Gabriel memainkan piano nya dengan lembut, matanya terpejam menikmati keindahan suara dari alat itu. Sementara, yang sedari tadi diajarkan hanya sibuk memperhatikan wajah cowok itu.
Walaupun begitu, gadis itu tetap bisa menikmati suara yang dihasilkan oleh alat itu. Dan sedikit demi sedikit dapat dimengerti.
Gabriel menghentikan permainan pianonya, ia melirik Natasha yang tengah tersenyum.
"Gimana? Ngerti?" tanya Gabriel.
"Ngerti kok, itu lagu U Smile nya Justin Bieber kan?"
Gabriel mendengus, bukan itu maksudnya.
"Maksud gue, lo udah ngerti belom gimana cara maininnya dan dimana kesulitannya?"
"Oh itu.. Itu.."
"Belom kan? Dari tadi lo merhatiin apa si?"
Natasha hanya menyengir layaknya keledai difilm Sherk, lalu ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Coba, duduk disini."
Gabriel menuntun tubuh kurus Natasha untuk duduk dihadapan piano, tangannya menuntun tangan gadis itu untuk memainkan suatu lagu. Masih lagu yang sama.
"Kok gue bisa??" tanya Natasha tidak percaya.
"Bodoh, iyalah lo bisa. Kan gue tuntun," kata Gabriel, ia memutar bola matanya.
Natasha hanya tertawa kecil, lalu terus mengikuti jarijari Gabriel yang ada diatas jarinya. Jantungnya bahkan berderdetak lebih cepat saat ini.
"Nata? Gabriel? Dimakan ya makanannya..."
Suara Tante Reta berhasil mengagetkan Gabriel, ia melepas genggaman jarinya yang berada dijari Natasha. Gabriel berbalik, lalu tersenyum kikuk pada Tante Reta.
"Iya tan, makasih ya." ucap Gabriel.
Tante Reta hanya tersenyum, ia lalu meninggalkan ruang musik dan menutup pintunya kembali.
"Jadi, apa motivasi lo buat belajar piano?"
Nata terlihat berpikir sebentar, lalu tidak lama ia menjentikan jarinya.
"Mau kaya pianist yang di tivi tivi gitu... Mereka cantik banget udah gitu main pianonya bagus lagi!" jawabnya.
"Jadi cuma mau cantik?"
"Ya... Gak juga sih,"
Gabriel meminum minuman yang sudah disediakan oleh Tante Reta, lalu melipat kedua tangannya didada sambil bersender disebuah meja.
"Main piano itu, harus dari hati. Kalo nggak gitu.. Orang-orang dengerinnya juga nggak enak." ucap Gabriel.
Nata hanya mengangguk-ngangguk, ia kembali memainkan piano itu dengan nada yang tidak jelas alias asal-asalan. Absurd.
Gabriel menghampiri tasnya, ia mengeluarkan sebuah buku catatan. Catatan pianonya, semua lagu-lagu yang ia buat ada disana.
"Nih, pelajarin ini." kata Gabriel, ia memberikan buku itu pada Nata.
Nata melirik buku itu sebentar, lalu segera mengambilnya. Buku itu bersampul warna biru, dan tertulis sebuah kata disana.
"Le Journals"
"Ini apa?" tanya Nata.
"Itu, lagu-lagu yang udah gue bikin selama beberapa tahun belakangan ini." jelas Gabriel.
"Kok bisa??" tanya Nata, setelah ia membuka buku itu.
"Pake lagu dihalaman pertama aja, ya. Yang lain bakalan susah buat pemula."
"Yaudah nanti aku coba,"
Natasha tersenyum, ia membalik-balikan halaman buku itu dengan senang. Itu jurnal milik Gabriel, bagaimana bisa laki-laki itu meminjamkannya?
"Yaudah, gue pulang ya? Gaada pertanyaan lagi kan?" ucap Gabriel, ia meraih tas dan jaketnya lalu memakainya.
"ADA!"
"Apa?"
"Besok kamu kesini??"
Gabriel terkekeh, banyak maunya banget. Pikirnya.
"Enggak, ada basket." jawab Gabriel, ia keluar dari ruang musik dan Nata mengikutinya.
"Basket? Kamu bisa basket juga?" tanya Nata, kelewat girang.
"Ya,"
"Aku ikut boleh?"
Sekali lagi Gabriel terkekeh, sebenarnya ada apa dengan perempuan ini??
"Boleh ya? Jemput ak--"
"Enggak ada cewek disana,"
"Gak papa!"
Gabriel menghela napasnya kesal, lalu berkata "Ya," pada Nata.
"Yess!! Yaudah makasih buat hari ini," kata Nata.
"Nope"
***
Gabriel membuka pintu rumahnya, diruang tamu sudah berada Alodia yang tengah menggambar sesuatu.
"Kakak udah pulang?" tanya gadis kecil itu.
Gabriel tersenyum, ia menghampiri Alodia dan duduk disebelahnya sambil melihat gambar yang dibuat oleh gadis itu.
"Kamu gambar apa hm?" tanya Gabriel.
"Itu gambar mama sama papa, lalu yang ini gambar aku sama kakak.." jelas Alodia, sambil menunjuk gambar itu.
"Kalo yang ini siapa?" tanya Gabriel.
"Oh itu, nanti itu jadi princessnya kakak.. Kalo yang ini jadi pangerannya aku kalau udah besar.."
"Kamu lucu banget si,"
Gabriel mencubit kedua pipi gadis kecil itu, lalu mereka tertawa bersama.
"Abang udah pulang? Tadi gimana anaknya Tante Reta?" tanya mama, ia duduk disebelah kiri Alodia.
"Baik kok mah," jawab Gabriel.
"Tapi cerewet," tambahnya.
"Hush! Kamu nggak boleh ngomong gitu, nggak sopan."
"Abisan masa dia mau ikut Gab latihan basket sih, maksa ma."
"Yaudah nggak papa, lagian dia kasian tau.. Kesepian. Malah hampir depresi."
Gabriel terkekeh, depresi??
"Yaudah, Gab mandi dulu. Gerah." kata Gabriel.
"Jangan lupa itu sepatunya! Kebiasaan!" ucap mama, ia menunjuk sepatu sekolah Gabriel yang ditaruh sembarang.
"Iya mama cantikkk,"
A/N :
Ini based on true stories ya wkwk walaupun cuma sebagian.
Dan kali ini, gue mau terimakasih sama Nata dimanapun dia berada sekarang.
Much love, Netty!
KAMU SEDANG MEMBACA
MGS [2]: She's Natasha
Fiksi Remaja[Sudah diterbitkan Moka Media, tahun 2016] Ketika kamu terlambat menyadari bahwa kamu benar-benar menginginkannya, ketika itu juga, dia pergi selama-lamanya darimu. Selamanya, tanpa kembali. *** [My Girl Series Book 2] / My Piano Girl / She's Natash...