku untuk terjun ke dalam lautan berahi homoseksual.

Sudah penampilanku sejak kecil tampil rapi dan bersih menyumbang nilai tambah yang sangat besar buat fisikku yang berparas tampan. Terlebih kesopan-santunanku yang menjadikan semua orang segan terhadapku. Siapa orangnya yang tidak menghormati aku. Sudah terlahir sebagai cucu orang kaya. Anak dari keluarga yang berpendidikan tinggi. Mempunyai sifat yang terpuji lagi. Juga otakku cerdas. Pokoknya karismaku sangat begitu besar pengaruhnya bagi teman-teman sepengajianku.

Tak hanya teman sebaya dan yang dibawah umurku. Kakak-kakak seniorku seolah mentemanemaskan diriku dari teman-teman yang lainnya. Aku bangga sekali dan selalu merasa betah jika berada di pondok.

Usiaku baru sebelas. Baru kelas 5 SD. Kegantenganku sudah begitu jelas tercermin. Hingga bukan hanya santriyat saja yang suka padaku, melainkan guru ngaji serta semua orang sayang padaku. Aku maknai semua itu sesuatu yang wajar. Tapi, aku tidak tahu persis apa yang terjadi di malam minggu itu. Yang aku ingat, aku terjaga dari tidurku dalam pelukan seorang kakak seniorku yang tangannya asyik mempermainkan kemaluanku.

CHRYSIS 'Ketika Aku Ditanya Apa Agamaku' (TAMAT, LENGKAP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang