Dave baru saja selesai melakukan meeting di luar kantor dengan salah seorang client. Ia kini berada di dalam mobil Limosin hitam, tengah menegak sampanye. Tatapan tajamnya menatap keluar jendela mobil, hingga tatapannya menangkap sosok anak kecil yang beberapa hari lalu berkenalan dengannya. Anak itu tampak duduk di sebuah ayunan yang ada di taman sepi dekat sebuah sekola. Dave segera meminta sopir menghentikan mobilnya. Ia menyimpan gelas sampanye dan merapihkan jas bagian depannya. Ia beranjak menuruni Limosin itu dan berjalan perlahan tanpa suara mendekati anak laki-laki itu.
"Belum di jemput?" pertanyaan yang meluncur bebas dari bibir Dave membuat bocah itu menoleh padanya dengan mata bulatnya yang begitu lucu dan menggemaskan.
"Om-?"
"Davero, masih ingat?" tanya Dave membuat anak itu mengangguk antusias.
"Om teman kelja Bunda?" ucapnya dengan cadel membuat Davero mengangguk kecil.
"Kenapa sendirian?" tanya Dave dengan senyumannya. Ini adalah sebuah kejadian langka, bahkan sangat langka. Seorang Davero tersenyum pada seorang anak kecil dimana dia tidak pernah menyukai anak kecil.
"Tante Ilen belum jemput Egan," ucapnya dengan polos.
"Ayo ikut Om, biar Om yang antar kamu pulang," ucap Davero.
"Tidak Om, Egan tidak mau melepotkan. Kata Bunda, Egan gak boleh ngelepotin oranglain." Tanpa sadar Dave tersenyum walau itu hanya sedetik saja karena senyuman itu langsung hilang di telan udara. Dave berjongkok dengan bertumpu pada sebelah lututnya. Matanya yang pekat dan tajam menatap mata Regan yang juga memiliki mata pekat walau terlihat polos dan lembut.
"Aku adalah teman kantor Bunda kamu, apalagi aku sudah pernah ke rumahmu. Jadi kamu tidak akan merepotkanku, jadi ayo aku antar," ucap Dave.
"Tidak bisa Om," ucap Regan dengan sedikit gugup.
"Apa mau di temani saja di sini?" tanya Dave.
"Egan punya uang koin," ucap Regan seraya mengeluarkan uang koin seribu rupiah dari saku celana sekola nya. "Bagaimana kalau ini sebagai bayalan Om mengantal Egan pulang?" tanya Regan tampak ragu-ragu menatap Dave yang tak bergeming di tempatnya.
"Kalau ini kulang, nanti sisanya akan Egan bayal kalau Egan ketemu Bunda," tambahnya dan kali ini Dave bergeming dari keterpakuannya. Matanya yang tajam dan mengerikan menusuk ke relung mata polos milik Regan. Siapa anak ini? Batinnya.
Davero tak bergeming karena perasaannya yang campur aduk, ia tidak mengerti dengan apa yang terjadi dengan perasaannya. "Baiklah, aku terima bayaran ini. Ini sudah cukup untukku," ucap Davero menerima koin itu membuat senyuman Regan mengembang lebar. Tanpa sadar, senyuman itu menular pada Dave hingga Dave membalas senyuman bocah polos itu dengan senyuman kecilnya dan tampak jarang ia perlihatkan selama ini.
Dave memangku tubuh Regan ke dalam gendongannya dan membawanya menaiki Limosin yang terparkir tak jauh dari tempatnya. Ia mendudukan Regan di sampingnya dan ia menyusul menaiki Limosin itu dan meminta sang sopir untuk melajukan mobilnya. Regan tampak menatap sekeliling mobil yang tampak luas. mobil ini bukan mobil sedan kebanyakan karena ukurannya jga cukup panjang di banding mobil sedan kebanyakan. Di dalam mobil inipun terdapat sebuah jok mobil yang begitu mirip dengan sofa mewah berwarna gold dengan meja sudut yang berbentuk memanjang dan berbagai jenis minuman alkohol bermerek mahal dan mewah berjajar di sana.
"Di sini banyak sekali minuman," ucap Regan membuat Dave tersenyum padanya. Entah kenapa di samping Regan, Dave menjadi sosok yang lebih banyak tersenyum dan itu adalah sebuah kegiatan langka yang terjadi padanya.
"Iya, tapi sayangnya aku tidak bisa memberikannya untukmu, Jagoan kecil," ucap Dave membuat Regan cemberut lucu.
"Om tau, Egan menunggu tante Ilen di sana cukup lama dan Egan sangat haus. Tetapi Om malah pelit tidak belbagi minuman-minuman itu untukku," ucapnya dengan begitu lucu dan itu membuat Dave terkekeh mendengarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
His Secret Child
Storie d'amoreBaca full di aplikasi Karyakarsa. Di KBM dengan judul "Anak Milik CEO" ~Saat melihatnya kembali maka saat itu pula aku tak akan pernah melepaskannya lagi~ "Se-selamat siang, Pak Davero," gumamnya dengan gugup. "Siang," jawabnya dengan suara serak...