09.30 pagi.
Kamu menghampiriku dan meringis karena kelaparan. Aku yang saat itu tengah sibuk mengerjakan tugas malah mengacuhkanmu dan membuatmu marah. Kamu meninggalkan aku begitu saja di dalam kelas, memilih untuk pergi ke kantin sendirian.
Aku kira kamu marah padaku hanya untuk beberapa jam saja. Nyatanya kamu malah marah kepadaku sampai 3 hari. Chatku tidak kamu balas, telponku tidak kamu jawab, ketika aku ke rumahmu pun kamu mengunci pintu kamarmu. Membiarkan aku berdiri saja di depan pintu kamarku.
"Ayo dong. Jangan ngambek. Kamu udah 17 tahun ya masa kayak anak kecil gini sih?" Ucapku sembari berusaha membuka pintu kamarmu tapi ternyata masih saja dikunci olehmu, "Kamu gak mau bukain pintu ke aku?"
"Ngapain bukan pintu ke kamu! Males aku sama orang yang tega ngebiarin temennya kelaperan. Jahat banget." sahutmu dari balik pintu kamarmu.
Aku hanya bisa tertawa dengan ucapan kekanak-kanakanmu itu. Aku berusaha untuk tidak tertawa sekencang mungkin, namun ternyata kamu bisa mendengar suara tawaku.
"YOUNGMIN JANGAN KETAWA."
Aku berusaha untuk meredam tawaku lalu mengetuk pintu kamarmu layaknya Anna di film cartoon Frozen. "Elsa? Do you wanna build a snowman?" Tanyaku.
"Aku bukan Elsa. Terus aku maunya makan bukan buat boneka salju," jawabku.
Aku tidak tahu kenapa aku selalu ingin ketawa setiap mendengar kata-kata darimu. Apalagi ini adalah kali pertama kamu berbicara padaku selama 3 hari belakangan ini.
"Ayo kamu makan apa? Aku traktir deh."
Tak lama kemudian kamu membuka pintu kamarmu. Kamu menatapku dengan tajam, tatapan seperti ingin membunuhku jika aku bohong. Sedangkan aku harus menahan diriku untuk tidak mencubit pipi makhluk di hadapanku yang tingginya hanya sedada-ku ini.
"Kamu gak bohong kan?"
Aku mengangkat tanganku dan bersumpah, "Aku gak bakal bohong ke kamu. Ayo makan?"
Mendengar itu kamu langsung tersenyum lalu menggaet lenganku. "Ayo makan!"
Dan akhirnya setelah tiga hari berselisih aku dan kamu pun berbaikan.
Waktu itu adalah waktu ketika aku sadar bahwa aku tidak sanggup buat diambekin kamu.