Chapter 3

8.3K 883 420
                                    

Bas cemberut, pagi sekali Mama membangunkannya dan menyuruh Bas segera naik ke mobil. Mama bahkan sudah mengemas barang - barang milik Bas ke Koper. Apa Mama tak sayang lagi padanya sampai ingin Bas cepat - cepat pergi dari rumah dan tinggal dengan Kakaknya.

Mobil mereka sampai di parkiran Apartemen. Bas melotot ia baru ingat kalau Apartemen ini juga tempat tinggal P'Kim. Tadi Bas belum sempat mandi dan masih mengenakan piyama, ia yakin wajahnya berantakan sekali. Ia keluar dari mobil meninggalkan Kakaknya. Lalu melihat ke kanan kiri berharap tidak ada yang mengenalinya.

"Bas!." Panggil Copter, Kakak tingkatnya yang sekarang sedang semester 3.

Bagaimana ini? Bas tidak ingin ketahuan. Ia berbalik arah tapi tangan Copter sudah sampai di bahunya. Bas diam tak bergerak, menahan nafas. Tapi Copter terus memanggilnya.

"Bas ini kau kan?."

"Maaf ini bukan Bas, ini patung lilin. Buktinya aku tidak bergerak." Ucap Bas lalu menerima pukulan ringan di kepalanya.

"Aw P'God kenapa memukul kepalaku?" Bas mengelus kepalanya sambil menatap tajam si pelaku pemukulan.

"Iya P', Otak Bas kan cuma setengah. Kalau dia jadi tambah bodoh bagaimana?." Copter ikut sedih tapi sekarang ia yang dihadiahi pukulan di kepalanya oleh Bas.

God merasa ia harus segera memisahkan Bas dan Copter sebelum dia menjadi sama anehnya. God menarik Bas masuk ke kamar Apartemennya meninggalkan Copter yang kini menatap punggung mereka. Kalau melihat Bas, Copter jadi ingat adik perempuannya, Jea. Sama - sama aktif dan bawel.

"P'Copter, kebetulan P' ada disini. Tolong aku yah. Berikan surat cintaku untuk P'Kim. P' kan tahu aku itu pemalu." Copter memutar bola matanya malas.

Bohong sekali kalau mengatakan adiknya pemalu, Jea orangnya malah malu - maluin. Lagi pula siapa P'Kim? Ia bahkan tidak kenal. Tapi adiknya ini sering memaksanya agar bertemu Kim itu.

"Aku tidak tahu dia siapa dan tinggal dimana? Lagi pula bagaimana caraku memberikan surat cinta padanya. Aku kan laki - laki."

"Dia tinggal di kamar 304, dan aku sudah menyelipkan suratku di buku miliknya. Ku mohon P'." Jea memelas lalu menarik - narik lengan Kakaknya. Copter bukan tipe Kakak yang tega pada adiknya, jadi dia mengambil buku itu dan menuruti permintaan adiknya. Keuntungannya adalah ia bisa tahu bagaimana wajah pria yang adiknya suka itu.

Copter berjalan menuju kamar yang tadi ditunjukkan adiknya. Tapi saat sampai di depan kamar itu dia malah terjatuh. Lagi pula siapa yang menumpahkan minyak goreng dilantai?. Copter mencoba berdiri tapi kaki nya sangat sakit.

Pintu kamar 304 itu terbuka dan menampakkan seorang pria tinggi dengan wajah khawatir.

"Copter kau terjatuh? Bisa berdiri tidak?" Yang ditanya menggelengkan kepalanya. Ia malu, ternyata yang dimaksud Kim yang Jea maksud adalah Kimmon teman kuliah yang tidak dekat dengannya.

Kim mengangkat Copter bridal style dan membawanya duduk di tempat tidur karena Apartemen Kim tidak memiliki sofa. Copter bingung wajah Kim tampak cemas ia sedari tadi bolak balik untuk mengambil handuk, obat dan makanan untuk Copter, padahal di kampus mereka seperti orang asing.

Copter menatap Kim yang memijat kakinya. Pantas saja Jea suka, Kim ternyata baik hati.

"Kau mau aku antar pulang ke rumahmu?." Tanya Kim.

"Tidak usah aku bisa menelpon adikku. Oh ya aku kesini karena ingin mengatar buku milikmu." Ucap Copter lalu menelpon adiknya.

Kurang dari 5 menit bel kamar 304 berbunyi. Lalu munculah Jea dan teman perempuan adiknya, Fern. Jea dan Fern senyum senyum padahal Kakaknya sedang kesakitan. Memang contoh adik yang perhatian sekali.

G With BTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang