Matahari mulai lelah dengan rutinitasnya. Menerangi sebagian bumi dengan kehangatannya. Memberikan kehidupan bagi setiap makhluk ciptaan-Nya. Alangkah mulianya ciptaan Sang Maha Mulia itu. Berbagi kehangatan tanpa pamrih.
Kala itu, danang duduk di teras rumahnya. Dia membawa buku kesayangannya. Seperti buku harian. Danang selalu mencurahkan segala isi hatinya ke dalamnya dalam bentuk sajak-sajak indah. Itu selalu ia lakukan saat dia ingin mencurahkan segala apa yg ada didalam dirinya.Angan semu tentang dirimu,
Mengoyak perlahan alam sadarku
Menggugah kerinduan pada sekeping hati
Yg telah lekat terpatri disanubariIndah hadirmu dalam ruang mayaku
Seiring sajak-sajak kerinduan nan syahdu
Terukir indah di lembaran hatiku
Seakan enggan untuk berlalu
Merekat erat bersama bayangmu
Terpaut dalam dasarnya kalbuBuih-buih rasa yg kini ada
Jangan biarkan terenggut hampa
Naungilah dengan penuh cinta
Semaikanlah dengan segenap rasa percayaDuhai engkau pengikat sukma
Kau pasung hatiku dalam singgasana asmara
Tiada daya aku meronta
Hingga ku terbuai aroma nirwanaDanang menuliskan semua isi hatinya itu. Dia membacanya setelahnya. Dia bisa merasakan sesak ketika dia membaca sendiri keinginan hatinya itu. Dia merogoh saku celananya. Mengambil telepon genggam miliknya. Dia mulai berpikir untuk menyalinnya dan berniat mengirimnya kepada orang yg dimaksud didalam sajaknya itu. Ia adalah septi yg tempo hari menolak penuturan cintanya.
Sudah dua hari ini dia tidak menghubungi gadis itu. Dia semakin bingung dengan perasaannya. Tiba-tiba dari belakang ada yg merebut bukunya.
"Wuiihh puisi baru lagi nih kayaknya?" seru kakaknya. "Iya ... Tapi ... ". Ucapnya terpotong. "Udah diem ... Gue baca dulu!"
"Serah deh" ucap danang tanpa mau berdebat dengan kakaknya itu.
"Semakin pinter aja lo bikin puisi? So sweet banget nih yg ini? Buat gebetan lo yaa?" tanyanya penuh selidik.
"Iya kak, tapi kemaren gue udah ditolak sama dia ... Jadi bimbang mau ngasih tu puisi ke dia.""Pantesan daritadi lo bengong mandengin hp tapi nggak lo apa-apain?" katanya dengan tawa sarkastik.
"Udah tinggal salin aja terus kirim ke dia. Kalo emang itu puisi buat dia ... Ya lo kasih aja deh. Soal suka atau nggak suka, itu terserah penilaian dia." sambung kakaknya menasehati.
"Iya kak gue coba." perkataan kakaknya ada benarnya juga. Dia pun segera menyalin tulisan di bukunya itu kedalam layar hpnya."Yaudah lo lanjutin ya adek abg gue yg lagi kasmaran?" kata kakaknya sambil berlalu dan mengacak rambutnya pelan.
"Iya, thanks kak?" katanya yg hanya dijawab dengan senyuman oleh kakaknya."Selesai!"
Send.Batinnya bernafas lega.
***
Hari ini memang hari yg panjang. Di hari libur seperti ini septi memang lebih banyak memilih untuk mengisi waktu luangnya untuk membaca novel. Seperti yg dilakukannya sekarang ini. Novel sudah menjadi temannya dikala sepi melanda. Menurutnya dengan membaca novel kita bisa berimajinasi seakan-akan kita adalah salah satu tokoh di dalam cerita itu. Jika kita bisa masuk kedalam ceritanya, seolah-olah kita sedang berada didalam alur cerita film dan kita sendiri yg menjadi sutradaranya.
Tapi kali ini entah kenapa dia tidak bisa menikmati novelnya. Pikirannya masih saja terbayang-bayang tingkah romantis cowok yg menyatakan perasaan kepadanya tempo hari.
"Kak, gue juga suka sama lo. Tapi gue nggak tau harus gimana?" batinnya seperti sedang memikirkan cara untuk menghilangkan keinginannya untuk berpacaran dengan danang atau menghikangkan rasa bersalahnya kepada fina.Denting handphone yg menandakan ada pesan masuk untuknya. Diambilnya benda itu dan dilihatnya layar 4,5 inchinya itu. "Kak D"
"panjang umur juga ni anak, baru aja gue pikirin langsung ngechat aja. Kek tau isi hati gue aja" batinnya. Senyumnya melebar. Salah tingkah dia membaca isi pesannya. Dia merasakan gejolak luar biasa dari puisi yg dibacanya dalam hati itu. Dengan itu dia bisa mengetahui isi hati danang. Apalagi selain penikmat novel, septi juga adalah penikmat puisi. Dia bisa menemukan makna terpendam dalam sebuah puisi dan mengerti maksud dan perasaan si penulis."Gue nggak bisa ... " batinnya.
"Gue nggak bisa bohongin perasaan gue. Gue memang suka sama kak danang."Septi pun mengalihkan layar smartphonenya dari menu pesan ke menu kontak. Diketiknya sebuah nama ... Fina.
"Halo sep, ada apa?" suara fina diseberang sana.
"Gue nggak bisa bohongin perasaan gue fin, gue beneran suka sama kak danang. Gue minta maaf sama lo." ucapnya dengan suara parau menahan tangis.
"Iya sep, gue tau. Gue udah bilang kalau gue nggak apa-apa. Sampai sekarang lo masih aja mikirin gue? Lo bakalan tersiksa sama perasaan lo sep. Gue udah relain dia dari dulu. Udah gih kalian jadian aja, gue nggak masalah." jelas fina yg hanya mengulang kata-katanya tempo hari.
"Tapi lo nggak bakal musuhin gue kan? Lo tetep jadi temen gue kan?" tanya septi.
"Enggak lah, mana ada orang yg mau punya musuh. Lo tetep temen gue. Tenang aja." jawab fina menenangkan.
"Thanks ya fin?" ucapnya lalu memutuskan percakapannya.Septi masih memegang hpnya. Dia kembali ke menu pesan. Dia kembali membuka pesan dari danang.
Replay,
Gue mau lo jadi pacar gue.
Send.Dia meletakkan kembali hpnya dan mulai bernafas lega. Dia memang agak khawatir apakah yg akan dikatakan danang. Apakah danang sakit hati? Apakah danang tetap menginginkannya menjadi pacarnya? Dia hanya bisa pasrah. Mentari sudah kembali ke peraduannya. Tanda adzan maghrib akan segera berkumandang. Dia langkahkan kaki menuju lemarinya dan mengambil sajadah beserta mukenanya. Bersiap-siap berjamaah di masjid.
Sorry yaa gaes? Gue akhir-akhir ini banyak unmoodnya buat nulis. Jadi sekenanya aja deh. Makasih buat yg udah ngasih kritik dan saran. Jangan kapok-kapok yaa? Happy reading😊
KAMU SEDANG MEMBACA
complicated story
Teen FictionDanang dan septi adalah dua orang yg mempunyai banyak kemiripan, banyak hal yg sama, bahkan sudah seperti saudara kembar tapi lain ibu. Keduanya berpacaran, tetapi karena banyak kesamaan didalam diri mereka membuat mereka sadar bahwa mereka tidak bi...