Hijau rerumputan dan rindangnya pepohonan serta kumpulan burung yang berkicau riang memenuhi pikiranku sekarang, Aku sama sekali tidak mengenali tempat ini.
"Ini dimana?, mimpi? coba test dulu kalo mimpi biasanya gua bangun abis gini." Kucoba mencubit lengan sebelah kiriku namun, hasil yang kuterima tak seperti yang kubayangkan.
"Kampret!" seruku spontan, memar biru yang kulihat menunjukan bahwa aku terlalu berlebihan mencubit lenganku kali ini.
"Apa gue dipanggil ke dunia lain kayak film yang gua tonton semalem?!" teriakku menjerit kuat sambil terus berjalan menyusuri pepohonan rindang.
Sinar mentari yang melewati pepohonan, kicauan burung yang terbang bebas, hembusan angin yang menerbangkan dedaunan kering, dan aroma lembab dari lumut disekitar pepohonan ini membuatku semakin bingung karena, yang kurasakan sekarang terlalu nyata untuk jadi mimpi dan terlalu indah untuk jadi kenyataan,
"Maaf, apa kamu tahu ini dimana?" tanya perempuan yang menyentuh bahuku dari belakang.
"Gue sama sekali gatau ini di mana, tapi kalo diliat dari arah lumutnya sih kita sekarang di arah barat.." jawabku spontan.
"Perempuan kayak gini sempurna banget, sama sekali gak mungkin bisa ketemu disekitar komplek rumah gue It a chance," gumamku dalam hati.
Terdiam sejenak, aku mulai memikirkan cara untuk mendekati perempuan sempurna ini.
Tingginya sekitar 170 cm, berambut hitam panjang tertata rapih, mata coklat tua, berhidung mancung, tubuh yang begitu proporsional dan satu lagi kesan pertama yang kudapatkan darinya, sangat ramah.
"Boleh aku bicara tanpa bahasa formal?" Celotehnya dengan suara yang ragu-ragu.
Tentu.
Inginku berkata seperti itu namun, sepertinya kesempatan untuk mendekatinya ini harus dimanfaatkan."Boleh aja, tapi lo harus kasitau siapa nama lo dulu, biar lebih akrab aja,"
Jawabku dengan nada yang dibuat seolah berwibawa.Pilihan tepat, kali ini aku, Roy merasa begitu cerdas! , dengan ini ia pasti akan memberitahukan namanya padaku.
"Nama gue, Aster Liliana, panggil aja Lili, kalo lo?" Ujarnya.
Tepat sekali, pilihanmu begitu tepat Roy ! ini adalah jackpot pertamamu semenjak disini.
"Nama gue Adhira Benroy Bagaskara , panggil aja Roy ", jawabku dengan suara yang sok wibawa.
"Lo harus bantu gue cari jalan keluar dari tempat ini" ,tukasnya tegas.
"Roy!" Teriaknya dengan suara melengking.
Suaranya memudar, seakan aku pergi meninggalkan tempat tadi.
Sekarang aku berada di tempat yang sangat familiar.
"ROY, DALAM HITUNGAN KELIMA KALAU KAMU BELUM KELUAR JUGA UANG JAJAN DAN SARAPANMU LENYAP!!!"
Teriak seorang perempuan dari luar kamar.Suara ini?
"5!!"
Ini suara siapa? terdengar tak asing, ini suara ibu...
"4!"
Posisiku sekarang, berbaring? bukannya tadi aku sedang mencari arah dengan Lili?
"KAMU KIRA IBU BOHONG? IBU SERIUS ROY!! HARI INI KAMU TIDAK AKAN SARAPAN DAN TIDAK AKAN DAPAT UANG JAJAN
IBU SUDAH LELAH MENGHITUNG!"Di mana cahaya mentari yang menghangatkanku tadi? disini begitu dingin, kuraba sekitarku terasa halus dan begitu empuk ,eh? ini kasur?? berarti sekarang, Aku sedang dikamar! Suara ibu? Uang jajan dan sarapan?
"Sebentar bu.." ,sahutku mengamankan situasi.
Lagi, aku mendengar suara Ibu dengan nada yang sangat menyebalkan, "Ini hari pertamamu tanpa sarapan dan uang jajan Roy.."
Apa? Hari pertama tanpa sarapan dan uang jajan? Astaga! ini buruk, benar-benar buruk.
Aku harus bergegas meninggalkan kamar.Aku menuruni tangga dengan kondisi masih mengantuk, mataku terasa agak buram dan kepalaku terasa pusing.
Rumah ini cukup luas kamarku diatas sedangkan, ibu dan ayah dibawah, jarak kamarku menuju meja makan tidak begitu jauh jaraknya hanya sekitar 10 meter jika, mulai dihitung persis di depan pintu kamarku.
Dari sini aku bisa melihat posisi ibu makan yang sedang meledekku, seolah berkata, "selamat makan.."
"Ro. . .y sekarang jam 7:15 dan aya. .hmu sudah berangkat karena kamu terlalu lama bangun. . . Jadi kamu harus berjalan kaki..",sambil mengunyah makanannya ibu meledekku.
"MUSTAHIL BU!"
"mandilah, ibu sudah siapkan bajumu disana" sahut ibu dengan nada yang lebih halus tanpa meledek .
"Bu.. dimana shampo?"
"Cari pakai mata bukan pakai mulut, kalau sudah dicari trus ngak ketemu ya berarti udah habis", kembali ibu menggunakan nada meledeknya.
Kucari dan tidak kutemukan.
Baiklah tanpa shampo, hari pertama tanpa shampo,sarapan dan uang jajan.
Pertanyaan pertamaku setelah keluar dari kamar mandi adalah,
"Bu boleh aku sarapan?""Tentu"
HAH?? Ibuku sangat baik hati!!
"jangan terkejut, itu caraku untuk membangunkanmu sekarang jam 5:30 dan ayahmu masih tidur " , celoteh ibu dengan nada yang begitu santai.
"Jadi apa yang kudengar tadi bu?"
"Alarm"
"Sejak kapan nada alarmku berubah?"
Kuralat kata-kataku bahwa ibuku sangat baik hati tadi.
"Hahaha! Kamu sangat menggemaskan Roy! pintu kamarmu tidak dikunci, jadi ibu bisa menaruh handphonemu dibawah kasur dan mengubah nada alarmnya."
"Suara tadi? rekaman suara ibu?"
"Ya"
Checkmate aku telah dipermainkan oleh trik Ibu.
"Habiskan makananmu, ibu akan membangunkan ayah, kamu boleh cek apa yang ibu katakan tadi kok setelah makan pastinya.."
Aku butuh waktu 15 menit untuk menghabiskan makananku dan mengecek kamarku, dan hasilnya sama persis seperti yang Ibu telah katakan.
"Roy! ayo berangkat ayah sudah siap" ,teriak ayah memanggilku untuk bergegas.
Ayah memang tipikal orang yang sangat cepat dan tidak sabaran.
"Sayang, aku pergi kerja dulu kemungkinan hari ini aku akan pulang cepat, karena proyek bulan ini sudah selesai."
"Bu aku juga pergi dulu ya."
"Hati-hati dijalan!" sahut ibu sambil melambaikan tangannya ke arah kami.
SMA Harapan Baru...
Gimana ceritanya ? Lebih baik daripada yang sebelumnya pasti..
Kalau ada typo atau salah letak kalimat comment ajaa nanti langsung kuedit deh.
Vomment yoo..!
KAMU SEDANG MEMBACA
Starry Night
Teen FictionKupikir ketika aku berhasil membuat seorang wanita tersenyum ia akan mencintaiku akan tetapi, yang terjadi adalah sebaliknya perasaanku kepadanya semakin bertumbuh sedangkan, perasaannya kepadaku sama sekali tidak berkembang. Sakit, ya, sangat menya...