21: He Is Not Him

6 2 0
                                    

-Toilet-

"Gue... gue nggak tahu harus ngomong apa sama lo, tapi... maafin gue, Siena."

Perempuan itu membeku mendengar penuturan orang di luar pintu, Siena belum yakin dengan apa yang ada di pikirannya, dan dia tidak mencoba mengingkar.

"Lo... lo siapa?"

Sekarang giliran lelaki itu yang tercengang. Benar, Siena tidak tahu siapa dirinya, dan biarkanlah seperti ini. Dia tidak perlu tahu, karena lelaki itu tidak ingin dia mengetahuinya.

"Kalau lo mikirnya gue ini Thomas, bisa nggak?"

Meski tahu orang itu tidak melihat gelengannya, Siena tetap menggeleng.

"Nggak, lo bukan Thomas! Sebenarnya lo siapa sih?!"

"Apa itu penting, Na?"

Lagi-lagi Siena membeku. "Ma-maksud lo?"

"Gue nanya, apa penting lo nanya siapa gue?"

"Yaiyalah! Karena lo udah nolongin gue! Gue gamau lupain orang yang udah nolongin gue kek lo..."

"Kalau lo tau siapa gue, apa lo masih mau inget gue?"

Siena tidak tahu apa yang orang di balik pintu itu bicarakan. Jika emang dia tidak mau menolongnya, kenapa datang kemari? Siena tidak meminta tolong jika begitu jadinya, dia tak mau memaksa orang.

Lelaki itu tersenyum kecut. Dia mengusap pintu yang menyembunyikan Siena di baliknya, termenung hingga kemudian membuka pintunya dari luar. Namun tidak terlihat dari dalam, dia harus pergi sebelum Siena tahu siapa dirinya.

Gue cinta sama lo. Kakinya terangkat, lalu melangkah meninggalkan toilet. Namun, sebelum itu. Ijinkan dia tahu memberi tahu sosoknya.

"Dimas. Gue Dimas."

Haru and One DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang