chapter eighteen

1.1K 78 1
                                    

[ chapter eighteen - let's play ]

"Kemarin itu adalah cerita kita yang belum usai, sedangkan besok adalah cerita kita yang akan terus berlanjut"

◀▶

Sebuah ketukan dari balik pintu mengalihkan mata pria yang ada di ruangan itu. Tak lama setelah dia membukakan pintu, seorang cewek hadir bersama seseorang yang menjadi teman nya untuk bertemu pria itu.

Pria itu tampak menyelidik. "Kalian mau apa ke sini?"

"Maaf, Pak, sebelumnya. Kedatangan saya ke sini sebenarnya ingin..."

◀▶

Alfa berlari-lari mengelilingi lapangan basket yang tersedia di dekat rumahnya. Dia memang sering melakukan latihan semacam itu untuk persiapan lomba yang akan dilaksanakan pada waktu dekat ini.

Di sela-sela kesibukannya, sebuah bunyi yang familiar terdengar dari arah ponselnya yang tergeletak di lantai bersama tas dan beberapa barang yang dia bawa ke sini. Hal itu mengalihkan pandangannya. Dia berhenti sejenak lalu segera mengecek nama yang melakukan panggilan tersebut.

Dia mengambil handuk mini untuk menyapu keringatnya yang bercucuran dari dahinya dan menatap layar ponsel. Ternyata Pak Irvan. Pelatih tim basketnya yang mungkin sedang dilanda kebingunan karena salah satu pemain mereka mengalami cidera yang padahal pemain utama dalam tim.

Langsung saja Alfa menerima panggilan tersebut. "Iya, Halo, Pak. Ada apa ya?"

"Saya perlu bertemu dengan kamu. Kira-kira, kapan kita bisa bertemu?"

"Terserah bapak aja sih. Minggu ini saya juga free dari tugas apapun, selain tugas sekolah. Karena fokus saya sekarang ini cuma latihan aja buat persiapan final nanti."

"Ah, ya. Kalau begitu hari ini, bagaimana? Karena saya juga ingin minta persetujuan dari pihak kamu dan teman-teman. Tapi, setidaknya bersama kamu kita kompromikan hal ini."

Alfa sedikit berpikir. Hal apa yang ingin dibahas bersama Pak Irvan. Tumben. Apa mengenai pemain yang menggantikan Tora yang tidak bisa ikut hadir dalam final nanti? Mungkin saja.

"Bisa, Pak. Tapi saya sekarang lagi ada di lapangan basket dekat rumah."

"Oh tidak masalah. Justru bagus."

"Bagus?"

"Ya, karena saya akan uji kemampuan anak ini bersama dengan kamu."

Anak ini? Siapa? Batin Alfa.

Baiklah. Sebentar lagi Pak Irvan akan menuju ke tempat ini. Bukan tempat yang asing bagi Pak Irvan maupun anggota tim basket bila disebutkan tempat ini. Karena tempat tersebut juga terkadang menjadi tempat latihan mereka. Selain itu, lapangan itu pribadi milik Alfa yang disediakan khusus oleh orang tuanya untuknya sejak kecil. Terlihat dari sekarang yang selalu ia gunakan.

Sembari menunggu Pak Irvan dan juga 'anak' yang dikatakan oleh pria itu diakhir panggilan, Alfa memainkan bola bulat oranye miliknya dan memasukkannya ke dalam keranjang seperti yang selalu ia lakukan biasanya. Namun, dengan kepala yang masih bertanya-tanya. Siapakah orang yang dimaksudkan oleh pelatihnya?

Hampir setengah jam menunggu hingga akhirnya sampailah Pak Irvan di tempat tersebut. Melihat kedatangan pria itu, Alfa menghentikan sejenak permainannya lalu menyambut hangat Pak Irvan dengan pelukan khas mereka sebagai lelaki.

"Pak, apa kabar?" tanya Alfa setiap bertemu pelatihnya di mana pun.

"I'm fine, Fa. Kamu?"

Best Boyfriend (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang