- T e k a . T e k i -

130 17 32
                                    

[IND]
     Masih gugup, aku seolah berteleportasi ke tempat lain yang tidak kukenal. Itu masih kamarku, kamar di dorm, tapi rasanya udara di sekitar beroposisi dengan keberadaanku, ditambah pula halimun-halimun tak tahu diri yang tiba-tiba nampak seperti hantu. Aku melirik ke kanan, masih sama, demikian juga ketika aku melirik ke kiri, semua masih utuh, hanya tubuhku saja yang seolah asing.

     Prasangka-prasangka mulai bermunculan dalam benakku, tentang siapa Alpha. Namun aku belum juga beranjak untuk membaca tulisan yang muncul di bagian kosong kertas surat Alpha: masih ragu dan terkejut. Lalu aku mendengar suara barang yang digeser di ruang tamu, entah itu kursi, atau meja, yang pasti mereka barang berat. Sekali lagi, aku memanggil siapapun yang sekiranya ada di sana.

     "Eunkwang~hyung? Sungjae~ah? Hyunsik~ie?? Kalian ada di luar??" tanyaku setengah suara. Aku bahkan tahu hal itu tak mengubah apa pun karena suara keras pun tak dapat mereka dengar, kecuali mereka memang sengaja membiarkanku mati penasaran begini.

     Tak ada jawaban, aku akhirnya memberanikan diri menghampiri sepucuk kertas yang entah datangnya dari mana dengan pengirim bertajuk Alpha. Aku dapat membaca tulisan di bawah paragraf terakhir yang kubaca dengan jelas.

     ...
     Aku tahu, Changsub~ah. Kau menuliskan surat-surat itu serius dan ingin mengirimkannya pada Melody. Tapi pikirkanlah sekali lagi tentang mengapa kau tidak bisa mengirimkan surat itu, selain tak tahu alamat yang akan kau tuju. Ada kalanya, surat yang kita tulis adalah hasil dari merindukan kenangan kita dengan seseorang yang lain. Berpikirlah dengan jernih...

     "Hasil dari merindukan kenangan?" gumamku pelan. Aku mengikuti saran itu: berpikir dengan jernih.

     Dalam sepanjang umurku hingga masih bernafas di detik ini, aku mengikuti semua hal yang ingin ku ikuti, dan tak menyangka bahwa kali ini aku sudah tak waras. Orang itu, Alpha, menulis seolah-olah ia mengetahui diriku sejak lama. Ia tak mungkin mahkluk doppelgangger yang dikirim sebagai alarm kematianku, juga bukan bayang-bayang yang seenak jidat bisa menulis sendiri keinginan hatinya: tentu, bayangan adalah minor kita, bukan?

     Serumit apa pun aku memikirkan tentang hal itu, aku masih tidak dapat berpikir dengan jernih, maksudku, aku tak mendapat jalan keluar. Memangnya kenangan siapa yang benar-benar kurindukan hingga menjadi inspirasiku menulis surat-surat ini untuk melody-ku? Begitu banyak kenangan yang terlewat, tak sempat kubingkai dengan benar dalam memoriku, tapi jika ini adalah yang menginspirasi, bukankah itu kenangan yang tak pernah kulupakan?

     ...
     Pecahkan teka-teki ini, Changsub~ah. Semua bergantung padamu. Aku mengirim surat ini untuk membantumu menyampaikan surat-surat itu meski kau tidak tahu alamat mana yang akan kau tuju. Clue-nya mudah: cari aku.

     Untuk kedua kalinya, kulihat tinta merembes keluar dari kertas surat Alpha, mereka membentuk satu paragraf singkat yang menggiring opiniku pada kegiatan "menemukan kenangan" .. dan clue-nya adalah mencari pengirim surat ini. Aku memendam tawa.

     "Umm.. bukannya aku menganggap ini konyol. Tapi bagaimana bisa aku mencari seseorang yang bahkan tak kutahu rupa dan di mana ia berada? Permainan ini terlalu fiksi," gumamku.

     Aku hendak menghentikan semua kemustahilan ini. Surat-surat yang berbaring di atas meja itu kuraih, seketika kusobek menjadi beberapa bagian, termasuk surat untuk Melody yang belum sempat kulipat. Lalu pintu kamarku terbuka. Sepasang mata dan seluruh persendian di tubuhku menegang, surat yang hancur itu belum sempat jatuh ke lantai.

(Bersambung~)
***
[ENG]
Still nervous, I seemed to teleport to another place I did not know. It's still my room, a room in the dorm, but it feels the air around opposite with my existence, plus the unknown ones that suddenly look like ghosts. I glance to the right, still the same, so when I glance to the left, all is still intact, only my body is as foreign.

Prejudices began to spring into my mind, about who Alpha was. But I have not yet moved on to read the writing that appears on the blank of Alpha's letter paper: still hesitant and surprised. Then I heard the sound of things being shifted in the living room, whether it was a chair, or a table, which they must have been heavy. Again, I call anyone who is there.

"Eunkwang ~ hyung? Sungjae ~ ah? Hyunsik ~ ie ?? You guys are outside?" I asked half a voice. I even know it does not change anything because loud noises they can hear, unless they are deliberately letting me die of curiosity like this.

No answer, I finally ventured to a paper that came from nowhere with a sender called Alpha. I can read the passage below the last paragraph that I read clearly.

...
I know, Changsub ~ ah. You wrote those letters seriously and wanted to send them to Melody. But think again about why you can not send the letter, other than not knowing the address to which you are going. Sometimes, the letter we write is the result of missing our memories with someone else. Think clearly ...

"The result of longing for memories?" I murmured softly. I followed the advice: think clearly.

In all my life until I was breathing in this second, I followed all the things I wanted to follow, and did not think that this time I was out of my mind. The man, Alpha, wrote as if he had known me for a long time. He can not be a doppelgangger creature sent as the alarm of my death, nor is the shadow of a good heart able to write his own heart's desire: of course, the shadow is our minor, is not it?

No matter how complicated I think about it, I still can not think clearly, I mean, I do not get my way out. What memories do I really miss to be my inspiration to write these letters for my melody? So many memories are missed, I can not properly frame in my memory, but if this is the inspiration, is not that a memory I've never forgotten?

...
Solve this puzzle, Changsub ~ ah. It all depends on you. I am sending this letter to help you deliver the letters even if you do not know which address you will go to. The clue is easy: find me.

For the second time, I see ink seeping out of Alpha letter paper, they form a brief paragraph that leads my opinion to the activity of "finding memories" .. and the clue is to find the sender of this letter. I burst into laughter.

"Umm .. not that I think this is ridiculous, but how can I find someone who does not even know where he looks and where he is? This game is too fictional," I mumble.

I want to stop all this impossibility. The letters lying on the table I reached, I immediately tore into pieces, including letters for Melody that had not been folded. Then my bedroom door opened. A pair of eyes and all the joints in my body stiffened, the broken letter had not yet fallen to the floor.

(Continued ~)

[2017] SECRET LETTER ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang