4

268 37 0
                                    

  Aku disini untuknya, tidak pergi dari dia. "
-------------------------------------------------------------

Kompleks di daerah Geumsan

    Rumah mungil dengan campuran warna biru dan hijau muda terlihat tenang. Tidak ada aktivitas yang bisa didengar maupun dilihat. Penghuninya tengah sarapan di meja makan pada ruangan sederhana yang menjadi ruang makan di rumah itu.

    Seorang pria berstatus kepala keluarga duduk di ujung meja, ditemani istri dan anak di sisi kiri-kanannya. Sang istri, memiliki wajah segar dan masih membekas kecantikannya yang tampak alami semenjak muda, tengah menikmati sarapan tanpa berniat bicara sedikit pun. Sedangkan anak perempuan di hadapannya terlihat bosan. Baginya, ini adalah sarapan yang menyebalkan dan membosankan untuk kesekian kalinya. Dalam hati ia berharap agar sarapan kali ini segera berakhir. Berlama-lama bersama kedua orang tuanya membuatnya tak tahan. Sikap formal di antara keduanya membuat batasan tersendiri hingga sulit bagi Eunbi untuk membiasakan diri dan akrab dengan mereka. Hal itu sudah terjadi sejak empat tahun lalu.

    Tanpa sadar, Eunbi menguap setelah selesai mengunyah makanannya. Spontan orang tuanya melihat dengan tatapan tajam--salah satu alasan mengapa Eunbi tidak betah berada di rumah. Tatapan itu menunjukkan bahwa kesalahan kecil akan menjadi masalah besar, seperi sekarang.

    Eunbi segera menutup mulutnya. Namun, ia tidak menundukkan kepalanya dan masih menatap kedua orang tuanya. "Maaf, aku tidak sengaja melakukannya, " ujar Eunbi. Bukannya mendapat tatapan penuh maaf, ayahnya malah memelotot dan ibunya menggeleng-gelengkan kepala sambil menunjukkan wajah prihatin bercampur frustasi.

    Eunbi terlihat menyesal. Ia menunduk kecil dan merutuki dirinya sendiri tanpa bicara. Ia lupa bahwa tidak seharusnya bicara saat makan. Dalam sekali kesempatan ketika makan bersama, ia telah melakukan dua kesalahan.

    Sebenarnya, ingin sekali Eunbi bercakap-cakap dengan orang tuanya meski tengah makan. Pun ingin sekali ia melihat ibu yang menyediakan makanan untuk ayah dan anak serta memilihkan makanan sehat bagi pertumbuhan sang anak, dan ayah yang berseru semangat agar anaknya makan dengan lahap. Hanya saja, dengan keadaab seperti ini, Eunbi ragu keluarganya akan kembali harmonis seperti dulu.

                          🍃🍃🍃                                

    Eunbi berdiri mematung di depan tanaman-tanaman milik ibunya. Meski sekarang ia sedang sibuk menyiram bunga, pikirannya melayang entah ke mana.

    "Eunbi-ya, apa yang sedang kau lakukan? " tanya ibunya, mengagetkan Eunbi.

    "Eomma! " Eunbi tersentak dan segera berbapik ke belakang. Ibunya tengah berdiri menatapnya.

    "Kau sedang melamun? Anak gadis tidak boleh melakukannya terlalu sering! " Belum apa-apa, ibunya sudah menasehatinya. Bukannya Eunbi tidak suka, tapi nada ucapan itu terdengar tidak ramah. Terkadang Eunbi berpikir, apa perempuan di hadapannya ini benarlah ibunya?

    "Aku hanya sedikit melamun, " sanggah Eunbi.

    "Hari ini temani ibu berbelanj untuk persediaan bulan ini, " ujar ibunya tegas.

    Eunbi bingung sesaat. "Bukannya Kang- ahjumma yang biasanya belanja? " tanyanya polos.

    "Sekali-kali bagus bukan kalau kita yang berbelanja, " jawab Nyonya Hwang singkat.

    "Hmm, " angguk Eunbi, terlihat ragu.

    "Kenapa? " tanya Nyonya Hwang ketika melihat ekspresi datar Eunbi.

    "Hmm, eomma, apa bisa belanjanya ditunda minggu depan atau besok? " tawar Eunbi.

    "Memangnya kenapa dengan hari ini? " sepertinya ibunya tak ada niat untuk mendengarkan perkataan putrinya dengan baik.

    Eunbi sedikit ragu untuk mengatakannya. Ia takut akan menyinggung perasaan ibunya. Namun, Eunbi ingat dengan jelas kalau hari ini ia harus bergi ke rumah sahabatnya.

   "Aku sudah membuat janji dengan seseorang. Hari ini aku harus pergi kesana," aku Eunbi jujur.

    "Seseorang? Apa Kim Da Hyun? Benarkah gadis itu? " tanya ibunya dengan pandang merendahkan.

    "Nde, " angguk Eunbi, hampir tanpa suara.

    "Hari ini kau tidak akan pergi menemuinya. Kita akan pergi bersama. " Nyonya Hwang mulai memperlihatkan keegoisan dan sikap posesifnya. Membuat Eunbi semakin tertekan.

    "Aku susah berjanji----"

    "Apa kau tidak mendengar apa yang kukatakan? Kau tidak akan pergi ke sana! " Arogansinya terlihat jelas. "Sampai kapan kau akan mengunjungi rumahnya? Setiap hari kau bersamanya, bermain dan menemaninya. Mengajarkan hal-hal yang nantinya akan ia lupakan, apa kau akan mengurusinya sampau tua? Kau masih punya masa depan yang baik. Jangan sia-siakan itu hanya untuk gadis seperti dia! "

    "Eomma? " Eunbi terpaku tidak percaya. Meski sesosok ibu yang hangat dan penuh kasih sayang sulit ditemukan dalam diri ibunya, ia tetap menganggap perempuan tua itu seorang yang baik. Namun, dengan jelas ia kini bisa mendengar perkataan kasar yang keluar dari bibir ibunya.

    "Apa itu yang eomma pikirkan selama ini? " tanya Eunbi begitu saja.

    Ibunya bersiap benjawab, tapu rupanya Eunbi tidak mengharapkan jawaban. Ia sudah terlanjur kecewa.

    "Maaf, aku tidak bisa pergi bersama eomma. Aku tidak ingin disebut sebagai anak jahat, durhaka juga anak yang tidak menghargai dan menghormati orang tua. Tapi janji pertamalah yang harus aku lakukan. Aku sudah berjanji pada Dahyun akan menemuinya, tak peduli ia ingat janji itu atau tidak. Tapi selama aku ingat, maka aku harus menepatinya. "

    Tanpa memberi kesempatan bicara pada ibunya, Eunbi menundukkan kepala sebentar sebagai tanda sopan dan bersiap-siap untuk pergi ke rumah Dahyun.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
TBC





Yeay double update 🎉🎉
Jangan lupa votement ceritaku ini ya 😀
Kamsahamnida 😊😊






Love me ; Kim Dahyun (Hiatus) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang