6 - Yang Belum Terbayar

23 6 3
                                        

Jadi.

Anak laki-laki muda itu mundur selangkah dua langkah, memandangi lingkaran sihir darah yang melingkupi sebuah boneka porselen. Ia benci darah, apalagi harus membunuh seekor kucing untuk itu.

Namun apa daya jika ini semua jalan terakhirnya, untuk sihir kebangkitan. Ia lalu menggendong adik perempuannya yang tak bernapas lagi, ringkih dan sedih. Umurnya nyaris delapan namun begitu kurus, rambutnya rontok hingga kepalanya hampir botak. Anak muda itu menaruhnya dengan hati-hati di tengah lingkaran, dan memposisikan boneka porselen itu dalam dekapan adiknya.

Ia menutup mata, menahan semua perasaan ragu dan mengambil secarik kertas catatan mantra.

"Bizitza iragankorra da, heriotza betikoa da. Arma egiten da guztien artean, igotzen da ez da inoiz erori!"

Semenjak cahaya itu menyihir, semua berubah. Anak laki-laki itu menangis, adiknya telah bangkit kembali. Rambut cokelatnya telah tumbuh. Ia akan hidup selamanya abadi tanpa tua. Sebagai boneka bermata hijau. Boneka porselen yang kini dipeluknya, ada sedikit cipratan darah di gaun putihnya.

"Mazio... Kau kenapa jadi besar?"

Tanya suara adiknya lirih.

Boneka itu bahkan tak membuka mulutnya, tetapi suara itu merasuk sungguh nyata. Mazio bahkan tak sempat menoleh atau mengusap air matanya,

"Maafkan aku, maafkan aku," isaknya,

"Aku gagal, aku gagal...."

Kertas mantra kebangkitan itu pun jatuh terinjak.

<200 kata>

Oleh: Kainatarma

Drabble#1Where stories live. Discover now