PART. 3

1.2K 35 0
                                    

"Wanita biasanya dinikahi karena empat hal: karena hartanya, nasabnya, parasnya dan karena agamanya. Maka menangkanlah dan kamu pilih wanita yang bagus agamanya (keislamannya) dan kamu akan beruntung. Kalau tidak demikian, niscaya kamu akan merugi."

-[HR Bukhari dan Muslim]-

•••••

"Wuih, pengantin baru udah masuk. Seger banget wajah kamu, Raz," goda Nicholas ketika Firaz muncul dari tangga dan kemudian berjalan ke arah finger print.

"Kan sudah ada yang ngurusin, segerlah. Makanya nikah," jawab Firaz balik meledek rekan kerjanya itu.

"Setan, sekarang udah bisa ngledekin yang bujang," sungut Nicholas yang kemudian menyerahkan map aplikasi kredit hasil survey hari sebelumnya untuk dicek kelengkapan kreditnya oleh Firaz sebelum diserahkan pada bagian Credit Analysis dan dianalisa layak atau tidak nasabah tersebut dibiayai.

Firaz memang bekerja di salah satu leasing sebagai Credit Marketing Head (CMH) dan Nicholas tadi adalah Credit Marketing Staff (CMS) salah satu staf di divisinya yang usianya hanya berjarak dua tahun darinya sehingga Nicholas merasa tidak perlu memanggil dirinya dengan sebutan bapak.

"Firaaaaaz, akhirnya kamu masuk juga," suara cempreng nan centil milik Via menusuk pendengaran Firaz. Via langsung mendekati Firaz dan berusaha untuk memeluk lengannya, namun dengan sigap Firaz mundur dan meghindar.

"Via, jaga sikap kamu. Aku sudah punya istri," geram Firaz.

Namun Via masa bodoh dan berlagak tuli dengan kata-kata Firaz, dengan cepat Via menyambar lengan Firaz dan memeluknya erat, Firaz menegang dan amarahnya menggelegak.

"Astaghfirullah. Kamu keterlaluan Via," bentak Firaz sambil menepis kasar tangan Via dari lengannya dan mendorong bahu rekan kerjanya tersebut dengan keras.

Akibat perlakuan Firaz, Via terhuyung dan hampir jatuh terduduk jika tidak ditahan oleh rekan kerjanya yang lain. Firaz memandang sekeliling dan dirinya malu sekali rasanya menjadi tontonan. Kelakuan kasarnya baru saja membuat dirinya langsung banyak beristighfar.

"Sok suci kamu, Raz. Lupa kalau kamu pernah menyentuh tubuh--" belum selesai Via menyelesaikan kalimatnya, Firaz membentaknya. Lagi.

"CUKUP! Kalau kamu masih mau aku anggap rekan kerja, berhenti ganggu suami orang. Paham?" Firaz kemudian memandang sekelilingnya, "Bubar kalian. Maaf pagi-pagi saya sudah bikin keributan," ucap Firaz yang kemudian pergi dan turun kebawah.

Firaz ternyata menuju kamar mandi, setelah menghela nafas, bergegas dirinya mengambil wudhu. Inginnya Firaz melaksanakan shalat dhuha sekalian menenangkan diri dan meredakan emosi, namun dirinya malu jika nanti dikatakan sok alim oleh temannya. Ya, begitulah manusia. Terkadang malu ketika ingin berbuat kebaikan hanya karena takut menjadi ledekan, namun tanpa malu berbuat keburukan yang jelas-jelas mengundang murka Allah. That's ridiculous, isn't it?

•••••

Sebelum menikah, Aqilla memang masih pengangguran. Dirinya baru saja diwisuda tepat satu bulan sebelum bertemu dengan Firaz pada peristiwa malam itu. Itu artinya, umurnya terpaut delapan tahun dengan suaminya, dirinya baru dua puluh dua tahun sedangkan Firaz berumur tiga puluh tahun.

Aqilla ingin sekali bekerja dan mengaplikasikan ilmu yang didapatkannya selama di bangku kuliah. Ketika kuliah, Aqilla mengambil jurusan Tarbiyah dan Ilmu Keguruan untuk program studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) di Institut Agama Islam Negeri Jember dan juga sempat ditawari untuk mengajar di salah satu MI di Jember tempat dirinya melaksanakan Program Praktik Lapangan (PPL). Namun, orangtuanya menyuruhnya untuk pulang dan mencari pekerjaan di Banyuwangi saja.

Ta'arufTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang