- Tanpa Tinta* -

93 19 17
                                    

[IND]

Refleks, aku mendekatkan kepalaku ke celah persegi panjang itu: menajamkan pendengaran, barangkali aku hanya berhalusinasi saja. Kupukul dinding di sekitar celah. Padat. Dinding itu tidak berbunyi. Menurut ayah, jika sebuah dinding atau lantai berbunyi saat diketuk, maka berarti ada ruang kosong di balik itu. Namun aku tidak menemukannya: sisi kosong di balik dinding. Padahal aku benar-benar melihat bahwa surat itu jatuh dari sana. Aku mengintip, yang kudapati hanya gelap, kemudian...

"Hyung!! Apa yang terjadi?" teriak Sungjae. Ia menyadarkanku bahwa masih ada sesuatu lain yang lebih penting daripada sekedar ingin mengetahui hal-hal tertentu: yang mungkin tidak ada hubungannya, tapi sungguh membuat penasaran.

"Kenapa?" Aku balik bertanya.

"Kau merasakan sesuatu?? Ruangan ini..."

"Merasakan apa?" Aku mengedarkan pandanganku ke seluruh sisi ruang persegi yang hampa dan kosong itu, mencari 'sesuatu' yang dimaksud Sungjae.

"Ruangan ini menyempit, kurasa. Dan dentang yang menggema itu, tidakkah kau pikir ada hubungannya dengan ini??" tanyanya.

Aku bahkan tak berpikir jauh kesana. Ya, sejak dentang yang pertama, kupikir ruangan itu mengkerut beberapa cm. Sungjae benar. Masalahnya adalah jika memang benar demikian, maka ini berarti alarm kematian untuk kami berdua. Lalu aku mengingat surat itu: surat yang menginstruksikan agar aku menulis beberapa kata untuk membebaskan diri, juga pesan "lima belas menit".

"Hyung? Katakan apa yang terjadi. Apa isi surat itu? Jangan pikir kau bisa berbohong padaku."

"Ia mengatakan untuk menulis beberapa kata agar kita bisa bebas dari sini. Tapi aku tidak tahu harus mempercayainya atau tidak. Membebaskan diri? Yang benar saja, bahkan di balik celah persegi panjang itu tidak ada ruang kosong. Di sini tidak ada pintu, juga jendela, dan kau akan percaya kalau kita bisa keluar dari sini?" gerutuku. Sungjae masih mendengarkan.

"Mengapa kau pikir ia berbohong? Apa hanya itu pesannya?" tanyanya lagi. Mendadak ia banyak bertanya setelah kami beradu tinju beberapa saat lalu. Mungkin ia lupa beberapa saat lalu juga memanggil namaku dengan tidak sopan. Aku tahu ia sering melakukannya untuk bahan bercanda, tapi yang terakhir ini sama sekali bukan bercanda dan itu agak sedikit menyinggung perasaanku.

"Dari balik celah itu, aku mendengar seseorang membisikkan 'lima belas menit' yang entah apa maksudnya," jawabku. Aku mendekati Sungjae. Ia tetap diam di tempatnya dan kami berdua melihat dengan mata kepala bahwa keempat sisi dinding yang memenjara kami bergeser lagi.

"Hyung? Mungkinkah dalam waktu lima belas menit ruangan ini akan benar-benar menelan kita? Mungkinkah yang dimaksud adalah hal itu? Coba pikirkan, ini sudah menit ke berapa sejak kau mendengar bisikan itu," ujarnya. Ia bersikeras memikirkan segala hal, sementara aku masih bimbang dengan segalanya: tentang keadaan apa sebenarnya ini.

"Ini sudah menit kedua. Kalau lima belas, berarti kita hanya punya waktu 13 menit untuk keluar dari ruangan ini. Itukah yang kau pikirkan?" tanyaku padanya.

"Tidak. Kalau semua itu benar, kita bahkan hanya punya waktu 10 menit sebelum ruangan ini menelan habis tubuh kita. Lakukan sesuatu, Hyung! Menulis... Menulislah .. apa saja!" Sungjae mulai panik. Ia panik meski tak tahu benar apakah alasan di balik kepanikannya itu memang jawabannya.

"Menulis dengan apa? Aku bahkan tidak membawa pena. Siapa juga yang berpikir akan membawa pena ketika ia diculik?" jawabku asal.

"Sebutkan! Sebutkan apa yang ingin kau tuliskan, aku akan membantumu!"

"Mungkin, aku akan menuliskan 'melody, aku mencintaimu' ... Jika itu berhasil terkirim, maka dugaan-dugaan ini benar dan penulis surat itu tidak berbohong. Ngomong-ngomong bagaimana kau..." Belum selesai bicara, aku melihat Sungjae menggigit jari telunjuknya kuat-kuat hingga kulit arinya sobek mengelupas mengeluarkan darah yang tak sedikit. Ia sudah gila.

"Kau gila???!!!" teriakku padanya. Bulu kudukku merinding, lalu dentang itu berbunyi: dentang yang menggema. Menit kelima sudah habis.

(Bersambung~)

[ENG]
Reflexes, I leaned my head into the rectangular gap: sharpening my hearing, maybe I'm just hallucinating. I hit the wall around the crack. Solid. The wall did not ring. According to Dad, if a wall or floor sounds when tapped, then there is an empty space behind it. But I did not find it: the empty side behind the wall. And I actually saw that the letter fell from there. I peeked, which I found only dark, then ...

"Hyung !! What's going on?" Sungjae shouted. He made me realize that there was something more important than just wanting to know certain things: that might not have anything to do with it, but it was intriguing.

"Why?" I asked back.

"You feel something ?? This room ..."

"Feel what?" I looked around the empty, empty sides of the empty space, searching for Sungjae's 'something'.

"This room is narrowed, I think, and that echoing chant, do not you think anything to do with this?" he asked. I do not even think that far. Yes, since the first clank, I thought the room was shrinking a few centimeters. Sungjae is right. The problem is that if this is so, then this means the death alarm for both of us. Then I remembered the letter: a letter instructing me to write a few words to break free, as well as a "fifteen minute" message.

"Hyung? Tell me what's going on, what's in the letter? Do not think you can lie to me."

"She says to write a few words so we can get out of here, but I do not know whether to believe in them or not.Reading myself, really, even behind the rectangular gap there is no empty space.Here there are no doors, , and you'll believe we can get out of here? " I grumbled. Sungjae is still listening.

"Why do you think he is lying? Is that the only message?" he asked again. Suddenly he asked a lot after we collided boxing moments ago. Maybe he forgot a while ago also called my name improperly. I know he does it often for joking stuff, but the latter is not a joke at all and it kinda offends me.

"From behind the gap, I heard someone whispering 'fifteen minutes' that whatever that means," I replied. I approached Sungjae. He remained silent in his place and we both saw with our eyes that the four sides of the walls that imprison us shifted again.

"Hyung, maybe in fifteen minutes this room will really swallow us? Could that be what it is? Think about it, this is how long since you heard the whisper," he said. He insists on thinking about everything, while I'm still wondering about everything: what this is about.

"It's already the second minute, if fifteen, we only have 13 minutes to get out of this room." I asked him.

"No. If it's true, we even have only 10 minutes before this room swallows our bodies out, do something, Hyung! Writes ... Write anything!" Sungjae started to panic. He panicked though he did not know whether the reason behind his panic was indeed the answer.

"Writing with what? I do not even carry a pen Who any thinks it will carry a pen when he is kidnapped?" I answered origin.

"Mention! Mention what you want to write, I'll help you!"

"Maybe I'm going to write 'melody, I love you' ... If it gets sent, then these allegations are true and the letter writer does not lie.But how do you ..." Not finished talking, I saw Sungjae bite his index finger tightly until his skin tears peeling out blood that is not small. He's crazy.

"Are you crazy???!!!" I shouted at him. The hairs on my neck were cringing, then the clanging sounded: an echoing echo. The fifth minute is up.


(Continued ~)

[2017] SECRET LETTER ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang