E-26

3.4K 372 19
                                    

Pintu ruang kesehatan di dobrak. Dua orang masuk dan salah satunya langsung berteriak, "Perbatasan timur diserang!!" Salah satunya menghampiri Qing, "panglima, black witch mengirim pasukan besar-besaran." orang-orang langsung berlarian. Qing langsung bangkit dari kasur putih di ruang kesehatan dan beranjak menuju tempat dimana pasukannya akan berkumpul.

••

"Pasukan elite berada di tengah, pasukan bawah berada di garis paling depan, dan pasukan udara akan membantu dari udara." Jelas Qing pada masing-masing pimpinan kelompok pasukan. Mereka mengangguk dan langsung menuju tunggangan masing-masing, begitu juga Qing yang langsung menaiki Griffinnya.

Seperempat pasukan Evergenity berangkat menuju timur. Serangan itu tak lama terlihat dari kejauhan. Serangan itu ternyata besar, melibatkan para Minotour, Orc, Hybrid, Kelelawar raksasa, dan para black witch.

Tak lama para Kelelawar raksasa langsung menyerang pasukan udara. Qing langsung menembakkan panah-panahnya yang langsung menjatuhkan kelelawar-kelelawar itu. Butuh dua kali tembakan anak panah untuk membunuh kelelawar ganas yang ukurannya sepuluh kali lipat lebih besar dari ukuran normal hewan itu.

Sementara itu pasukan darat sudah memulai perangnya dengan senjata masing-masing. Suara pedang berdesing terdengar, teriakan, erangan, darah mulai ada dimana-mana, dan lebih dominan dari pihak Evergenity yang gugur.

Tak sampai serengah jam, pasukan Evergenity sudah tinggal separuhnya. Pasukan black witch begitu banyak dan ganas, mereka kuat karena dibantu cairan-cairan penguat luar biasa yang di buat oleh para black witch.

"Berbalik, mundur!!!" Perintah Qing pada pasukan udara yang langsung didengar oleh pasukan didekatnya. Mereka mengangguk dan langsung membalikkan tunggangan mereka kembali mundur ke garis aman.

Pasukan udara sudah menghabisi kelelawar-kelelawar raksasa itu, namun pasukan darat black witch terus bertambah banyak dan terus maju ke daerah Evergenity.

Para Evergenity dengan Griffin mereka berlindung sementara di balik perbukitan yang lumayan jauh dari area perang. Qing berdiri diatas Griffinnya, menatap seluruh pasukannya. "Kerahkan seluruh kekuatan kita, inilah perang yang telah diramalkan bertahun-tahun itu!" Ucapnya tegas dan bawahannya mengangguk.

Mereka kembali terbang, separuh pasukan udara kembali ke area perang, sementara Qing dan setengahnya lagi kembali ke istana untuk mengurus rakyat, mengumumkan pengungsian, mengerahkan seluruh pasukan yang ada.

••

"Masuk! Cepat-cepat! Cari kereta atau kuda dan pergi ke lembah di pegunungan utara!" Qing berteriak pada rakyat yang panik seraya mencari kendaraan atau tunggangan mereka untuk mengungsi. Qing memcari sang Ratu dan kemudian menghadap ratu Rosi yang sibuk memerintahkan prajuritnya untuk membawa rakyat mengungsi.

"19 distrik hancur Yang Mulia." Ucap Qing lantas menatap Ratunya yang langsung terdiam. Ratu Rosi menghela napas berat, ia telah kehilangan setengah lebih kerajaannya. "Setidaknya masih ada empat distrik lagi dan istana ini yang harus dipertahankan." Ratu Rosi tersenyum, "dan..kekasihmu." Lanjut Ratu Rosi dengan senyum sedihnya. "Aku tak tahu dimana dia sekarang, kuharap ia baik-baik saja." Kata sang Ratu pada akhirnya dengan wajah pasrah. "Ia pasti datang dan membantu kita." Balas Qing yakin, kemudian langsung berbalik dan menaiki kudanya, Clord.

Qing terus melaju menuju area peperangan yang semakin dekat dengan istana. Perasaannya campur aduk. Ia begitu ingin mencari Vea, menemukannya dan memeluknya, membawanya ke tempat aman sehingga Qing tak perlu mengkhawatirkan perempuan itu lagi. Karena rasa sakit yang ia rasakan itu, pasti berasal dari Vea, dan Qing sangat mengkhawatirkan keadaan wanitanya itu. Tapi ia harus meyakinkan dirinya bahwa perkataan Ratu Rosi itu benar, Vea pasti baik-baik saja.

Ia menambah kecepatan Clord, emosinya mulai memuncak mengingat banyak sekali rakyat Evergenity yang telah mati karena distrik mereka di bantai. Banyak sekali orang-orang yang ia sayangi dihancurkan para black witch.

Apa salahnya Evergenity bebas? Bukankah jika para black witch tidak memburu kami maka kami juga tidak akan mengganggu mereka? Emosi Qing terus memuncak ketika teringat distriknya telah hancur dan ia tidak tahu bagaimana kabar keluarganya. Ayahnya, ibunya, adiknya, bagaimana kabar mereka?

Mereka pasti selamat. Qing terus meyakinkan dirinya bahwa semuanya pasti baik-baik saja.

Tapi jauh di lubuk hatinya, ia menyadari, semuanya tidak sedang baik-baik saja. Semuanya telah hancur.

Ia sampai dengan pedang peraknya, menatap pasukannya dengan keadaan sudah banyak sekali yang gugur. Ia terdiam, apa Evergenity akan musnah? Batinnya lagi, namun sedetik kemudian ia tak mau mempedulikan hal itu, ia harus berjuang sampai mati. Clord kembali berlari dan Qing yang menungganginya mulai menyerang musuh-musuh yang semakin brutal.

Pasukan udara melawan para black witch dengan Firebluerx, api biru yang ditakuti para penyihir itu. Pasukan Black witch melemparkan cahaya-cahaya atau asap-asap hitam, bentuk kekuatan mereka yang beracun.

Para Evergenity berjatuhan, mereka jelas kalah jumlah setelah burung-burung gagak berdatangan dan ikut menyerang Evergenity.

Langit menjadi sangat gelap. Petir menyambar-nyambar, tanah bergetar, angin begitu kencang seperti mengamuk dan ingin menerbangkan segalanya. Pohon-pohon dipinggir padang luas itu terbakar, entah apa yang membakarnya. Dan saat Qing menoleh ke langit, saati itulah ia melihat Vea terbang menunggangi gagak berukuran dua kali ukuran manusia. Disebelah Vea juga ada gagak yang di tunggangi Avenda.

Tiba-tiba pasukan di pihak black witch berhenti menyerang dan mundur agak jauh, membuat jarak antara pasukan Evergenity dan pasukan black witch.

Vea dan Avenda turun dari gagak mereka dan berdiri didepan pasukan black witch.

"Vea.." lirih Qing, ia melihat Vea dari jarak 10 meter didepannya dengan penampilan menyerupai black witch. Gaun hitam khas penyihir dengan bola mata yang berubah warna menjadi hitam. Warna rambutnya juga menjadi abu-abu yang sangat gelap.

Avenda tiba-tiba tertawa dan maju beberapa langkah, menatap Qing dengan senyum liciknya, "bagaimana Qing? Kau tercengang melihat kekasihmu berubah drastis?" Suaranya terdengar menjijikan, "oh tentu saja, dia sudah menjadi budakku sekarang." Lanjut Avenda kemudian tertawa lagi. Rahang Qing mengeras, ia sangat tidak suka dengan kata-kata 'budak' itu.

"Kau marah Qing?" Avenda terkekeh kemudian menyeringai. "Kalau begitu kau harus meluapkan amarahmu." Avenda mundur dan berdiri disamping Vea.

"Vea, bunuh dia."






•••

By Rainytale

EvergenityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang