"Demikianlah acara pembukaan MPLS untuk siswa-siswi baru, hasil pembagian kelasnya bersifat random dan sudah ditempel di mading sekolah, sekarang kalian boleh keluar dari ruangan ini." Kata-kata mc ini mengartikan bahwa acara telah usai dan semua peserta MPLS langsung bergegas meninggalkan ruangan itu mereka semua membawa harapan yaitu bisa sekelas bersama dengan teman-teman barunya.
"Waduh, telat, percuma dong gue kesini langsung ke mading aja deh." Monolog Lili.
"Von überall Sie Schwester?"
(Adikku, darimana kamu?)
Tanya seorang pria dari belakang Lili dengan bahasa jerman."Danial Maier yang ganteng gausah ngagetin pake bahasa Jerman bisa? Nanti kalo adikmu ini jantungan gimana?" jawab Lili yang merasa kaget karena Danial muncul secara tiba-tiba.
"Yah.. reaksi kagetnya mana nih? Oh iya, kamu darimana aja? Abang cariin ga ketemu, hebat banget kamu ya dateng pas pidato pembukaan selesai," sahut Danial panjang lebar, tipikal abang yang benar-benar sangat memperhatikan adiknya.
"Heran punya abang kayak begini bawel banget, ngapain juga nyariin gue trus nyarinya dimana? Tempat sampah? Bohong deh, dia nyariin gue?,mana mungkin,"
"Eh jawab abangnya, jangan dikacangin gini apa perlu pake bahasa Jerman lagi?"
"Rahasia, pokoknya," jawab Lili singkat
"Rahasia ya.. abang pasti tau kok," sahut Danial.
"Gimana caranya?" Tanya Lili spontan
"Rahasia-"
"Dan!! Kata Ola lo belum tempel hasil pembagian kelasnya, bener?"
Seketika seorang perempuan berteriak ke arah Danial dengan ekspresi wajah bingung."Oh iya lupa, nih lo tempel gih, maaf agak lecek lagian salah sendiri nitip ginian ke gua," jawab Danial seolah tidak berdosa lalu melempar lembaran kertas yang telah sobek sebagian dan terkena air ke arahnya.
"Flashdisk mana? balikin ke gua sekarang!" Suara perempuan itu benar-benar menjelaskan bahwa kebingungan dalam dirinya berubah menjadi amarah.
"Flashdisk? Ketinggalan di kamar,cek aja disana kayaknya tadi udah gua tempel deh, eh, disini kertasnya berarti-" Jawab Danial dengan nada yang seolah tanpa dosa dan menunjuk gumpalan kertas yang rusak parah itu.
Plakk!!
tamparan keras menghantam kearah pipi Danial jawabannya hanya memperbesar amarah perempuan itu,
"Sialan!"
Perempuan itu melempar gumpalan kertas pembagian kelas itu dan langsung meninggalkan Danial dan Lili.
"Abang gapapa? bisa jelasin ke aku? pasti ada tujuannya kan? Duduk sini bang, jelasin ke aku." tanya Lili yang sangat kebingungan dengan perbuatan aneh yang baru pertama kalinya dilakukan oleh Danial.
Danial Errando Maier, laki-laki berdarah asli Jerman, kelas 11, kandidat ketua OSIS, dengan postur badan 186 cm dia berhasil menjadi shooting guard andalan basket sekolah, selalu berusaha membahagiakan adiknya, menolak semua pernyataan cinta dengan alibi yang monoton 'gua punya sesuatu yang lebih penting daripada perasaan lo ke gua'.
"Benroy kan?" tanya Danial sambil melirih kesakitan karena tamparan Sinta tadi.
"Eh,? Abang liat?"
"Iya tadi gua liat elo sama dia ngobrol, coba ambil kertas itu trus lo liat nama Benroy."
Lili mengambil kertas yang ditunjuk oleh Danial, kondisinya memprihatinkan, Lili berhasil menemukan namanya di kelas 10 A namun nama Benroy masih belum berhasil ditemukannya,
Ia terus mencari dan,
"Ini, Kelas E? Yakin nih?
Gapapa deh bisa satu sekolah aja udah bersyukur gue." Jawab Lili menenangkan dirinya sambil mensyukuri apa yang telah dilihatnya."Tenang, dia di kelas A juga kok, hasil pembagian yang asli itu yang lo pegang sekarang yang palsu udah dimading," jawab Danial.
"Gila! cuman supaya gua bisa sekelas sama Roy? dia buat yang palsu? Gimana caranya?"
Lili kebingungan masih tidak bisa percaya dengan apa yang dilakukan oleh Danial."Lo bingung caranya? Sinta kemaren kasih gua flashdisk ini, trus dia kasih juga kertas itu dia suruh gua supaya hari ini nempelin kertasnya dimading, trus flashdisk nya buat jaga-jaga semisal gua ngerusak kertas yang asli,
"Jadi tinggal buat ulang, rusak aja yang asli kasih Ola duit biar dia mau bilang gitu ke Sinta,"
"Kenapa harus dirusak yang asli ini? berapa abang kasih?" Lili masih kebingungan.
"Sinta itu punya ingatan yang tajem dia bisa inget semua yang diketik dia-"
"Apa gunanya? berapa abang kasih?" Lili semakin bingung dengan penjelasan Danial.
"Kalo dia marah pikirannya kacau, dia bakal ngira kalo yang abang pasang di mading itu yang asli dan ngira kalo yang kamu pegang sekarang palsu, data di flashdisk juga udah abang ganti, 100 ribu aja," jawabnya panjang lebar.
Lili masih keberatan dan masih tidak percaya dengan apa yang dilakukan abangnya itu,
"Memangnya waktunya cukup?"
"10 menit 53 detik dan abangmu berdiri dibelakangmu, bisa dibilang agak telat."
"Eleh palingan cuman nebak asal aja tuh."
"Gak mau mastiin kesana?" Tanya Danial.
"Mau," jawab Lili singkat.
Lili pergi meninggalkan Danial yang masih duduk di depan pintu Ruang Serbaguna sambil mengusap wajahnya yang masih memar akibat menerima tamparan dari Sinta.
*****
Koridor terlihat sudah agak sepi, sepertinya mayoritas peserta MPLS sudah berada di kelas masing-masing.
Lili memperhatikan mading dengan seksama, apakah benar yang dikatakan oleh abangnya itu,
"beneran, dia kaga boong, kalo aja abang gue gini ke cewe-cewe pasti pada melted tuh,"
"Kamu, ngapain disitu? Gak kekelas? Mau bolos?" suara rendah seorang bapak-bapak membuat Lili tersentak kaget.
"Eh, engga pak.." jawab Lili kelabakan,
"Masuk kekelasmu sekarang," jawab guru tadi dengan suara yang datar.
"Baik pak."
Kelas 10 A , berada dilantai 2 disebelah kelas 10 B, pembagian kelas disini tidak bisa dibilang random karena semua telah diukur berdasarkan nilai, prestasi, dan strata sosial jadi rata-rata murid pintar berada di kelas A dan yang kurang pintar berada di kelas E,
"Kenapa Roy ditempatkan di kelas E? Apakah dia kurang pandai? Atau tidak pernah menunjukan bakat dan keahliannya atau bahkan masalah strata sosial?" hati Lili benar-benar merasa bingung dan penasaran.
Apa yang sebenarnya terjadi disekolah ini?
tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Starry Night
Teen FictionKupikir ketika aku berhasil membuat seorang wanita tersenyum ia akan mencintaiku akan tetapi, yang terjadi adalah sebaliknya perasaanku kepadanya semakin bertumbuh sedangkan, perasaannya kepadaku sama sekali tidak berkembang. Sakit, ya, sangat menya...