IV. Modus

53 34 27
                                    

"Lo gabisa ke atap! Lo anggota OSIS mending lo pergi ke Gedung Serbaguna selesein yang disana, baru lo bisa ke atap."

Kata-kata ini benar-benar membuatku mati langkah, aku hanya bisa memilih dua pilihan : pergi ke ruang Serbaguna dan bertemu Diana atau, mengetahui siapa Lili yang sebenarnya.

"Gue nolak dia juga ada alasannya!"

"Trus? Lo mau nyuruh gua buang-buang waktu lagi untuk dengerin cerita yang gak guna ini?", sahutku sinis

Jujur, sebenarnya aku penasaran namun, akan lebih baik jika aku tidak buang-buang waktu lebih lama disini, lebih baik aku pergi sekarang.

"Lo harus dengerin gue dulu!" teriaknya sambil menarik bajuku.

"Ok, jelasin sekarang dalam 1 kalimat atau nanti pulang sekolah gua tunggu di gerbang?"

"Pulang sekolah,"

"oh iya kalo mau ke gedung serbaguna lewat koridor sini aja, lurus sampe ketemu lab abis itu lo kekanan," Lanjut Andi seakan pasrah terhadap pilihan yang telah aku katakan.

"Oh ok," Jawabku singkat.

Koridor yang benar-benar sempurna, mading yang penuh berisikan promosi ekskul dan hasil karya ekskul sastra, sepertinya mereka benar-benar aktif bekerja, mereka berhasil menyusun koridor sekolah ini dengan begitu indah, didepan ruangan kelas XII A ini mengapa tidak ada hiasan satu pun kecuali kulit pisang yang terlihat seperti sengaja ditinggalkan disini, aku berharap ini tidak sengaja.

"Jebakan klasik lo kira gua bego apa bakalan kepleset-" aku tertawa kecil dan berjalan melewati kulit pisang itu,

"Moga dah ada yang mungut tu kulit pisang selain gua."

BRAKK!!

seorang wanita ceroboh berhasil terkena jebakan klasik kulit pisang ini dan perempuan ini terjatuh menimpa badanku,

"Kampret!.. Berat amat, berdiri buruan!" teriakku spontan.

PLAKK!!

perempuan itu berdiri lalu melayangkan tamparan keras yang mengarah ke pipi kananku,

"Asal lo tau gua udah berusaha diet, kemaren gua gamakan sama sekali dan tadi pagi gua gasarapan cuma supaya gua agak kurusan doang!! Lo jahat banget," cerocosnya marah.

Aku tidak memperdulikan sakit ini di pipi kananku sekarang, aku merasa bahwa suara dan wajahnya terasa tak asing,

"Woi, kampret! lo udah jatoh ke gua trus lo tabok gua juga?" Batinku seolah menjerit keras ingin mengatakannya namun logika berkata lain,

"Iya gua salah karena udah ngomong jahat gitu maafin gua ya," sahutku pelan lalu berdiri lalu membersihkan baju dan celanaku,

"Gue yang salah, gue udah gak hati-hati pas jalan, gue juga minta maaf, emm... apa sebelumnya kita pernah ketemu?"

"Dalam mimpi kayaknya," jawabku ragu-ragu.

Aku berharap pertemuan kami saat mimpi itu tidak terjadi padanya.

"Hahaha iya, gamungkin pernah ketemu langsung ya, nama lo bukan Roy kan?"

"Gua Roy."

"Benroy Bagaskara?" tanya perempuan ini lagi,

"Yap, dan lo Aster Liliana?" sahutku memastikan,

"Darimana lo tau?" Sahutnya bingung.

"Kemaren gua mimpiin elo," sahutku.

Wanita itu tersenyum kearahku dan berkata,
"gue juga mimpi itu kemarin, elo sekarang kelas 10?"

"Iya," sahutku

"Sama, gue gapernah nyangka kalo kita bisa sekolah di sekolah yang sama! Sumpah lo moodbooster gue," jawabnya begitu antusias, wajahnya tersenyum begitu bahagia.

Senyumnya benar-benar membuatku luluh, Aku telah terpikat dengan pesonanya.

"Gua harus ke Gedung Serbaguna, lo peserta MPLS kan?" tanyaku kepadanya.

"Sebenernya tadi gue udah kesana, sekalian ngasih surat buat Dirga, gue bersyukur udah berhasil ngungkapin perasaan gue, kalo gue sekarang harus kesana lagi pasti gue-" cerocosnya panjang lebar namun, tiba-tiba terhenti.

"Buruan yok, bareng gua aja kesananya, kayaknya agak telat nih."

Modus berhasil dan berjalan lancar.

"Jalan bareng, dimata orang pasti pada ngira kalo gua sama Lili udah akrab," batinku.

"Roy lo kenapa bisa jadi OSIS?" Tanya Lili kebingungan sepertinya dia memperhatikan rompi OSIS yang kukenakan.

"Gantiin OSIS lama yang drop-out itu."

Gedung Serbaguna yang begitu besar, dengan pintu masuk yang sedikit terbuka diluar terlihat sangat sepi hanya ada seorang bapak tua berpakaian rapih yang sedang merapihkan beberapa tanaman yang ditanam disekitar gedung Serbaguna sepertinya semua murid sudah berada didalam.

"Nah, lo masuk aja duluan gua harus masuk pintu belakang ada yang mau diurus,"

"Ok, bye Roy semoga nanti kita bisa sekelas," jawabnya lalu masuk kedalam.

"Hei, kamu anggota OSIS,  bisa bantu saya sebentar?" panggil bapak tua itu yang sepertinya mengarah padaku.

"Apa yang bisa saya bantu Pak?"

"Tolong berikan bekal ini kepada Diana, masuk lewat belakang sana-menunjuk kearah pintu belakang-ok?"

"Bapak siapanya Diana kalau boleh tau?"

"Saya Ayahnya jadi tolong antarkan, pastikan dia makan ya.."

"Siap... Diana pasti makan bekalnya," jawabku

Pintu belakang ini terasa agak berat, aku perlu tenaga lebih untuk membukanya.

"Dodi! benerin soundsystem nya suaranya kurang maksimal!, Rian! untuk jaga-jaga siapin Generator," seru Diana yang mengatur jalannya Acara MPLS dari balik layar agar tetap berjalan sempurna.

"Diana.. ada yang bisa gua bantu?" Tanyaku dengan nada pelan,

"Oh, banyak, itu kotak bekal tarok dulu. Lo kesana bantu Rian angkat bahan bakar buat Generator bawa 10 liter aja, abis itu lo bantu siapin alat peraga promosi klub nanti, kerjain aja apa yang bisa lo kerjain sekarang," cerocosnya tanpa henti.

Aku menaruh kotak bekal milik Diana diatas soundsystem yang tidak digunakan.

"Nama lo Roy? salken gua Rian, yok, langsung aja bantu angkat kesana," sapa Rian hangat.

"Ok bang salken juga."

Rian pria bertubuh besar, berkulit sawo matang, dengan tinggi badan sekitar 180 cm dengan gaya rambut pompadour.

"Bang, tarok sini boleh?"

"Sip, tarok situ aja."

Tepuk tangan yang begitu meriah terdengar sepertinya Ketua OSIS telah selesai berpidato.

"Bagus Na! pidatonya lancar! Lo emang paling bisa diandelin," Seru Diana kepada perempuan yang baru saja ke backstage.

"Yoi, Di, lo juga paling bisa diandelin urusan ngatur-ngatur gini," jawabnya ceria.

"Roy, napa lo diem disitu? Bantuin sono angkat trus susun peragaan promosinya,"

"Siap,"jawabku

Akhirnya aku tahu bahwa bekerja dibalik layar justru lebih merepotkan daripada yang tampil di depan.
Diana sangat ahli melaksanakan tugasnya.

"Roy! tugas kita udah selesai disini sekarang temenin gua ke kantin aja yok, gua traktir deh," panggil Rian dengan suara yang sangat ramah.

"Gak! Gaboleh!! Roy udah ada janji sama gue!" sahut Diana sinis.


Tbc.

Wkwk gimana? Alurnya uda lebih jelas sama sinopsisnya? Vommentnya jangan lupaa~

Starry NightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang