Chapter Four

8.3K 1.1K 272
                                    

Jennie benar-benar tak habis pikir. Bagaimana bisa Taeyong ternyata telah menyukainya sejak lama padahal mereka tergolong tidak terlalu dekat dan jarang berinteraksi di kampus.

"Memang apa yang telah kulakukan sampai kau begitu menyukaiku?" tanya Jennie.

"Kau tidak perlu tahu," jawab Taeyong.

"Dasar menyebalkan," rutuk Jennie pelan.

"Aku tidak menyukaimu!" tambah Jennie.

Taeyong yang sedang menaruh kembali beberapa ijazah dan dokumen foto tiba-tiba menghentikan pergerakannya sejenak saat mendengar perkataan Jennie.

"Bukan masalah bagiku," sahut Taeyong kemudian melanjutkan lagi kegiatannya.

Lalu kini keheningan menyelimuti keduanya. Taeyong saat ini masih menaruh kembali beberapa ijazah dan foto diatas rak sementara Jennie saat ini hanya berdiri tidak melakukan apa-apa.

"Apa kau masih mau memberikan apapun yang kumau walaupun aku tidak menyukaimu?" tanya Jennie.

"Yap," jawab Taeyong.

"Kalau begitu bayar uang kuliahku semester depan!" seru Jennie, sebenarnya Jennie hanya bermaksud mengetes Taeyong namun lagi-lagi jawaban Taeyong diluar dugaannya.

"Oke, akan sekalian kulunasi hingga kau lulus," ujar Taeyong.

Jennie melebarkan matanya terkejut.

"Kau gila.." kata Jennie.

Taeyong kemudian berbalik menghadap Jennie. Ia perlahan mendekat kearah gadis itu. Jennie sontak memundurkan tubuhnya beberapa langkah hingga kini Jennie menabrak dinding di belakangnya sementara Taeyong semakin mengikis jarak diantara mereka.

Taeyong menundukan wajahnya mensejajarkan wajahnya dengan wajah Jennie. Wajah mereka pun kini hanya berjarak sekitar 5 cm. Jennie menahan nafasnya, jantungnya mendadak berdebar tak karuan. Jennie saat ini tampak bagaikan kucing kecil yang ketakutan di terkam oleh singa.

Melihat Jennie yang ketakutan, Taeyong menyeringai.

"Kau lelah bukan? Ada kamar khusus tamu didekat ruang depan. Kau bisa menggunakan kamar itu," ujar Taeyong kemudian pemuda itu kembali menegakkan tubuhnya dan beringsut menjauh dari tubuh Jennie.

Jennie menghela nafas lega.

"A-antarkan saja aku ke apartemen Chaeyeon, aku tidak mau tinggal serumah denganmu!" seru Jennie.

Taeyong kemudian melangkah keluar ruangan rahasia itu diikuti oleh Jennie. Pemuda itu berjalan menuju ranjang king size miliknya dan merebahkan tubuhnya terlentang diatas ranjang dan tangan kanannya ia gunakan sebagai penyangga kepalanya.

"Aku tidak mau," ujar Taeyong.

"Kau bilang akan memberikan semua yang kumau. Nah sekarang aku mau pergi ke apartemen Chaeyeon!" balas Jennie.

"Aku memang akan memberikan semua yang kau inginkan, tapi kalau kau menginginkan sesuatu yang membuatmu jauh dariku, tentu saja aku tidak akan memberikannya," ujar Taeyong.

Jennie mengerutkan keningnya dan memandang Taeyong dengan pandangan kesal.

"Tenang saja aku tidak akan berbuat macam-macam kepadamu. Percayalah disini lebih aman daripada di apartemen temanmu itu," ujar Taeyong.

Jennie terlihat sedang memikirkan sesuatu. Gadis itu masih berdiri tak bergeming dihadapan ranjang Taeyong.

"Kenapa masih disini? Atau kau ingin tidur disini bersamaku? Itu justru lebih baik, aku sangat tidak keberatan," goda Taeyong sambil menyeringai, dan entah mengapa Jennie merasa seringai Taeyong begitu seksi dimatanya, dan hal itu sukses membuat pipinya bersemu merah.

Black Identity | Taeyong x JennieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang