"Gab? Kamu jadi kan, ngajarin anaknya Tante Reta piano?? Ituloh yang anaknya...."
"Jadi ma," kata Gabriel, ia mengunyah pancake yang baru aja dibikin sama mamanya.
"Yaudah, nanti pulang sekolah langsung aja kesana. Ya?"
"Kakak aku ikut boleh?" tanya Alodia Leandra, adik kecil Gabriel yang umurnya baru menginjak 5 tahun.
"Nggak boleh ah," kata Gabriel, ia berniat untuk meledek adik kecilnya itu.
"Kakak pelit," ucap Alodia sambil memukul pelan lengan Gabriel, membuat laki-laki itu meringis sambil tertawa.
"Biarin we!" balas Gabriel, ia melempar potongan pancake kewajah adiknya.
"Eh udah-udah, berangkat gih nanti telat." kata papa, yang sibuk membaca koran paginya.
"Ayooo kita berangkat,"
Gabriel mengangkat tubuh mungil Alodia, ia menggendong gadis kecil itu lalu menyalami kedua orang tuanya. Jika dibayangkan, kehidupannya sangat manis kan?
Setiap hari, Gabriel memang ditugaskan untuk mengantar adiknya ke sekolah TK sebelum berangkat sekolah. Nanti, mamanya tinggal menjemput kalau sudah waktunya pulang.
Gabriel mendudukkan Alodia dijok depan motor ninja nya, lalu menjalankan motor itu dengan hati-hati. Entah kenapa, ia tidak pernah malu untuk mengantar adiknya.
Biasanya kan, anak laki-laki seusianya selalu saja malu jika disuruh mengantar adiknya ke sekolah.
"Tapi kapan-kapan lolo boleh ikut kan kaaa?" tanya Alodia, ia menamai dirinya sendiri dengan sebutan 'lolo'.
"Iya nanti kapan-kapan kakak ajak," kata Gabriel.
Mereka sampai di sebuah sekolah TK, Gabriel menurunkan tubuh mungil adiknya lalu mengantarnya kedalam.
"Muah."
Satu kecupan mendarat tepat dikepala Gabriel dari adiknya saat ia berjongkok, Gabriel pun membalas mengecup kedua pipi gadis kecil itu.
"Babay kakak ganteng!" kata Alodia, Gabriel hanya terkekeh kecil mendengarnya.
***
Gabriel memakirkan motor ninjanya diparkiran sekolahnya, aura dinginnya mulai keluar. Berbeda sekali dengan Gabriel yang dirumah dengan Gabriel yang disekolah.
Entah kenapa Gabriel tidak pernah berniat untuk bersikap seperti ini, mungkin ia terbawa suasana. Ah bukan, mungkin dia memang tidak pernah tertarik untuk bergaul. Atau bahkan terbar pesona, seperti yang dilakukan laki-laki lainnya.
Gabriel Leander, ia termasuk cowok yang lumayan populer dikalangan anak cewek dan guru-guru. Anak-anak perempuan disana, menganggapnya cool, ganteng, jago basket..
Sedangkan guru-guru sering membicarakannya karena kepintarannya dalam pelajaran matematika dan bahasa inggris.
Gabriel tidak pernah mengharapkan ini semua kau tahu, ini berjalan begitu saja tanpa terkendali.
Bahkan ia masih bergaul dengan teman-teman SMP nya, Ervan, Keenan dan Adrian. Dan teman-temannya juga lah yang membuat ia sedikit membuka pintu pergaulannya.
Gabriel meletakkan tasnya di mejanya, ia dan teman-temannya masuk jurusan IPA. Bahkan masuk kelas yang sama.
"Jan lupa, tar basket." ucap Adrian, yang sebenarnya sudah diutus menjadi wakil ketua basket.
"Gak bisa kayanya deh yan, gue disuruh ngajarin anaknya temen mama gue main piano.." kata Gabriel menyesal.
"Jadi guru ceritanya,"
KAMU SEDANG MEMBACA
MGS [2]: She's Natasha
Fiksi Remaja[Sudah diterbitkan Moka Media, tahun 2016] Ketika kamu terlambat menyadari bahwa kamu benar-benar menginginkannya, ketika itu juga, dia pergi selama-lamanya darimu. Selamanya, tanpa kembali. *** [My Girl Series Book 2] / My Piano Girl / She's Natash...