2

535 61 0
                                    

Sejak awal tidak ada yang baik diantara kita. "

----------------------------------------------------------

  Tiba-tiba Da Hyun mengingat sesuatu yang telah berlalu 30 menit itu.

  "Harabeoji, aku hanya ingin main-main saja, mungkin ada barang yang menarik, " ralat Dahyun setelah menyadari kesalahan yang dilakukannya.

  "Arra!" Harabeoji berkata dengan semangat sambil berjalan mendekati Dahyun.  "Hari ini kau cantik sekali. Bagaimana kalau sekarang kita sarapan?" ajaknya sembari mengacak-acak pelan rambut Dahyun.

" Heem, makan!" jawab Dahyun ceria tanpa merapikan rambutnya yang acak-acakan karena ulah Harabeoji-nya. Perempuan itu malah berjalan memasuki ruangan yang lebih rendah sekitar 75 cm dari bangunan utama rumah dan biasanya dipakai sebagai dapur. Meski mereka mendiami rumah tradisional atau bisa dikenal dengan sebutan hanok yang memiliki banyak ruangan dengan nama dan fungsi tersendiri, barang-barang yang digunakan bukan barang kuno, malah terbilang modern.

  Harabeoji berjalan menyusul di belakang Dahyun, merasakan kehangatan rumah dengan sistem penghangat yang menggunakan ondol, sebuah perapian terletak tepat di bawah lantai rumah. Terlebih jika lantai rumah terbuat dari kayu, membuat kehangatan yang ditimbulkan oleh api pada ondol  dapat menyebar secara merata.
.
.
.
.
.

   Susac Sindrome, penyakit neurological. Kehilangan daya ingat, penurunan daya penglihatan dan pendengaran, sakit kepala yang menyiksa, sensitif pada cahaya, juga mengalami perubahan tingkah laku. Penyakit kejiwaan yang menyebabkan hilangnya ingatan setelah bangun tidur setiap harinya.

  Penyakit ini disebut juga Retinocochleocerebral Vasculopathy. Kerusakan dari fungsi otak (encephalopatif), terhambatnya atau terjadinya penyumbatan (oklusi)  pada pembuluh arteri, dan menghambat aliran darah pada retina, keseimbangan dan memori.
.
.
.
.
.

  Kim Da Hyun saat ini tengah bingung dengan selembar kertas yang menempel pada tembok bata dari campuran tanah dan rumput di kamarnya. Kertas yang ditempel tepat di depan kasurnya itu jelas menarik perhatiannya saat bangun tidur. Kini ia tengah duduk bersila di atas kasur empuk miliknya dan masih menerawang pada pemikiran yang muncul begitu saja. Apa kertas berisi jabaran sebuah penyakit itu adalah tugas sekolah? Artikel yang disukainya? Keisengan belaka? Atau mungkin ia mengidap penyakit tersebut?

  Memikirkan hal itu membuat Dahyun semakin pusing. Ia bangun daru duduknya dan berdiri di tengah-tengah anbang atau kamar bagian dalam. Belum selesai memikirkan alasan kertas itu tertempel di tembok, beberapa deret foto mengalihkan perhatiannya.

   Dihampirinya deretan foto yang terpasang tak jauh di samping lemari. Foto pertama menunjukkan sepasang kekasih yang tengah tersenyum senang. Keduanya memancarkan kebahagiaan yang saling menyatu. Melihat foto itu, Dahyun tidak berekspresi apa pun selain menunjukkan wajah bingung yang bertambah dua kali lipat.

    Merasa percuma mengingat, ia mencoba membaca catatatan kecil yang dibawah foto. Tulisan tangab sederhana, sebuah kalimat 'Appa dan Eomma' membuat Dahyun kembali melihat foto itu. Dahyun mengamati foto itu seakan ia sedang menghafal wajah keduanya. Saat pandangannya beralih pada eomma, ia tersenyum senang. Wajah eomma -nya mirip dengannya, begitu juga hidung dan matanya. Ia yakin akan hal iti. Karena sebelum berdiri dan melihat foto itu, ia melihat pantupan dirinya di cermin.

   Dahyun meneruskan melihat foto selanjutnya. Sepasang pria dan perempuan kecil berdiri berdampingan dan menghadap ke arah kamera. Keduanya berusaha memasang gaya sebaik mungkin. Pria kecil itu, yang mungkin lebih tua tiga tahun dari perempuan di sampingnya, memasang wajah imut dengan jari tengah serta telunjuk tangan kanan melakukan simpol peace. Sedangkan yang perempuan hanya memasang wajah kaku, seakan menunjukkan sosok keren.

    Dahyun tersenyum kecil melihatnya. Dengan terburu-buru, ia melihat catatan kecil di bawahnya yang sepertinya selalu ada di setiap foto. Tulisan yang sama dengan tulisan soal penyakit, juga pada catatan kecil di foto orang tuanya. Kali ini tulisannya lebih panjang, 'Aku dan oppa sedang melakukan aegyo terbalik. Oppa tidak gwiyomi sama sekali. '

    "Tidak ada nama?" tanya Dahyun aneh. Karena sulit untuk memikirkan alasan itu, akhirnya ia melanjutkan melihat foti lainnya. Foto yang ketiga, rupanya masih berpasangan. Seorang pria dan seorang perempuan terlihat romantis dan saling menggenggam tangan, kira-kira berusia 45 tahun atau 50 tahun.

   " Harabeoji dan halmeoni, " Dahyun membaca catatan kecil.

    Semangat tiba-tiba muncul begitu saja dalam diri Dahyun setelah melihat foto ketiga. Ia bergegas melihat foto selanjutnya, foto terakhir. Seorang perempuan muda dengan ekspresi imut sedamg tersenyum gembira seakan itu adalah senyuman terbaiknya. Ia memakai pakaian santai dengan kaus berwarna putih polos ditambah rompi tipis berwarna kuning kehijau-hijauan. Fotonya hanya setengah bdan dan ada tanda tangan tertoreh di atas catatan kecil.

   Dahyun memfokuskan tatapannya pada foto dan tanda tangan itu. Sama sekali ia tidak berniat membaca catatan yang sepertinya adalah hasil tulisannya sendiri. Mendadak dirinya mengerti dengan kebingungan yang dialaminya saat bangun tadi, juga alasan mengapa ia menempelkan kertas tentang penyakit dan empat lembar foto di temboknya ini.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

TBC

Votement jusseyo ✌



Love me ; Kim Dahyun (Hiatus) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang